Tuesday, November 20, 2012

Balkon Kecil






Ketika meninggalkan kamar yang berantakan seperti itu. Saya berpikir bahwa saya kepengin sekali punya rumah sendiri. Dengan jendela jendela lebar dan balkon kecil menghadap ke arah matahari terbenam.

Di sana saya biasa duduk di sore hari. Menghisap kretek sesekali. Dan membaca buku. Kadang kadang menulis. Menulis apapun yang saya suka. Ditemani seekor anjing kecil yang saya beri nama Estelle.

Saya tidak lagi memikirkan tentang kamu. Karena kamu hanya menjadi bagian dari masa lalu saya. Saya tidak melupakanmu. Hanya saja bagi saya kamu telah tiada. Kita telah menjadi orang asing.

Dan pada suatu hari ketika kita bertemu lagi. Saya tidak akan mengulanginya. Seperti perkenalan pertama, menyebutkan nama dan bersalaman tangan. Saya merasa itu adalah hari terkutuk saya. Ketika saya mengenalmu untuk pertama kalinya.

Kini, saya benar benar telah menjadi orang lain. Kini, kita adalah orang asing. Lebih baik kita tidak pernah bertemu.

Saya hanya ingin sendiri dengan balkon kecil saya. Tidak ada hujan. Tidak ada lagi air mata.

Thursday, November 15, 2012

Hujan Belum Mati. Ia Datang Ke Launching Kami.





Akhirnya tanggal 10 11 12 yang ditunggu-tunggu datang juga. Hari itu sejak pagi dari jam 10 saya sudah stand by di venue. Sambil menemani Sarita menyelesaikan dekor. Sambil dalam hati saya berdoa semoga hari itu tidak turun hujan.

Sekilas mengenai tempat acara yaitu @7HeavenBooks dan @Trebiteandzip adalah rumah tua yang asik banget. Yang akan kita pakai halaman depannya untuk Launching Menuju(h). Jadi konsekuensi dari acara ini adalah sekali hujan, maka acara kita bubar jalan.

Agenda Launching Menuju(h) cukup padat. Karena selain talkshow bersama para penulis, kami juga berencana akan mengobrol lewat skype dengan Mahir Pradana salah seorang penulis yang saat ini tinggal di Swiss.

Duh, dalam hati saya berdoa kencang-kencang semoga hujan tidak turun. Sekali itu saja. Sambil mendoakan beberapa teman penulis yang pada waktu itu juga terjebak macet di mana-mana. Karena jalanan Bandung yang begitu padet.

Sambil menunggu beberapa teman-teman yang hadir. Pengunjung acara Launching terus berdatangan dan memenuhi halaman depan venue. Sangat menyenangkan ketika mendapatkan halaman @7HeavenBooks dan @Trebiteandzip sore itu ramai sekali.

Setelah dibuka oleh Sarita yang waktu itu juga ditunjuk sebagai MC/Moderator acara (Terima kasih ya Sar, kamu keren) teman-teman dari Mr. Sonjaya langsung membuka acara dengan lagu-lagu syahdu mereka. Oh sore yang menyenangkan. Talkshow awal pun berjalan segera. Kami bahkan sempat berbincang-bincang dengan Mahir lewat Skype.

Dimas dan teman teman dari Mr. Sonjaya


Sundea, Iru Irawan, Maradilla Syachridar, Vabyo, Saya, Aan Syafrani, Mahir Pradana yang bersama-sama dengan kami di layar putih lewat skype.

Tetapi di tengah-tengah talkshow yang masih berjalan. Mendung semakin menggantung. Saya mencium bau basah. Hujan sebentar lagi datang. “Oh Hujan bandel” bisik saya dalam hati.

Seperti ingin eksis juga di Launching kita. Hujan pun turun dengan derasnya. Teman-teman yang hadir lalu diarahkan untuk masuk dan berteduh di dalam area rumah tua yang tersedia. Menunggu sekitar hampir 30 Menit, hujan berlalu. Panggung di setting kembali. Dan acara kembali dilanjutkan pembacaan cerpen Menuju(h) oleh Heliana Sinaga dan Mae. (Terima kasih Mae dan Anna :-*)

Satu hal yang membuat saya bersyukur setelah itu. Teman-teman yang datang di Launching tidak langsung pulang. Mereka justru menjawab dengan semangat oleh Sarita “Acaranya mau dilanjutkan lagi gak?” “MAAAUUU”. Acara dilanjutkan dan berakhir sekitar jam setengah delapan malam.

Magis. Ketika saya dan hujan memang punya konektivitas yang luar biasa. Entah saya yang gila tidak mau meninggalkan hujan. Atau hujan yang gila, selalu memilih saya.

Tapi satu hal yang saya salut dan ingin mengucapkan terimakasih yang paling dalam adalah kepada teman-teman yang tetap mau bersetia menunggu sampai hujan berhenti dan melanjutkan Launching. Kalian sungguh keren.

Terima kasih juga kepada teman-teman dari Gagas Media yang sudah membantu dari awal sampai terlaksanannya acara Launching Menuju(h) dengan baik.

Hari itu saya senang. Teman-teman pun senang.

Terima kasih semesta yang sudah menurunkan hujan. Hujan belum mati. Buktinya ia datang ke Launching kami.

Monday, November 5, 2012

Peluncuran Kumpulan Cerita Pendek Menuju(h)










Akhirnya buku kami Launching teman. Menuju(h) adalah kolaborasi tujuh penulis muda: Aan Syafrani, Iru Irawan, Mahir Pradana, Maradilla Syahridar, Sundea, Theoresia Rumthe, Valiant Budi.

Ditunggu kehadiran teman-teman.


#LaunchingMenujuh by @GagasMedia| @laughonthefloor @7HeavenBooks @trebiteandzip | Come & cheers some beers with us.

love. 

Si "Keras Kepala"


gambar via googling.


Sedang berpikir banyak dan sedang mengerjakan banyak. Ada satu fase di dalam hidup saya yang begitu egois. Yaitu saya ingin segala sesuatunya lebih clear. Dan lebih jelas. Dimana saya harus lebih banyak deal dengan pribadi saya yang “keras” di dalam.

Untuk urusan yang menyangkut idealisme. Percayalah ada hal-hal yang tidak bisa ditawar dengan saya. Sekali “enggak” itu bisa “enggak” untuk selamanya. Si Theo yang keras kepala. Dan saya sedang deal dengannya.

Beberapa tahun yang lalu, ketika saya memutuskan untuk tinggal di Bandung dan mengerjakan apa yang saya percaya sebagai passion. Saya mendapat banyak tantangan dari dalam keluarga dekat saya sendiri. Bisa dibilang mereka tidak setuju. Bahkan mereka “memaksa” saya untuk melakukan apa yang sesuai dengan keinginan mereka.

Dan muncullah kebiasaan buruk saya yang diakibatkan oleh “keras kepala” saya. Saya bisa mendiamkan mereka berhari-hari. Bahkan berbulan-bulan. Tentu saja ini bukan contoh yang baik. Janganlah ditiru.

Toh pada akhirnya kami bisa baikan lagi. Karena saya percaya restu orang tua adalah harga mati. Dan kemudian saya menjadikan itu sebagai prinsip hingga kini.

Tetapi saya semakin yakin bahwa saya adalah “Single Fighter” banyak hal di dalam hidup yang kemudian bisa saya perjuangkan sendiri. Dan saya adalah orang yang tidak bisa dipaksa. Karena semakin saya dipaksa, semakin saya akan bilang tidak.

Deal dengan si Theo yang keras kepala.

Namun ketika menulis ini, saya hanya ingin memastikan satu hal. Keras kepala lah terhadap apa yang hatimu percaya. Karena itu bisa jadi adalah keyakinan. Keyakinan tersebut yang akan menuntun kita kepada sebuah jalan.

Saya sedang ada di dalam keyakinan itu. Masih berjalan ke arah sana. Dan sudah semakin dekat.

So, apa yang menjadi keyakinanmu?

Sunday, November 4, 2012

Who The Fuck Is Ismail Basbeth





Saya bukan tipe penonton film. Namun beda halnya dengan film-film yang biasanya suka diputar di Kineruku. Karena dalam hal ini saya percaya kepada selera Mbak Rani dan Budi Warsito (yang mengelola Kineruku). Percaya kepada dedikasi mereka mengapresiasi karya yang bagus.

Berdasarkan kepercayaan itu. Maka saya tidak mau  absen untuk menghadiri pemutaran film yang diadakan di Kineruku. Kecuali memang saya punya jadwal lain.

Tadi malam saya pergi untuk menonton film-film karya Ismail Basbeth. Setelah sebelumnya melihat tagar heboh di twitter #whothefuckisismailbasbeth. Saya jadi penasaran dan kepingin tahu siapa sebenarnya Ismail Basbeth ini.

Lima buah film pendek yang kemudian saya tonton adalah: Hide and Sleep, Harry Van Yogya, Shelter, Ritual, Who The Fuck Is Ismail Basbeth. Film-film Ismail Basbeth benar-benar pendek. Lebih pendek dari rok mini. Minim dialog dan masing-masing punya kemisteriusannya sendiri.

Yang saya rasakan kemudian adalah Ismail Basbeth banyak mengobrol dengan dirinya sendiri dan menguak banyak pertanyaan yang selama ini mungkin takut untuk dipertanyakan oleh orang banyak. Hasil obrolan dengan dirinya sendiri yang kemudian ia visualisasikan melalui karyanya.

Salah satu yang ia pertanyakan adalah: Kematian.

“Sejauh apa kematian itu berbicara kepada Mas Mail sendiri?”

Jawabnya: Saya takut mati.

Tetapi tidak hanya sampai di situ Ismail Basbeth kemudian membicarakan perasaan-perasaannya. Sehingga saya bisa melihat bahwa bagaimana sebuah proses membuat film pun bisa mengubah hidup seseorang. Dan sebuah karya itu lahir karena sebuah proses panjang untuk “menggali” baik ke dalam si pembuat karya maupun keluar. Satu kalimat yang cukup menggugah saya ketika ngobrol santai di malam itu adalah “Saya ingin mencintai diri saya sendiri seperti saya mencintai orang lain.”

Semakin banyak kita menggali sebuah perasaan. Semakin kita tidak akan pernah selesai dengannya. Atau justru itulah yang terjadi. Pertanyaan satu akan membawa kita kepada pertanyaan dua. Selanjutnya pertanyaan ke tiga. Tidak pernah selesai.

Pertanyaan itu hanya selesai ketika kita semua mati.

Silakan follow twitternya di https://twitter.com/ismailbasbeth dan ngintip project-projectnya di http://www.hideprojectindonesia.com/

Saturday, November 3, 2012

Thursday, November 1, 2012

Bulan Merah





Begitu banyaknya kesempatan untuk bersama. Di bawah mendung yang tertahankan.

Sebentar lagi gerimis akan keluar dari pipi-pipi. Tinggal memeluk. Memeluk siapa kencang-kencang. Saya sedang membayangkan suatu saat nanti ciuman akan habis. Kamu tidak lagi menginginkannya. Kamu tidak lagi merindukannya.

Dan suatu saat nanti pelukan akan habis. Kamu sendiri yang menghabiskannya untuk memeluk dirimu sendiri.

Kemudian malam. 

Dan setelah itu kamu mati. Berdarah-darah. Diantara bulan merah. 

Featured Post

Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai

Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...