Semangat untuk bersama yang
kemungkinan hendak ditawarkan oleh Tesla Manaf Effendi dan kawan-kawan dari
Mahagotra Ganesha dalam album ini. Ketika mendengarkan album ini saya melihat
seorang gadis Bali dengan kain kebaya kuning mencrangnya. Atasan merah jambu.
Rambut tergerai berjalan di tepi sawah dengan membawa sesajen di tangan sebelah
kirinya.
Pergi kemana? Saya tidak tahu.
Bisa saja ia ingin sembahyang.
Kira-kira ketika ia sembahyang, ia akan mengucap apa: mugkin penantian. Menanti sang kekasih yang dulunya pernah bersama,
terpisah dan sampai sekarang belum bertemu lagi.
Terdapat banyak emosi di dalam
penantian. Menunggu itu bukan kesalahan. Tetapi jika menunggu sesuatu yang
tidak pasti apa itu juga bisa disebut kesalahan?—entahlah. Banyak kebingungan, ya pada bagian selanjutnya
setelah mendengarkan album ini yang saya rasakan adalah ini. Kebingungan yang
menyergap ketika kita ada di dalam penantian. Mungkin itu tadi, kebingungan itu
datang supaya kita dapat memilih—apakah kita akan terus menanti atau membuat
hati kita berhenti menanti. Selanjutnya ada cinta
yang begitu dalam yang saya rasakan ketika mendengarkan album ini.
Pertanyaannya adalah sedalam apa kamu pernah mencintai seseorang? Jawabannya
hanya kamu sendiri yang tahu. Bagi saya pertanyaan sedalam apa? akan dijawab
dengan saya mencintai sampai saya tidak lagi mencintai. Rasa cinta saya
habis—selesai hanya pada orang itu. Lalu yang tersisa adalah kesetiaan, ketika menanti. Tak ada yang bisa dipegang.
Selain setia. Percaya atau tidak, bisa jadi orang yang sedang kita nanti, tidak
setia. Ia malah melakukan sebaliknya. Tapi setia kepada cinta itu sendiri,
bukankah jauh lebih tinggi nilainya? Selanjutnya ketika mendengarkan album ini
ada rasa marah. Marah kepada siapa?
Marah kepada waktu yang tidak juga berpihak kepadamu. Marah kepada Tuhan sang
pemilik waktu. Marah kepada diri sendiri yang ternyata tidak cukup sabar. Atau
bisa jadi rasa marah itu datang begitu saja. Mengendap. Membuatmu hanya bisa
diam berhari-hari. Selesai itu, segala sesuatu diselesaikan dengan damai.
Tesla Manaf Effendi, tidak
hanya seorang musisi. Ia seorang pribadi yang ketika berkarya mampu
menghadirkan pribadinya yang melankolis koleris ke dalam karya-karyanya. Ada
emosi yang naik turun, seperti yang berusaha saya gambarkan di atas. Satu hal
yang saya rasa sangat penting di dalam album ini yang patut kita apresiasi
adalah : rasa cinta kepada Indonesia. Semangat yang coba ia tularkan untuk
tetap setia kepada bangsa ini, walaupun sesekali ada ketidaksetiaan.
Ketika saya sampai di sini, saya
membayangkan si gadis Bali tadi dengan kebaya kuning mencrangnya. Membawa sesajen di
tangan kirinya, pergi ke pura terdekat dan berdoa untuk seseorang yang ia sebut sebagai kekasihnya bernama: Indonesia.
Beli albumnya ya teman, infonya silakan follow twitternya Tesla https://twitter.com/#!/teslamanaf :)
saya sudah denger beberapa lagunya di soundcloud, dan wow!
ReplyDeleteeh ternyata pas mampir ke sini... terima kasih sudah bikin saya ngidam beli albumnya, mbak :)
ihhhh pengennn~ :s
ReplyDeleteyaampun, kekasihnya... bernama Indonesia.. :c
*betewe, mampir balik ya kak?:)*