Aku punya seorang teman, jaman kecil dulu. Aku lupa, tapi mungkin sekitar aku umur lima atau enam. Namanya Doda. Doda itu anak laki-laki seumurku, tampilannya kurus, berambut lurus, matanya bersinar sekaligus sendu.
Aku tak punya ingatan banyak mengenai Doda. Yang aku ingat, rumahnya di dinding, aku selalu ‘pura-pura’ tidur siang (padahal tak suka) supaya bisa bertemu dengan Doda. Kita biasanya bercerita tentang apa saja, tentang Kakak-kakakku yang sibuk dengan tugas sekolahnya. Tentang Papa dan Mama yang suka pergi berbulan-bulan, dan terpaksa aku harus ikut tinggal di rumah Oma atau Tante, padahal (kadang-kadang) aku tak suka dengan situasi itu.
Bahkan berbagi cerita tentang cinta monyet. Ya! masih monyet! belum jadi gorilla.
Doda, itu seperti anak-anak yang lain, suka bermain, kita berdua suka bermain, kadang aku masuk ke dinding untuk bermain dengan Doda. Doda juga sosok anak laki-laki yang pengertian. Tak banyak mengeluh tentang keluarganya, walaupun aku lupa, aku pernah bertanya tentang keluarganya atau tidak.
Bermain dengan Doda, selalu asyik. Kadang sampai lupa waktu. Dan aku ingat, aku selalu tidak rela, kalau Doda harus pulang. Pulang kemana, entah. Aku hanya tahu rumah Doda di dinding. Waktu itu gampang sekali, kalau aku mau mencarinya, aku hanya perlu ‘pura-pura’ tidur siang, dan menghadap ke dinding. Doda selalu ada disana.
Kalau sekarang, agak sulit.
Hari ini aku kangen, ingin bertemu dengan Doda lagi. Ada yang tahu Doda dimana? ada yang bisa bantu kah?
Atau mungkin aku harus ‘pura-pura’ tidur siang dan menghadap ke dinding, supaya kita bisa bertemu (lagi).
Mungkin.
28.03.2010; 15:28
*Untuk June, my sister, kalian dulu sempat berkenalan
No comments:
Post a Comment