Apa yang kau harapkan di umurmu yang ke dua puluh tujuh. Apa yang pernah kau impikan ketika kau melangkahkan kakimu di angka dua puluh tujuh. Tentunya kau memiliki banyak mimpi, kau mulai menulis mimpimu di balik Alkitab, kau mulai mendoakan mimpimu, salah satunya adalah kau mulai mendoakan bertemu dengan seseorang yang tepat.
Angka dua puluh tujuh, mungkin adalah sebuah perjalanan panjang. Dari angka ke dua puluh enam ke angka dua puluh tujuh. Atau tergantung dari mana kau mulai menghitung. Menghitung untuk mulai jatuh cinta. Menghitung untuk kemudian patah hati. Menghitung untuk kemudian jatuh cinta lagi. Dan patah hati lagi.
Sampai kemudian kau mulai bosan menghitung. Sampai kemudian kau mulai tidak menyukai sesuatu yang bergerak maju. Kau hanya mau jatuh cinta di tempat. Kau hanya mau cintamu diam, kau merasakan getarnya sendiri, kau merayakannya dalam diam, tanpa seorangpun yang tahu kalau kau sedang jatuh cinta.
Diam-diam kau mulai menulis puisi, diam-diam kau mulai menulis di diary, diam-diam kau mulai menulis tentangnya dan tentangnya. Tidak ada topik yang lebih keren selain tentangnya. Tidak ada yang lebih penting selain mengetahui kesukaannya. Tidak ada yang lebih deg-degan selain; menantikan telepon darinya atau bertemu mata dengan mata dengannya.
Kau paling hapal. Kau tahu segala gerak-geriknya. Kau tahu dia akan memberikan advice apa. Kau tahu nada suaranya, kapan dia akan berbicara dengan nada ke atas, kapan dia akan berbicara dengan nada turun ke bawah. Kau akan memperhatikan kaus kakinya atau sepatu yang dia kenakan. Kau akan menilai, kemejanya paling cocok dikeluarkan atau dimasukan saja.
Kau mendengarkan segala keluh kesahnya. Kau adalah orang paling pertama yang dia hubungi. Kau mendengarkan tawanya dan tangisnya. Atau dua-duanya. Kau tidak melirik yang lain, karena kau tahu kau sudah memiliki seseorang. Kau cukup setia.
Apa yang kau harapkan ketika kau memasuki umur yang ke dua puluh tujuh; menikah? mungkin belum. Karena kau merasa, masih ada banyak hal yang kepingin kau kejar. Ada mimpi yang begitu tinggi, yang selalu kau visualisasikan sebelum kau tidur; menandatangani bukumu sendiri.
Banyak yang menyinggung soal cita-cita. Dan mereka berpikir kau itu terlalu gembel untuk memiliki cita-cita. Mereka pikir kau itu masih terlalu kecil untuk punya cita-cita. Kau masih harus diberitahu tentang ini dan itu. Kau dianggap tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Apalagi menyangkut sesuatu yang perlu dibanggakan kepada orang tua. Kau mungkin tidak punya itu.
Umur dua puluh tujuh adalah angka yang sangat istimewa. Karena kau selalu menyukai angka tujuh, angka sempurna. Karena memasuki umur ini, kau belajar banyak; belajar banyak untuk direndahkan.
Bisa jadi ketika kau memasuki angka dua puluh dan tujuh. Adalah angka dimana kau kehilangan banyak hal. Banyak yang diambil dari dirimu sekaligus. Kau harus mencari pekerjaan baru, kau harus mencari tempat tinggal baru, cinta dalam bentuk yang baru.
Rasanya, kau ingin berhenti saja. Rasanya kau ingin diam saja di tempat. Supaya apapun yang kau miliki selalu dapat kau miliki. Mereka akan selalu menjadi milikmu. Rasanya kau mau egois saja, dengan mendapatkan semuanya. Tapi bagaimana, kalau semuanya seperti diambil, tidak ada yang tersisa.
Suatu ketika kau pulang ke rumah, setelah mendengarkan lagu Adelle ‘make you feel my love’, berulang-ulang, kau hanya bisa berkaca-kaca. Kau ingin bercerita kepada seseorang, namun tidak bisa. Terpaksa, kau diam sendiri saja, kemudian menangis sendiri.
Kau bosan bercerita, karena kau pikir itu bukan urusan mereka atau urusannya. Kau pikir, angka dua puluh tujuh adalah angka dewasa, kau adalah perempuan yang kuat dan kau tidak perlu cerita-cerita kepada orang lain. Karena bukankah selama ini, kau memang sendiri. Bukankah ketika berumur enam belas, pertama kali kau memutuskan merantau, sebenarnya kau telah memutuskan hidupmu sendiri.
Sudahlah, kalaupun kau mau menangis. Menangislah untuk dirimu sendiri, jangan pamer mata bengkakmu kepada orang lain. Bukankah kau itu adalah perempuan yang ceria, kau sumber kemeriahan. Banyak orang yang selalu iri dengan kemeriahan itu. Padahal sejujurnya yang paling kau sukai adalah; pulang ke rumah, duduk di dekat jendela besarmu dan mulai menulis.
Sendiri. Mendengarkan hatimu.
Mengertilah bahwa semakin umurmu bertambah, kau mulai percaya hal-hal yang long lasting. Bukan hal-hal yang pendek. Kau semakin menginvestasikan hari-harimu untuk melihat keindahan-keindahan kecil dan menikmatinya. Seperti lidahmu yang hanya ingin mencicipi kopi di cangkir. Seperti kau yang selalu menatap hujan lama-lama dari balik jendela. Atau bermain diantara sinar-sinar sore.
Ketahuilah, kau tidak kehilangan apa-apa. Kalaupun pada saat ini segala sesuatu seperti sedang ditarik darimu, kau seperti sedang kehilangan banyak hal. Sebenarnya tidak, mereka diambil karena nantinya kau akan diisi penuh sampai melimpah ruah. Bersiaplah, karena ketika waktu itu datang, kau tidak akan kuat untuk menampungnya.
Tidak ada yang abadi. Mencintai itu bukan keabadian. Patah hati bukan mati. Namun kau adalah keindahan. Keindahan akan menciptakan keindahan dengan tangannya, dan setiap orang di sekitarmu akan mengerti bahwa mereka yang rugi kehilangan keindahan itu, mereka yang rugi kehilanganmu.
Jadi mari mencatat, apa yang sudah kau lakukan pada dirimu sendiri bukan kepada orang lain. Jika sekali lagi, pertanyaannya diulang; apa yang kau harapkan ketika kau memasuki umur dua puluh tujuh?
Ciptakanlah keindahan dengan tanganmu.
Hal ini tidak ada urusannya dengan pencapaianmu saat ini, jatuh cintamu saat ini, patah hatimu saat ini, menangismu saat ini, tertawamu saat ini atau apapun yang orang lain tempel kepada kehidupanmu saat ini.
Keindahan itu adalah dirimu seutuhnya. Mereka, dia, yang terlalu rugi untuk tidak melihatnya. Tertawalah yang keras, karena mereka, dia, tidak memilikimu sebagai keindahan itu.
Kalaupun besok-besok (tidak perlu buru-buru) sudah waktunya kau menikah dan kau akan memiliki anak, entah itu anak perempuan atau laki-laki (tampaknya saya akan punya dua-duanya, yang pertama laki-laki dan selang beberapa tahun kemudian baru lahir yang perempuan, kalau kelak benar, tolong ingatkan lagi kalau saya pernah menulis ini) jangan lupa ajarkan kepada mereka untuk menjadi: mencipta keindahan.
Mari rayakan keindahan.