sebenarnya kau tidak benar-benar sendiri. Tuhan sudah lama tidak tinggal di Surga. Dia bisa hadir dalam bentuk apapun, menemanimu
Tuhan sedang jalan-jalan, kemana kakiNya melangkah. menyusuri trotoar hatimu, menyatu dengan debu di hatimu
saya pikir kadang Tuhan pun suka menangis. mataNya kadang bengkak. Tuhan mengintip diaryku. Dia selalu kepingin tahu
kau pernah kehilangan Tuhan? saya pikir, justru sebaliknya, Dia yang selalu merasa kehilanganmu
karena justru saya yang suka menghilang. saya suka sekali nyumput dariNya. saya suka main petak umpet denganNya
tapi Dia selalu berlari mengejar saya kembali. menarik saya kembali ke pelukanNya, sebebal apapun saya
saya tidak perlu berusaha keras untuk lebih baik, karena Dia selalu terima saya apa adanya. cantik jeleknya manusia bukan ukuranNya
keriting atau lurus rambutmu, putih atau hitam kulitmu, tidak ada bedanya bagiNya. Dia tidak pernah memaksa saya untuk menjadi orang lain
lalu bagaimana dengan ketakutan? saya takut sekali kehilangan. apa Dia juga tahu?
tentu saja, Dia tahu ketakutan saya. saya banyak bercakap denganNya tentang kehilangan?
kita banyak ngobrol sambil mengopi di teras kos saya. Tuhan suka juga kopi hitam pekat, persis seperti saya
Dia katakan kalau Dia sampai kehilangan, kehilangan saya, Dia pasti akan mencari saya kembali dan bawa saya pulang kembali
Dia juga bilang kalau, satu hal yang Dia tidak mau, adalah kehilangan saya, kehilangan kau. Tuhan tidak mau kehilangan kau
Tuhan itu gondrong, suka pakai booths, dan celanaNya sobek dimana-mana. tapi setiaNya tidak terukur
saya suka ngeceng Tuhan. suka saya perhatikan dari jauh, apa yang sedang Ia lakukan. apa yang sedang Ia pikirkan
saya senang, karena Tuhan saya yang nyentrik, suka booths, celana sobek dan gondrong pula. namun setiap detik selalu memikirkan saya
Dia selalu nongkrong di jendela kamar saya. Dia ada di closet saya setiap pagi. Dia ada di antara bau kaki saya. Dia tidak eksklusif
Dia mendengarkan saya. saya yang tuli, jarang mendengarkanNya
Dia selalu menangis untuk saya
kau percaya, Tuhan melukis nama saya di dinding kamar tidurNya. setiap malam Dia menyebut nama saya, sebelum Dia tidur
Tuhan saya terlalu nyentrik, sampai gereja menolakNya
Tuhan saya, jadi malas duduk di gereja, lebih baik Dia nongkrong di perempatan lampu merah, menyanyi bersama pengamen-pengamen itu
Tuhan saya tidak duduk di gereja, Dia duduk denganmu di closet, menyeka air matamu
Tuhan saya tidak beragama. tidak ada kolom agama di KTP-Nya
senang sekali, Dia masih menyempatkan mengopi sore dengan saya, hari ini. mengobrol tentang kehilangan
Tuhan saya yang nyentrik, suka wine dan dansa. hidup di nadi, lelap di darahmu, menyatu dengan denyutmu. kau dengar ?
saya ingin tahu, hatiMu terbuat dari apa? sampai selalu memaafkan, menerima saya kembali, saya yang brengsek ini
kenapa Kau betah, lama-lama mendengarkan curhat saya, kenapa Kau menyeka terus air mata saya, kenapa?
karena jawabannya: Tuhan tidak tinggal di Surga. Ia bosan tinggal di gereja. Ia tinggal di hatimu
Tuhan tidak eksklusif.
ReplyDeleteSepertinya banyak orang yang mengeksklusifkan Tuhan seperti gue. Ada yang menganggap Tuhan sebagai teman atau kekasih, tapi gue enggak bisa. Bagi gue, Tuhan adalah bos besar. Maka, gue pun segan.
Btw, tulisannya bagus, The. Isinya agak loncat-loncat.. ini langsung menuliskan apa yang terbesit di pikiran?
WOW!!!!
ReplyDeleteTHEOOOOO...
Tulisanmu semakin lama semakin menginspirasi!
menclok2.. tp selalu kena!
like it so much sis!!
Tuhan tidak tinggal di Surga, dia bosan tinggal di gereja!