Rintik hujan begitu tipis.
Mengganggu pemandangan kita. Yang sedang saling
bergadengan tangan—pipi bertemu pipi—menginginkanmu dengan sangat. Tidak ada
toleransi tentang ini.
Dan saat ini kita saling bertatapan, kamu bisa melihat
bening mata saya dengan jelas bercampur dengan air mata, bahkan air mata ini
pun menginginkanmu dengan sangat. Saya menginginkanmu! dengan seluruh jiwa dan
air mata saya.
Kamu tertawa. Tawa yang khas. Tawa yang selalu buat
saya bahagia. Di sana saya bisa melihat mata kamu yang biasanya sendu begitu
ceria. Karena mata itu yang membuat saya begitu jatuh cinta. Saya memilih mata
itu dari semua mata yang pernah saya temui. Kenapa? ah, jangan pernah tanya
kenapa. Jatuh cinta titik. Tidak pernah saya kepikiran alasan yang lain.
Kamu bingung. Melihat saya dengan tatapan bertanya
seperti “kok bisa?” Tentu saja “bisa” begini: seperti rintik hujan tipis di
luar, kenapa mereka memilih untuk jatuh?
Dan kali ini, kamu memandang saya dengan tatapan
semakin aneh. Kamu bilang bahwa saya gila. Saya adalah orang gila yang mungkin
terlalu jatuh cinta kepadamu. “MUNGKIN?” spontan saya meneriaki kata itu keras
diantara hujan tipis dan jaket milikmu di atas kepala yang kini mulai basah.
Tak ada kata “MUNGKIN” ketika saya bilang cinta
kepadamu. Kecuali jika kamu sendiri yang tidak percaya.
Terserah.
Lalu kamu masih melongo dengan binar mata yang sama.
“Boleh saya cium mata kamu?”
Kamu mengangguk.
*ketika siaran dan
gerimis tipis di luar. Mobil lalu lalang dengan padatnya. Ada bau kamu.
Woow... :)
ReplyDeleteBau hujankah? :D
ReplyDeletekeren :D
ReplyDeletehohohohoh...so sweet :)
ReplyDelete