Saya adalah orang yang pandai membuat kesimpulan. Saya terbiasa saja mengucapkan kesimpulan. Mengumpulkan beberapa fakta, menganalisa, dan pada akhirnya sampai pada satu titik kesimpulan. Yang saya pikir itu mungkin benar. Padahal saya tolol. Kesimpulan saya kadang berakhir salah.
Seperti pasangan. Saya berpikir
bahwa hubungan yang kemarin dan kemarinnya lagi adalah hubungan yang terakhir.
Nah, kan! belum apa-apa saya sangat berani sekali mengambil kesimpulan.
Nyatanya kali ini saya salah. Dan kesalahan saya fatal.
Ia bukan yang terakhir. Ia
mematahkan semua kesimpulan baik saya. Ia bukan kata penutup. Tidak ada ucapan
terima kasih. Tidak ada doa dan harapan dala kesimpulan itu. Ia hanya segumpal
titik.
...
Titik seperti tidak memberikan
kesempatan kepada saya untuk menyambungkan kalimat saya. Padahal selama ini
kami sama-sama membangun sesuatu. Kami membangun kata lalu menjadi kalimat lalu menjadi sebuah paragraf. Saya yakin sekali itu kami
bukan hanya saya. Karena sejak lama saya sudah meninggalkan kata saya.
Nyatanya saya salah. Ia merasa
tidak membangun apa-apa. Ia merasa tidak terlibat. Ia merasa ingin lepas tangan
saja. Menghapus kalimat demi kalimat. Kata demi kata. Lalu ia akan memberikan
titik.
...
Malam-malam mengobrol dan
tertawa panjang selesai. Malam-malam ciuman panjang selesai. Kali ini saya
salah telak. Saya bahkan malu pada kesimpulan saya sendiri: bahwa ia akan
menjadi yang terakhir.
Ia akan menjadi titik saya. Ia
adalah kesimpulan saya.
Saya salah.
Woow ƪ(♥ε♥)ʃ
ReplyDelete