weheartit
Mungkin saya harus bisa seperti kamu. Tetap setia walau sering dilompati.
Bentukmu begitu kotak. Penuh dengan kaca. Kamu senang mengintip, walau terkadang malu-malu. Satu ketika kamu menangis banyak, air matamu mengalir kemana-mana. Tadinya saya pikir itu hujan, ternyata bukan. Itu asli adalah air matamu.
Jendela maafkan saya, saya ini terlalu sibuk. Baru pulang hingga jauh-jauh malam, lalu bangun siang-siang. Saya keterlaluan. Sedangkan mungkin kamu hendak cerita—tentang pacar barumu yang berandal itu. Yang suka sekali duduk-duduk dan merokok di punggungmu.
Ah, jendela. Jangan terlalu percaya dengannya. Kelihatannya dia berandal. Tapi kalau ngobrol soal berandal, saya juga suka berandal. Mereka itu keluar masuk dalam kehidupanku. Mereka kadang kurang setia, tapi begitulah: apa mau dikata kalau sudah cinta.
Lalu, kenapa kamu begitu terbuka. Walau banyak yang membuatmu terluka. Banyak yang singgah, lalu menggores-gores bentukmu. Ada yang menggambar sekenanya di sana. Iseng menumpahkan sesuatu. Mematikan rokok pada kisi-kisimu. Membuang air. Bahkan pipis sebarangan dari sana.
Kamu begitu kokoh. Tetap ramah untuk menyapa pagi. Tetap menyapa sinar kuning matahari. Membiarkan mereka bergelayutan di bibirmu. Lalu tidak marah-marah ketika ada hujan, padahal ia suka meninggalkan lapuknya di pipimu.
Seharian kemarin saya di angkot. Mukamu ada dimana-mana. Kamu masih saja mengintip saya dengan malu-malu. Semoga kamu baik-baik dengan pacar barumu yang berandal itu.
Saya ini gadis bodoh yang harus banyak belajar dari kamu, jendela.
Saya ini gadis bodoh yang harus banyak belajar dari kamu, jendela.
jendela, tempat kita bercermin dan menatap dunia
ReplyDeleteJendela...
ReplyDeletetempat seorang anak mengintip dunia, membisikkan rindu dan harapan, juga menuliskan cita-cita ditubuhnya yang berembun.
o geez, reading this reminds me the beautiful feeling after writing. i miss writing. and this is so lovely... >.<
ReplyDeletenangeeesssss :"(
ReplyDelete