gambar dari jakartapost
Beberapa
hari terakhir ini saya menghabiskan waktu untuk browsing dengan membaca banyak
sekali berita sekaligus. Biasanya berita yang saya baca berasal dari link yang
di-share di twitter. Lalu saya menemukan satu berita dari jakartapost.
Inti dari
berita di atas adalah bagaimana saat ini banyak sekali orang-orang yang
kemudian takut keluar rumah karena jalanan sudah semakin tidak aman. Banyak hal
yang buruk yang nantinya bisa menimpa mereka di jalan. Dan yang lebih
mengerikan lagi adalah banyak sekali masyarakat “sakit” yang saat ini sedang
berkeliaran di luaran sana. Mereka sudah tidak lagi bisa dipercaya. Mereka
orang jahat. Dan tidak ada lagi orang baik di muka bumi ini.
Muncul
satu pertanyaan di kepala saya “benarkah orang baik sudah tidak ada lagi di
muka bumi. Lalu kemanakah mereka pergi?”
Oh.
Mungkin mereka saat ini sudah ada di surga.
Kalau
banyak orang baik pada akahirnya hanya berakhir di surga. Untuk apa bumi
diciptakan? Lalu apa mungkin bumi ini hanya memang diciptakan untuk orang
jahat. Di samping berita buruk yang saya baca. Sebutlah ini adalah proses
kontemplasi bagi saya supaya saya menemukan dimana orang-orang baik itu ada.
Ketika di
angkot saya masih menemukan anak laki-laki kecil yang sedang berbincang akrab
dengan ayah yang duduk di sampingnya. Mereka tertawa-tawa. Menertawakan bahasa
yang mereka mengerti sendiri. Pada waktu berikutnya di angkot ada ibu berjilbab
yang diisengi terus oleh anaknya. Dan si ibu tampak tidak keberatan. Ibu dan
anak itu malah bermain-main dengan si anak yang menarik jilbab ibu dan sembunyi
di baliknya.
Ada anak
muda yang duduk-duduk di sebuah cafe. Tanpa bermaksud untuk mencuri dengar
percakapan mereka. Saya tahu bahwa mereka sedang berbagi passion dan cerita
masa depan. Mereka pacaran atau tidak, saya tidak ingin menebak-nebak.
Ketika
saya makan ke sebuah warung kecil saya menemukan ibu warung yang tiba-tiba
menasihati saya dan seperti menguatkan ia bilang “sabar” beberapakali. Padahal
ibu warung itu tidak kenal saya. Saya juga tidak pernah cerita apa-apa kepada
ibu warung.
Pada
kesempatan lain lagi saya menemukan orang random yang memberikan saya kalung
kecil yang manis berwarna oranye. Atau hanya mentraktir makan malam. Atau saya
juga mendapat beberapa bbm yang masuk yang entah kenapa it’s just made my day.
Dan ketika
saya pulang tengah malam sendirian. Saya masih bisa duduk-duduk makan sendirian
di sebuah fastfood. Dan pulang dengan angkot yang mengantar saya selamat sampai
di tujuan. Lalu pada kesempatan selanjutnya, saya menemukan seorang teman yang
bertanya kepada saya “The, punya pengalaman tentang senyum nggak?” ternyata
teman saya ini percaya bahwa senyum adalah hal paling kecil yang bisa dilakukan
untuk mengubah orang lain.
Sejak saat
itu saya mencoba menambah senyum di bibir saya. Ketika bertemu dengan orang
saya tidak hanya senyum. Saya bahkan tertawa kencang. Kencang sekali. Oh, saya
memang tidak bisa tertawa pelan.
Pertanyaan
saya di atas terjawab sudah “kemanakah orang baik pergi?” mereka berubah
menjadi senyuman. Senyuman yang menular. Pada akhirnya juga akan membuatmu
tersenyum.
Tapi tidak
lantas senyuman bisa membuat pembunuhan dan kematian mengerikan di luar sana
berakhir. Tidak lantas kondisi jalanan seketika berubah aman hanya dengan
senyuman yang kita berikan. Tidak lantas “sick” society di luar sana berkurang.
Mereka mungkin akan bertambah banyak. Dan bahkan semakin brutal. Karena dunia
ini tidak akan menjadi lebih baik. Hari-hari akan semakin jahat.
Tapi pagi
hari ini ketika saya bangun dan melihat ke cermin. Ada perempuan biasa saja
dengan senyum lebar. Penanda ada kebaikan di sana. Yang mungkin bisa ia
tularkan kepada orang lain yang bertemu dengannya sepanjang hari.
What you
reppin? good or bad. There's no grey area.
nice kak Orange :)Selalu dimulai dari diri sendiri, bukan? :) God bless your smile :)
ReplyDeletex)) *titipsenyumpalingmanis*
ReplyDelete