Membaca Oeroeg karya Hella
S. Haasse. Ketika membaca buku ini saya larut ke dalam persahabatan kental
antara si tokoh “aku” dan Oeroeg. “Aku” adalah seorang anak Belanda yang
ayahnya adalah administrateur di sebuah perkebunan dimana ayah Oeroeg—Deppoh bekerja
sebagai mandor.
“Aku” adalah si tokoh kesepian
yang tidak punya teman. Yang ketika dilahirkan hanya punya seorang teman yaitu
Oeroeg. Karena kebetulan mereka juga dilahirkan dalam selang waktu yang tidak
terlalu jauh. Kemudian mengalami petualangan-petualangan liar sejak kecil.
Bermain di hutan. Menyerbu pohon-pohon. Menangkap binatang di sungai.
Persahabatan eksotik antara si “Aku”
dan Oeroeg dengan segala perbedaan yang mereka miliki. Ada ketulusan yang
ditemukan di dalam persahabatan ketika masih kecil, kemudian hal tersebut
berubah ketika dewasa. Lantas kenapa? inilah yang mungkin disebut sebagai
proses manusia dengan pilihan bebasnya mencari siapa yang akhirnya berhak
menjadi “sahabat” dan siapa yang “tidak.”
Tidak ada yang lebih tinggi
atau lebih rendah daripada siapa. Walaupun yang satu anak mijhneer dan lainnya
inlander. Atau warna kulit yang berbeda. Persahabatan jauh lebih daripada itu.
Ia seperti mencintai tanah kelahiranmu—atau bangsamu.
Dan terkadang bangsamu tidak
mencintaimu balik. Apakah ini sebuah ironi? Ya. Dalam hidup kadang kita
mempunya hal-hal semacam ini. Mencintai terlalu banyak dan tidak dicintai
balik. Tetapi kita tidak pernah tahu apa yang benar-benar ada di hati setiap
orang bukan? Silakan pilih mau mencintai seperti "aku" atau Oeroeg?
sepertinya ini buku yang bagus.. :)
ReplyDeleteSaya pernah nonton filmnya saat SD atau SMP. Baru nemu bukunya pas kuliah..Senang sekali membacanya..
ReplyDeleteSaya dulu selalu memperhatikan cover buku ini setiap ke toko buku, tapi entah kenapa selalu ragu membelinya ...
ReplyDelete