ketika menulis ini. aku coba menengok sebentar ke dinding, siapa tahu Doda ada di sana.
Kepada yang tersayang Doda.
Hai Doda, apa kabar kamu sekarang? masih bertubuh kurus, berambut keriting dan bermata sendu. Ah, kamu sekarang juga pasti sudah dewasa. Sama seperti aku, bukankah kita seumuran. Tiga tahun dari sekarang kita akan berumur 30.
Apa kamu masih tinggal di dinding kamar rumah Kudamati? Aku merindukanmu Doda. Kamu masih ingat pertama kali kita bertemu, aku lupa waktu itu aku umur 6 atau 7. Aku anak kecil yang terlalu aktif, aku paling tidak suka disuruh tidur siang.
Kalau disuruh tidur siang, aku selalu menghadap ke dinding. Lalu aku suka berbisik-bisik. Menirukan suara-suara, seperti sedang mengobrol. Kadang aku menjadi anak kecil, orang dewasa, ibu-ibu, siapa saja yang aku mau. Semacam bermain drama dengan diriku sendiri.
Lalu di sana, pertama kali aku melihatmu di dinding. Kamu tersenyum kepadaku. Rambutmu keriting dan gondrong. Dalam hati aku bertanya, kenapa rambutmu gondrong, padahal anak seumurmu kan harus pergi ke sekolah. Memangnya anak seumurmu tidak sekolah.
Tapi, akhirnya aku mengerti sepertinya kamu memang tidak pernah sekolah. Lalu kita bermain. Seingat aku, kamu punya rumah kecil di dalam dinding itu. Kamu lalu mengajak aku bermain di dalam dinding. Kita sering bermain drama Mama Papa. Kita sering bercerita bersama. Kita sering tertawa-tawa.
Sejak mengenalmu tidur siang selalu menyenangkan.
Aku selalu suka tidur siang sebelum waktunya, supaya bisa bertemu kamu Doda. Sampai suatu hari, aku melihat mata sendumu itu tampak sedih sekali. Sedikit berarir. Bahumu berguncang-guncang. Aku tak tahu kenapa?
Kamu hanya pamit, bilang mau pergi.
Lalu aku ingat, aku bilang kepada Kakakku June “Ne, Doda mau pulang.”
Sejak itu, aku tidak pernah melihatmu lagi. Kemana kamu Doda? Kamu masih tinggal di dalam dinding? Atau mungkin sekarang kamu sudah menikah dan punya anak-anak yang lucu-lucu.
Aku kangen kamu, Doda.
No comments:
Post a Comment