Saya sedang berpikir tentang
sebuah pengalaman memiliki seseorang. Saya pernah menulis bahwa sebenarnya
mungkin saya atau juga kamu yang membaca tulisan ini tidak pernah benar-benar
bisa memiliki seseorang.
Untuk alasan cinta mati
sekalipun. Kita tidak bisa memiliki seseorang. Karena setiap orang punya “free
will” hal inilah yang pada akhirnya memiliki kita. Sedangkan cinta bagi saya
juga punya “free will”-nya sendiri. Seperti cupid yang memanah. Ia hanya
memanah. Tidak pernah merencanakan targetnya siapa.
Perjalanan dengan seseorang
sepanjang hidup. Pahit dan manis. Patah hati tidak membuat saya dan kamu kapok
jatuh cinta. Bagi saya berjalan dengan seseorang bukan persoalan fisik dimana
saya akan eksis kelihatan berdua. Atau akan “eksis” ketika “kelihatannya” punya
pacar. Lalu kemudian pacaran itu hanya sebatas “status” di facebook.
Ketika saya punya pengalaman
bersama dengan seseorang itu seperti kisah. Kisah mengucap selamat pagi. Kisah
bercerita sebelum tidur. Lalu seseorang itu bukan hanya pasangan. Tetapi kami
adalah sahabat. Yang punya pengalaman bercinta yang hebat. Kemudian kami akan
tertawa-tawa sampai pagi dengan bir.
Idealnya sih begitu. Seiiring
dengan pengalaman. Saya kadang terlalu banyak dengar. Dia terlalu banyak cuek.
Saya terlalu liar. Dan dia anak baik-baik. Seperti tidak seimbang. Kami seperti
ada di frekuensi yang berbeda. Haha.
Bagi saya pasangan bukan
superhero. Ia tidak perlu seperti batman atau superman. Ia hanya perlu ada di
sana mengucap selamat pagi dan bercerita kembali sampai pagi setelah bercumbu
lama.
Kalau saya dikasih Batman pada
saat ini,
saya akan setuju dengan statement Joker "It's simple. We, uh, kill the Batman."
love it :D
ReplyDeletesaya butuh superhero, eh pasangan yang nyata..
ReplyDelete