Siapa sih diantara kita yang
tidak punya “idol” seseorang yang biasanya kita “sembah” dalam hal ini kita
mengagumi karyanya, cara berpakaiannya, cara bicaranya, cara berjalannya, cara
bergaulnya. Dan silakan tambahkan daftarmu sendiri.
Kita tidak hanya sekedar kagum.
Tapi kita seperti menjadi mirip dengan “idol” kita, karena kita bahkan meniru
dia. Kita ingin mirip. Bahkan kalau bisa sama. Walaupun saya sendiri cenderung
tidak setuju dengan kalimat terakhir.
Saya dibesarkan dengan
mendengarkan musik Teti Kadi, Jim Reeves, sampai dengan musik pop akhir 80-an
dan awal 90-an siapa lagi kalau bukan aliran boy band di jaman itu Boys II Men, Boyzone,
Caught In The Act, Bed and Breakfast, Backstreet Boys, Hanson, The Moffats.
Saya lupa ketika kecil saya
pernah dibelikan kaset apa, tapi seingat saya kaset pertama saya Hanson. Ketika
itu dibelikan kakak saya yang sudah kuliah di Jogja. Dan kemudian dilanjutkan
dengan merekam sendiri hits-hits keren dari radio (saya rasa kami yang tumbuh
pada jaman itu melakukannya)
Ketika SMP saya sering sekali
nongkrong di radio. Waktu itu ada seorang penyiar radio ganteng, idola semua
anak remaja kota Ambon namanya adalah Patrick Courbois. Kalau sekarang saya
jadi penyiar, Patrick-lah yang paling banyak bertanggungjawab. Karena saya suka
sekali dengan dia. Ketika saya menulis ini juga, mungkin Patrick tidak akan
pernah tahu. Bahkan sejak SMP saya memang sudah kepikiran untuk menjadi penyiar
suatu hari nanti.
ini Patrick? tapi Patrick yang versi saya bule Ambon Jerman. Ganteng abis :)
Saya juga tidak bisa dibilang
anak yang gaul banget. Tapi kalau banyak berteman, iya. Karena dari dulu saya
suka sekali berteman. Saya masih ingat di kamar saya penuh dengan poster/pin-up
dari majalah-majalah remaja yang biasanya saya pajang. Antara lain yang
nge-hits di jaman itu: Leonardo Dicaprio, Devon Sawa, Brad Renfro, dan Hanson. Haha. Kamar saya penuh dengan poster
dan pin-up Hanson. Karena saya bercita-cita ingin menikah dengan Jordan Taylor
Hanson. Ya, saya memang gila dari dulu.
Saya punya idola. Sepanjang
hidup saya selalu terkagum-kagum dengan orang lain. Ketika SMP saya punya
seorang teman namanya Anna dan Astrid. Mereka berdua punya tulisan yang bagus.
Setiap hari di rumah saya berlatih menulis supaya tulisan saya mirip dengan
mereka. Dan berhasil. Saya punya tulisan yang bagus.
Jika cerita lebih lanjut,
tulisan ini akan panjang sekali. Tetapi yang berusaha yang saya ungkapkan
adalah: tidak masalah punya idola. Silakan terinspirasi darinya. Tapi kamu
adalah kamu. Saya adalah saya.
Sayang sekali saya tidak akan
menjadi orang lain. Tidak mau. Dan tidak bisa. Karena saya tahu saya punya
panggilan hidup yang berbeda dengan kamu. Saya punya cita-cita, mimpi, tujuan
hidup, yang hanya bisa dilakukan oleh diri saya sendiri dan bukan orang lain.
Pagi ini saya mendapat bbm dari
seseorang yang bilang: “Ih, enak yah jadi kakak bisa MC, nyanyi, ngajar bla bla
bla.”
Mungkin saat ini, saya “idol”
itu. Tapi kamu juga bisa jadi “idol” dengan caramu. Dengan panggilanmu. Dengan
talenta yang kamu punya. Dengan segala kapasitas yang ada pada diri kamu.
Karena satu hal yang saya
percaya, saya dan kamu. Kita tidak berbatas J
"Saya masih ingat di kamar saya penuh dengan poster/pin-up dari majalah-majalah remaja yang biasanya saya pajang. Antara lain yang nge-hits di jaman itu: Leonardo Dicaprio, Devon Sawa, Brad Renfro" ---> hahahhaa...gw juga, The...oia, tau Jonathan Brandis juga ga? Doi baru saja mendahului kita
ReplyDelete