aku patung mereka patung
cangkir teh hangat namun kaku
dan dingin
meja meja kayu mengkilap
wajahmu dibasahi air mata yang
dilukis
***
Tuan Kecil yang bermimpi akan
bertemu Nona Kecil. Sampai suatu hari di taman bermain yang telah dijanjikan si
Tuan Kecil datang dengan setelan jas biru tua. Bunga tulip kuning di tangannya.
Di kejauhan tampak si Nona
Kecil bangun terlambat. Karena semalam ia tak bisa tidur. Dengan gesit ia mandi lalu
terburu-buru membuka lemari. Hendak pakai baju apa ya? pikirnya. Pilihannya
jatuh ke dress kuning muda. Motif bunga merah kecil. Dengan sepatu boot, yang
akhirnya menampung jari-jari mungilnya.
Si Nona Kecil pun berlari. Ia
tak ingin Tuan Kecil terlalu lama menunggu.
Taman bermain itu kelihatan
ramai. Banyak pengunjung mulai datang. Ada pasangan orang tua dan anak-anaknya.
Ada para remaja. Ada juga opa oma yang duduk-duduk di bangku sekitar taman.
Nona Kecil kini telah sampai di
tempat yang dijanjikan. Dengan kuncir di kepalanya terjuntai. Ia melihat ke
kanan dan ke kiri mencari Tuan Kecil. Apa aku terlambat? pikirnya. Kalau Tuan
Kecil sudah sampai duluan, ia pasti menunggu. Begitu kata hatinya lagi. Tidak
lama kemudian ia duduk di atas rumput. Rumput yang wangi sehabis terkena hujan.
Tak ada yang bisa dilakukan selain duduk dan menunggu. Pikirnya lagi. Sampai
akhirnya Nona Kecil mengantuk.
Senja kini telah turun, Nona
Kecil terbangun dari tidurnya. Berapa lama ia lelap. Ia tak tahu. Yang ia tahu
perutnya kini kelaparan. Ternyata ia tidur cukup lama. Dan setelah
diingat-ingat lagi, tadi pagi ia tidak sempat makan apa-apa. Ah, mama pasti
kuatir.
Duh, bagaimana ini, sebentar
lagi taman bermain ini akan tutup. Aku belum juga bertemu dengan Tuan kecil.
Lagi-lagi hati Nona Kecil gelisah. Ia bertemu dengan seorang ibu yang hendak
berjalan ke arah pintu keluar. “Ah, kamu pasti Nona Kecil. Dari tadi Tuan Kecil
menunggumu di sana.” Kata ibu itu sambil menunjuk ke arah carousel. “Terima kasih
ibu.” Nona Kecil mengucapkan kata itu sambil berlari ke arah carousel.
Beberapa anak masih duduk-duduk
di atasnya. Ikut berputar dengan lagu dari speaker yang cukup keras. “Itu dia!”
Nona Kecil terpekik keras ketika melihat Tuan Kecil sedang duduk di atas salah
satu kuda carousel yang tengah berputar. “Tuaaannn Keciiilll.. ini aku.” Nona
Kecil melambaikan tangannya, berlari ke arah Tuan Kecil.
Terasa kuda-kuda carousel
melambat. Lagu dari speaker mulai mengecil. Nona
Kecil berlari menemukan Tuan Kecil di atas carousel. Memeluknya, mencium
pipinya. Bunga tulip kuning di tangan Tuan Kecil tampak masih segar.
“Baiklah, Tuan Kecil, mari kita
menulis mimpi..” Nona Kecil mengeluarkan lipstik merah yang sedari malam ia
ambil dari meja rias mama. Dan mengeluarkan kertas putih dari dalam
saku bajunya.
“Kelak, aku ingin menjadi ibu.”
“Kelak, aku ingin menjadi ibu.”
Ia menulis lima kata.
Tulisan sambung cakar ayamnya tampak
tidak beraturan dengan ujung lipstik merah di tangan kanannya. “Nah, sekarang
giliranmu Tuan..” Nona Kecil menyodorkan ujung lipstik dan kertas ke tangan
Tuan Kecil yang dari tadi diam saja. Tidak bergerak. Karena Tuan Kecil hanya patung di atas
carousel.
Dago 349, 17 November 2011.
11:49.
*ini bukan review. Hanya cerita
untuk Track ke-5 : DIORAMA dari Album Tulus. Track ini favorit saya. Kamu bisa
beli albumnya dengan Info lengkap http://www.musiktulus.com/
saya suka tulisan-tulisan mbak perempuan sore.
ReplyDelete:)
Saya juga, saya boleh taut yah link nyah.
ReplyDelete