hire me NOW!
***
sedikit cerita:
Beberapa tahun yang lalu, ketika saya masih siaran di salah satu radio swasta di Bandung, saya memutuskan untuk memulai kelas kecil seni berbicara di depan umum di tobucil, sebuah toko buku di Bandung. Murid saya waktu itu berjumlah tujuh orang, di sela-sela waktu siaran, saya datang untuk mengajar mereka.
Salah satu murid saya bernama Swan. Ia berusia enam puluh tahun dan menolak untuk dipanggil "Ibu Swan." Swan adalah seorang arkeolog dan masih melakukan penelitian ke pedalaman. Swan kerap pulang pergi Jakarta-Bandung hanya untuk mengikuti kelas saya. Sebuah pengorbanan yang saya segani, karena pada saat itu, bisa dibilang saya belum punya pengalaman apa-apa dalam mengajar.
Swan adalah murid yang sangat haus di kelas, ia banyak bertanya tentang apapun yang ia tidak mengerti. Dan ketika waktunya praktik, ia selalu bersemangat untuk mengusahakan yang terbaik. Pada pertemuan terakhir kami di kelas, Swan menghampiri saya seraya berkata, "Theo, kamu punya kemampuan mengajar, tapi bukan hanya itu, kamu mampu mengeluarkan kualitas terbaik dari orang lain. Saya bersyukur bisa belajar dari kamu."
Saya menatap matanya yang keriput dengan penuh haru kemudian mengucap terima kasih dan mengecup pipinya. Namun, di dalam hati saya tercetus pertanyaan begini, "siapa saya (yang masih bau kencur ini) sehingga mampu mengeluarkan kualitas terbaik dari seorang Ibu berusia enam puluh tahun?"
Kini bertahun-tahun kemudian, kalimat-kalimat Swan masih saya ingat. Kalimat-kalimat itu berjejak lekat di dalam hati saya, seiring dengan jam terbang mengajar yang semakin bertambah dan murid-murid yang semakin banyak. Sejak hari pertemuan saya dengan Swan, saya mengerti satu hal, sesungguhnya saya tidak pernah mengajar Swan, saya yang justru belajar darinya. Bahwa arti mengajar adalah bukan yang paling mengerti segala sesuatu; mengajar adalah mengeluarkan kualitas terbaik dari diri orang lain.
No comments:
Post a Comment