sampai mati, hanya ada satu aku dan satu dirimu.
rancu. membuat gelisah. tidak bisa tidur. tapi toh aku sudah ada bersamamu sepanjang jalan.
misterius tapi tetap romantis. mungkin itu jodoh.
aku terus mencatat. aku mencatat begitu banyak perbedaan. menarik nafas. meneliti ulang catatanku.
aku hanya sedang berkonspirasi. berpikir darimana segala perbedaan yang begitu banyak. tapi toh kita bisa bersama.
aku tidak akan pakai otakku yang hanya sebesar bakpau ini, untuk berpikir soal jodoh. karena sungguh, aku tidak akan mampu.
Tuhan itu super kreatif. Dia pasti memiliki stock rusuk dengan berbagai bentuk di Surga. tergeletak di mana-mana.
lalu ada yang mengatakan jodoh itu di tangan Tuhan. dungu!
ada ketertarikan fana. yang membawa cinta kepada kekekalan. mungkinkah itu jodoh?
ada keseimbangan yang melekat, seperti jembatan. yang entah kenapa menyambungkan.
ada ketidaksamaan yang tidak bisa kau ubah sampai mati. tapi tetap saling menyanyangi sampai mati.
seperti kecoa dengan closet.
aku menemukan makna di balik keberantakan. kau menemukan makna di balik kesistematisan.
aku penggila kopi dan hidup hitam seperti cairannya. kau yang penggila air putih dan cairan bening di dalamnya.
aku yang malas mandi. kau yang mandi plis-atuh-lah.
aku yang berpuisi. kau yang apa-puisi-plis-atuh-lah.
perbedaan seperti endapan kopi, biarkan pahitnya melebur ke lapisan yang paling bawah. ketika kau menyicipnya, anggaplah itu suatu kenikmatan.
seperti kopi tubruk, aku suka. aku suka endapannya. aku suka pahitnya. tapi meminumnya tetap keputusan.
dan banyak sekali urusan cinta, yang harus 'berhenti' di tengah jalan karena perbedaan. terlalu dungu.
sayang sekali, banyak perkara cinta yang harus berurusan dengan KTP. padahal tidak nyambung. kalau begitu, bakar KTP.
kekelan justru terjadi, ketika kau berani mati untuk perbedaan. itu cinta.
atau mungkin mencinta, tanpa harus bertanya, "kenapa?" itu lebih kekal.
sesungguhnya, setiap kita berbeda sampai mati. jadi tidak usahlah disamakan. mencinta dalam perbedaan lebih indah.
tapi kalau masih mengurusi 'perbedaan' dalam urusan mencinta. begitu ruginya dirimu.
lalu, kemudian kita mulai menyalahkan Tuhan dengan segala perbedaan. hey, tahukah kau, Tuhan pun tak beragama.
sayang, agamamu apa? rasmu apa? kenapa kita tidak mencinta saja, tanpa embel-embel brengsek itu.
kalau yang berbeda, itu berjodoh, kau pasti menyesal.
toh, aku tidak butuh persetujuanmu untuk melayangkan ide ini.
sekian dan terima kasih.
(2010)
deff like this :) have same problem just like this..
ReplyDelete