Wednesday, May 23, 2012

Profile Part #3


*kak iko dan kak lulu. pic saya ambil dari fimela.com



Selanjutnya adalah Marthin Endrico Saba. Pelatih. Mentor. Sahabat. Biasanya kita semua menyapanya Kak Iko. Ada sesuatu yang sangat menarik dari orang ini. Seperti magnet, kamu akan nyaman mengobrol lama-lama dengannya. Ketika kenal Kak Iko lebih dekat, Kak Iko seperti seorang papa sekaligus kakak laki-laki. Selalu memberi petuah. Selalu membikin nyaman.  Silakan follow twitternya di sini Berikut adalah interviyu saya dengan Kak Iko:

TR: Oke, Kak Iko, kita mulai ya. Bisa sebutin nama lengkap, TTL, dan ceritain awalnya bergabung dengan Glorify?

MS: Marthin Endrico Saba. 4 April 1970. Waktu itu GTLE latihan pertama di Tamansari (sekarang Cafe Halaman) Anggota pertamanya SABA (Kak Denny, Kak Iko, Ivan) Simangunsong Sisters (Imel, Dewi Lestari, Dede Arina “Mocca”) sama beberapa orang lagi bareng Papa Daud tentunya. Ketua awal Mas Lucky Soeryo.

TR: Oke, kak Iko bisa ceritain dong GTLE awal-awal tuh kayak gimana sih. Maksud aku lagu-lagunya terus bounding-nya?

MS: Lagu awal, Glorify Thy Name, I Love You Lord, The Lord Bless You, Doa Bapa Kami, I Am. Jadi warnanya kayak gitu. Lalu berkembang ke lagu-lagunya: Motor Citty Mass Choir, Alvin Slaughter, Joyful, Happy Day. Tapi btw, latihan awal yang hanya ber-sepuluh-an itu yang tough banget! Kadang hanya ngumpul bentar, ngobrol, lalu makan deh hehe. Kadang kalau nggak latihan di Tamansari juga di rumahnya Dewi. Mulai ambil pelayanan di acara-acara dimana aja semangaaattt! Dan pulang pelayanan selalu makan ... Papa teaaaa J

TR: Wow. Seru juga ya ternyata jaman itu. Nah kita ngobrolin tentang Papa Daud. Sosok Papa Daud di mata kak Iko kayak apa?

MS: Papa luar biasa! Papa adalah seorang ayah yang sangat menghargai anak-anaknya. Papa juga adalah sahabat, temen curhat, temen ketawa bareng, guru, sekaligus panutan. Yang paling gila, papa itu sosok yang “lintas generasi” papa lahir sebagai seniman tulen. Nah kita sebagai anak-anaknya, bayangin aja, dari kecil ‘belajar hidup’ yang artinya belajar ‘menikmati hidup’ dalam kondisi apapun. Dan yang luar biasa mama Vien beda sama papa 180 derajat. Perpaduan yang menggairahkan hahahaha ... Tapi most of it all, percaya atau nggak, papa itu sama sekali nggak pernah pukul anak-anaknya, itu keren banget. Pendekatannya selalu kayak ‘sahabat.’ Papa dan mama adalah sosok orang tua yang nggak pernah maksain kehendak sama anak-anaknya apapun jalan yang kita ambil selalu mereka hargai. Nanti kalau salah baru dikasih tahu. Yang mutlak harus ke gereja, doa nggak boleh putus, dan takut akan Tuhan itu harga mati pokoknya. Kita bertumbuh dan dididik dalam pola hidup yang sederhana, jauh dari hidup mewah tapi minum susu harus, Hahahaha. Ampuuunnn.

--Perbicangan saya dan kak Iko putus dan dilanjut dengan pertanyaan selanjutnya via email—

TR: Apa yang bikin kak Iko bertahan di GTLE?

MS: Ketemu dengan Tuhan Yesus di  Glorify, breakthrough & berubah di Glorify . Glorify adalah keluarga dan rumah. Di sini kita jadi diri kita apa adanya, bisa kesel juga kecewa, tapi bisa juga menerima dan saling memaafkan. Ketawa dan nangis bareng di Glorify, di sini tempat untuk bertumbuh dan jadi dewasa. Belajar yang namanya Commitment, tanggung jawab, bertahan dalam proses & menemukan arti hidup di Glorify. Glorify juga membawa masuk ke suatu waktu Tuhan untuk ketemu dengan (my one and only love) Lulu kesayanganku (Kak Iko menikah dengan Prita Laura/Lulu, presenter MetroTV). Di Glorify ketemu dengan pribadi-pribadi yang dashyat dan punya talenta luar biasae, belajar tentang pentingnya kesehatian, ibarat puzzle masing-masing kita ternyata punya peran di Glorify, nggak ada Superman! belajar untuk saling menghargai satu sama lain, Glorify ada & bisa bertahan hanya karena Kasih Karunia Tuhan .

TR: Dari dulu sampai sekarang ada nggak perubahan paling besar yang kak Iko rasain di GTLE, yang juga memberkati kak Iko?

MS: Iya doong, dalam banyak hal. Karena ada kalanya tiap angkatan itu punya 'gaya dan warna' yang berbeda. Misalnya dalam cara beradaptasi, berkomunikasi, keorganisasian, latihan, sampai juga guyonan. Yang penting dan nilai-nilai yang dipegang harus tetep kuat. Anyhow to be honest, terlepas dari apapun, kak Iko sangat terberkati ngeliat juga menyaksikan pribadi-pribadi yang 'diubahkan' oleh Tuhan. As a leader, merupakan kepuasan tersendiri, dan bersyukur karenanya. Itu nikmatnya lebih dari apapun!

TR: Lagu favorit kak Iko selama di GTLE apa dan kenapa?

MS: Lagunya Papa, Damai Abadi & Nahkodaku. Secara komposisi aransemen sangat luar biasa! Dan latar belakang cerita dari lagunya punya makna yang sangat dalam & menyentuh! Belum lagi, karena kita ngalamin juga pada saat lagu itu dibuat, jadi tambah powerful. Papa orangnya romantis, melankolis sekaligus jenius.  I'm sooo proud of him!

TR: 3 kata tentang GTLE?

MS: Komitmen,  Proses  &  Cinta.

TR: What's your best wishes for GTLE?

MS: Pray that God will give our hearts desire and expand our area where we can bless more people with our incredible God's given talent. And may He take us higher and higher to be the answer for this generation :) always remember too, kalau kita bukan hanya sekedar 'nyanyi', tapi 'melakukan'  dan 'menghidupi'  apa yang kita nyanyikan. Karena hidup kita semua adalah ibarat 'surat terbuka' yang bisa dibaca dan dinikmati oleh semua orang. Berharap kalau tiap pribadi yang ada di Glorify bisa bertahan dalam prosesnya Tuhan, dan berubah jadi seperti yang Tuhan inginkan. Berharap, ke depan kita bisa memberkati orang dengan bawain genre lagu yang lebih bisa diterima oleh lebih banyak orang lagi. Bukan hanya lagu 'rohani', tapi lagu-lagu lain juga yang punya nilai powerful. Stay in Jesus, stay humble, stay sweet & strong. Once again, semua hanya karena anugrah dan kasih karunia-Nya. Glorify The Lord Ensemble, adalah warisan yang turun temurun sampai anak cucu kita, dan akan selalu jadi berkat bagi siapapun. Ameen!

TR: Terimakasih kak Iko for sharing. Tuhan sayang kak Iko dan keluarga selalu!

Thursday, May 17, 2012

Profile Part #2


gue dan Ojak. Nggak dapet foto lain nih :D




Selanjutnya adalah seorang pria yang telah menikah dan punya anak satu. Kocak abis dengan banyolan-banyolan yang dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Tapi anehnya tetap lucu. Ojak Parulian Hutagalung, cowok kelahiran Bandung 17 Januari 1977. Saat ini bekerja sebagai marketing manager di PT. Venamon, Bandung. Ojak dipercaya beberapa tahun menjadi ketua Glorify The Lord Ensemble. Rehat sejenak. Dan saat ini ia kembali ada di posisi ketua. Bertahan selama 16 tahun di Glorify The Lord Ensemble tidaklah mudah, banyak jatuh dan bangun. Follow Ojak di sini yuk, kita simak cerita saya dan Ojak dalam interviyu berikut ini J

TR: Bisa cerita awal masuk GTLE?

OH: Sama kayak Watti, dulu Om Daud ngelatih paduan suara SMA Yahya tahun 1996 terus ikutan festival paduan suara ITB dan juara. Beberapa anggotanya ditarik masuk Glorify termasuk si  ganteng ini :D

TR: Hahaha. Iya deh yang ganteng :D oke, dari 96 sampai sekarang, apa yang bikin lo bertahan di GTLE?

OH: Bingung kalau ditanya kenapa bertahan. Tapi jawabannya Cuma satu sih CINTA. Umurku sekarang 35 tahun, Glorify 19 tahun, jadi hampir setengah hidup gue di Glorify dari mulai SMA, kuliah, kerja, nikah dan sekarang sudah punya anak satu. Luar biasa. Semua karena cinta. (Ojak menikah dengan Evi dan punya satu anak perempuan bernama Cissi)

TR: Wow. Selama masa-masa itu lo pernah bosan nggak?

OH: Itu dia, mungkin karena perasaan cinta itu jadi nggak pernah bosan. Meskipun pernah kecewa, dikecewain, marah, dimarahin. Tapi semua itu nggak bisa mengalahkan rasa cinta gue sama komunitas ini. Meskipun teman-teman seangkatan (angkatan lama) sudah hampir nggak ada semua. Tapi gue tetap stay di sini karena rasa itu. Bahkan keputusan gue untuk menjadi ketua lagi, itu semua karena gue sayang sama komunitas ini.

TR: Oke. Dari tahun 1996 sampai sekarang, ada gak kejadian/peristiwa paling “nyentuh” yang paling lo inget?

OH: Banyak banget. Tapi yang paling gue ingat adalah tahun 1999 waktu papaku kritis di rumah sakit, anak-anak Glorify hampir semua ada di rumah sakit, sampai akhirnya papa meninggal setelah kritis tapi anak-anak Glorify ada di sana. Itu sangat menyentuh.

TR: *emoticon sedih* hehe. Baiklah. Lanjut ya, kalau peristiwa “kocak” yang lo inget?

OH: Nama gue aja udah Kocak Parulian Hutagalung. Bukan kocak lagi sih tapi sedikit memalukan. Kira-kira di tahun 2002-an ada pelayanan kebaktian penyegaran iman di GKI Kebonjati, karena buru-buru nggak ngecek celana dulu, naik angkot sampai ke Kebonjati, pas turun kok orang-orang di angkot pada senyum-senyum gitu ngeliatin gue. Tapi gue cuek aja ah, nah pas sudah di gereja dan sedang kebaktian, sebelum nyanyi, gue ngerasa kok dingin gitu ya bagian bokong. Eh ternyata celana gue sobek jahitannya area bokong dari ujung sampai ke bawah. Langsung aja deh ngacir cari cara untuk tutupin sobekannya. Akhirnya pakai selusin peniti, masalahnya pas nyanyi ada penitinya ada yang lepas satu-satu gitu dan nusuk pantat. Aw, wewik banget lah. Akhirnya gue tahu kenapa semua orang di angkot kok senyum-senyum. Eh ternyata lihat pantat bohay gue.

TR: *pas baca bagian ini, ngakak edan gue* *masih ngakak* Entar ya, ketawa dulu. Geblek!

OH: Salam dari pantat bohay dan kolor jaring-jaring.

--SKIP--

TR: Oke, next ya, sebutin satu orang di Glorify yang pengen lo peluk dan ngucapin terimakasih (entah untuk alasan apapun itu)?

OH: Semua orang di Glorify pengen gue peluk. Cuma kalau harus menyebutkan satu orang ya orang yang masih setia di Glorify bertahun-tahun. Salah satunya Denni (Denni Saba) karena bareng dia tahun 1999 kita bertobat dan dibaptis bareng di Salatiga dan dulu kita pernah berpikir pengen Glorify bisa pelayanan ke Salatiga, pokoknya kemana-mana dan itu kesampaian meski belum semuanya. Meski kadang dalam beberapa hal kita sering berbeda, tapi dia juga menunjukkan kalau dia punya rasa yang sama terhadap Glorify. Buktinya dia juga masih stay di sini.

TR: Lagu favorit lo selama di GTLE? Dan kenapa?

OH: Glorify Thy Name. Itu lagu kalo dinyanyiin bikin merinding, makanya pas nikahan gue lagu itu dibawain pas pemberkatan.

TR: 3 kata tentang GTLE?

OH: Faith, Hope, Love.

TR: Terakhir ya Jak, What’s your best wishes for GTLE?

OH: Glorify terus ada sampai anak cucu kita. Pelayanan kita berkarakter dan makin tajam. Pelayanan kita jadi berkat buat kita pribadi, keluarga dan orang-orang di sekitar kita. Dan album Glorify bisa jadi berkat buat banyak orang. God Bless Glorify The Lord Ensemble. Happy birthday. Keep winning.

TR: Sip. Thanks for sharing ya Jak. God Bless lo juga dan keluarga :)





Wednesday, May 16, 2012

Profile Part #1





Profil pertama adalah Jeffry Wattimena. Lahir di Bandung, 21 January 1979. ‘Watti’ biasanya disapa. Cowok Ambon, hitam manis ini di Glorify adalah pelatih. Watti dikenal oleh teman-temannya memiliki keisengan yang luar biasa besar. Haha. Kadang cerewet dan tak bisa diam. Tapi selain itu hatinya lembut dan nyaman sekali kalau di dekat dia. Makanya banyak cewek-cewek suka luluh kalau di dekat dia *uhuk* dan fakta lainnya, masih single loh dia *uhuk lagi* kamu boleh follow dia di sini berikut sedikit interviyu saya dengan Watti lewat bbm, silakan menyimak J

TR: So, pertanyaannya adalah apa yang bikin lo betah di GTLE?

JW: Karena gue suka nyanyi. Nyanyi buat BOKAP gue. Manusia (anggota) silahkan ganti. Tapi nyanyi nggak bisa hilang dan keganti.

TR: Jadi nyanyi itu semacam kebutuhan?

JW: Emang. Gue berterimakasih (kepada BOKAP) dengan ngomong langsung dan juga nyanyi.

TR: Lo ngerasa punya bakat nyanyi sejak kapan?

JW: Dari SMA. Kalau kecil nggak mikirin itu bakat atau bukan. Yang penting cuma suka nyanyi. Pas SMA bukan sadar juga sih, orang lain yang bilang.

TR: Oke, terus apa yang bikin lo memilih untuk tetap jadi penyanyi (secara profesional) lo ngerasa itu panggilan lo apa gimana?

JW: Buat gue, being professional adalah doing what you love and get paid. Jadi siapa yang nggak mau melakukan yang dia cinta dan dibayar untuk itu.

TR: Balik ke GTLE. Kenapa GTLE? Maksud gue kan banyak tempat pelayanan. Tapi kenapa musti di GTLE? Bisa cerita juga awal masuknya lo?

JW: Bukan gue yang milih. Gue dipilih (diajak) Papa Daud (Daud Saba, Founder Glorify The Lord Ensemble) Ivan Saba ajak gue tahun 1993 dan gue nggak mau. Papa Daud ajak lagi di tahun 1996 dan gue ikut sampai sekarang. Boro-boro dulu mikirin tempat pelayanan, pas SMA kan lebih penting main daripada pelayanan. Jadi sekarang, setelah GTLE, yang notabene adalah wadah pelayanan, jadi keluarga gue, untuk apa gue punya tempat pelayanan lain? Lengkap kok wadah pelayanan gue yang pelayanan “duniawi” BOKAP kasih Marcell (yap, Watti juga adalah backing vokalnya Marcell) yang pelayanan “rohani” GTLE. Dua ini sudah lebih dari yang gue minta.

TR: Baiklah, panjang juga ya perjalanan hidup lo. Hmmm.

JW: Hahaha.

TR: Dari tahun 1996 sampai sekarang, ada nggak kejadian/peristiwa paling “nyentuh” yang paling lo inget?

JW: Ya pas papa Daud “pulang” di malam gue berangkat ke Papua.
(Daud Saba meninggal dunia 31 Januari 2010. Waktu itu Watti berangkat ke Papua untuk ngajar di sana selama beberapa bulan)

TR: *emoticon sedih* kalau peristiwa “kocak” yang paling lo inget?

JW: Nggak ada sih. Nggak ada yang ter/paling, terlalu banyak “file” kocaknya, sampai kalo setiap ada yang ungkit/cerita ulang, semua bisa bikin ketawa dan nangis-nangis.

TR: Sweet *emoticon senyum* lanjut, sebutin satu orang di GTLE yang pengen lo peluk dan ngucapin terimakasih dan kenapa?

JW: Ojak (Ojak Hutagalung, Ketua GTLE) dan Kak Iko (Marthin Saba, Pelatih GTLE) Ojak sebagai besties gue. Dan Kak Iko sebagai brother.

TR: Lagu Favorit lo selama di GTLE dan kenapa?

JW: God and God Alone. Nyanyiinnya harus dengan dahsyat, gak bisa biasa-biasa. Buat gue isi lagunya nyatain kalau gak ada siapa-siapa lagi yang matter buat manusia selain Tuhan.

TR: Sebutkan tiga kata tentang GTLE?

JW: GTLE itu hmmm 3 kata ya ... Pemberian Terbaik Tuhan (buat gue).

TR: Oke, pertanyaan terakhir gue. What’s your best wishes for GTLE?

JW: Gue punya keyakinan kalau dari album berikut (album ke-dua GTLE sedang digarap. Kita sudah rekaman sekitar 11 lagu) pelayanan kita bakal “naik kelas” dua tahun besok wilayah jangkauan pelayanan kita jauh berkembang. Dan harapan gue, kita (anggota GTLE) bisa dibenahi supaya bisa jadi satu hati satu tujuan, sehingga Tuhan bisa bekerja secara nyata di setiap pelayanan kita.

TR: Baiklah, thankyou for answered my questions. Dan terimakasih sudah berbagi ya.

*obrolan saya dan Watti akhirnya berakhir sekitar pukul 02.46 subuh. Haha. Terimakasih Watti* 

Edisi HUT Glorify The Lord Ensemble





Persis di tanggal 9 Mei kemarin Glorify The Lord Ensemble berulangtahun. Kalau ada yang bertanya Glorify The Lord Ensemble itu apa, saya pernah menulis di sini. Banyak yang datang dan pergi. Tapi ada beberapa yang bertahan. Saya pernah menulis di twitter beberapa waktu yang lalu bahwa saya akan memberikan penghargaan kepada beberapa teman yang “bertahan” di Glorify lebih dari 10 tahun, bahkan 16 tahun.

Ini minggu-minggu yang sibuk sekali. Karena sebentar lagi GTLE akan retreat. Tapi saya mau sempetin waktu untuk interviyu mereka. Dan mengetik ulang isi interviyu itu. Dan menulis semacam profil mereka untuk blog perempuansore. Yang saya lakukan ini sedikit random. Entah mengapa? saya hanya mau melakukannya saja. Hihihi.

Oke, kalau ada yang tanya sebegitu pentingnya kah saya melakukan ini, sampai diangkat jadi profil segala.

Jawaban saya sederhana saja: karena mereka penting bagi saya. Saya belajar banyak dari mereka. Dan siapa tahu kamu juga belajar banyak dari mereka.

J

Jadi selamat ulangtahun yang ke 19 Glorify The Lord Ensemble. A place we called home.



Thursday, May 3, 2012

Where The Idea Came From





Beberapa kali dipercaya menjadi pembicara di pelatihan menulis kreatif. Membuat saya bertemu dengan beragam pertanyaan dari asal muasal menulis, bagaimana mengembangkan ide-ide kreatif yang muncul, dan bagaimana menangkap ide-ide itu sendiri.

Fakta mengenai sebuah ide adalah kadang ide itu tidak ditangkap. Ide itu memilihmu. Sampai di sini mungkin kamu masih tidak percaya. Tetapi hal itulah yang biasanya saya alami.

Saya punya beberapa tempat dimana, ide biasanya menemukan saya. Saya melihat ide berjalan-jalan dan akhirnya kami berkenalan. Selayaknya orang asing. Tapi akhirnya kami bersalaman. Jika kamu kepengin tahu tempat-tempat itu/bagaimana saya bertemu ide. Ini dia:

kloset.

Saya tidak punya kloset yang bagus. Hal ini juga dikarenakan sampai saat ini saya masih kos dan belum punya rumah sendiri. Tapi kloset di kos termasuk layak untuk duduk di sana berlama-lama.

angkot.

Saya tidak pernah berpikir untuk membeli motor. Karena kesukaan saya sampai saat ini adalah beraktivitas dengan dress lucu. Saya tidak pernah bisa membayangkan bagaimana saya pergi naik motor dengan dress lucu itu. Jadilah saya seringkali naik angkot. Tempat duduk kesukaan saya adalah persis disamping pak supir. Alasannya tak ada. Saya suka saja, karena di sana saya bisa melihat jalan lebih luas.

jalan kaki.

Hidup di kota besar seperti Bandung, terkadang membuatmu lupa untuk berjalan kaki. Tetapi faktanya, di Bandung kamu masih bisa mendapatkan jalan-jalan ramah yang masih bisa dipakai untuk jalan kaki. Dan di sana saya biasa bertemu dengan ide yang banyak sekali.

melamun.

Saya tidak tahu denganmu. Tapi saya biasa melakukannya. Orang-orang yang dekat dengan saya suka sekali memergoki saya sedang melamun. Entahlah pada dasarnya mungkin karena saya suka sekali berkhayal.

melihat-lihat sesuatu yang berwarna.

Ada kalanya saya menyukai sesuatu yang hitam putih. Tapi kebanyakan saya menyukai sesuatu yang berwarna. Ini bisa saya lakukan dengan mix and match baju yang warna-warni. Buka-buka majalah. Atau pergi ke tempat toko mainan anak-anak. Di sana saya akan melihat banyak sekali warna. Dan biasanya ide akan muncul.

kafe. sendirian.

Mungkin kamu punya beberapa kafe favorit yang biasanya kamu datangi dengan teman-temanmu. Tetapi jika ada ide yang hendak saya temui. Saya tidak pernah keberatan untuk menemui ide itu sendirian. Duduk di pojok kafe. Dan mulai menulis di sana.

halaman belakang kos.

Bersyukur saya memiliki kos dengan pekarangan yang sangat luas. Dan memang inilah salah satu syarat saya memilih kos. Ya, saya pemilih. Saya biasa menulis berjam-jam di sana karena banyak sekali pohon rindang. Dan bau rumput. Entahlah tapi saya suka sekali suasana itu.

pic dari the sartorialist.

dan pantai

Saya suka sekali ombak dan suasananya. Ombak-ombak itu seperti gulungan kata-kata.

Kamu sendiri bagaimana?

Featured Post

Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai

Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...