tag:blogger.com,1999:blog-17395624939293862322024-03-04T07:25:19.622+07:00perempuansoreperempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.comBlogger709125tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-34697778573815228692020-10-05T11:43:00.003+07:002020-10-05T11:53:01.428+07:00Tanya Pada Ibu<p style="text-align: justify;"><span color="var(--primary-text)" style="white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span color="var(--primary-text)" style="white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span color="var(--primary-text)" style="white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span color="var(--primary-text)" style="white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: georgia;">ia seperti tanda bisul kering di pahaku, meninggalkan ruam besar yang hitam. ibu, ingatkah kau, aku pernah bertanya mengapa anak gemas berkulit madu dan berambut sarang lebah sepertiku hampir selalu bisulan? katamu, sebab aku terlalu banyak makan telur. kau lalu menunjukkan bekas bisul di pahamu, itu bukan karena telur, nak. namun, katamu, karena kulit kita sama. kau membopongku ke kamar mandi, karena aku merajuk minta kencing. aku menujuk pada lubang di kemaluanku, dan bertanya, “kenapa ada lubang di sana?” kau menjawab, “itu untuk merasakan asmara, nak, tapi kau masih terlalu kecil. tunggu jika kau sudah besar sedikit.” kau menuntunku ke kamar, di sana kita naik ke tempat tidur yang sudah kau kebas, memandang ke langit-langit kamar yang berawan. kulihat sebuah bulan menggantung dengan sayu seperti mata seorang bocah lapar. kutanya, “ibu, kenapa bulan tidak tidur?” kau katakan, ia masih mendongeng kepada anak perempuannya.</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span color="var(--primary-text)" style="white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: georgia;">kali ini kupalingkan muka ke tembok yang terkelupas. di tembok itu menggantung sebuah peta dengan pulau-pulau bergaris hijau dan kuning, bagian di sekitar pulau berwarna biru muda disertai nama-nama pulau yang berwarna merah tua. aku bertanya lagi, “ibu, bolehkah aku berpetualang ke pulau-pulau itu ketika aku dewasa nanti?” kau menjawab, “tentu saja, nak! kaki dan langkah-langkahmu adalah punyamu, aku tak punya hak untuk mengatur ke mana mereka harus pergi.” kepalaku meliuk masuk ke bawah ketiakmu yang hangat dan mencium bau susu, aku menjulurkan lidahku kepada putingmu dan mulai menghisap.</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span color="var(--primary-text)" style="white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: georgia;">aku bertanya, “ibu, kenapa kau tak lelah berbagi?” kau menjawab, “nak, setiap manusia, perempuan atau lelaki, selama masih bernapas mesti saling bagi.” kau mengurai rambutmu yang gerimis dan tajam kena mata dan berbisik padaku pelan, “nak, sebelum kau bertanya, aku mau menceritakan kepadamu tentang perpisahan. kau tahu, nak, aku selalu sedih karena harus meninggalkanmu di antara kapal dan perjalananku yang berombak, aku selalu menangis diam-diam. tapi, nak, jauh sebelum kau lahir, aku sudah lebih dulu belajar untuk melepaskanmu. bukan hanya berpisah dengan tubuhku, melainkan juga berpisah dengan cita-citaku untukmu. karena kau punya jalan sendiri.”</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia; white-space: pre-wrap;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia; white-space: pre-wrap;">***</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia; white-space: pre-wrap;">salatiga, 5 oktober 2020</span></p><div><div class="stjgntxs ni8dbmo4 l82x9zwi uo3d90p7 h905i5nu monazrh9" data-visualcompletion="ignore-dynamic" style="border-radius: 0px 0px 8px 8px; overflow: hidden;"><div><div><div><div class="l9j0dhe7" style="position: relative;"><div class="bp9cbjyn m9osqain j83agx80 jq4qci2q bkfpd7mw a3bd9o3v kvgmc6g5 wkznzc2l oygrvhab dhix69tm jktsbyx5 rz4wbd8a osnr6wyh a8nywdso s1tcr66n" style="align-items: center; border-bottom: 1px solid var(--divider); color: var(--secondary-text); display: flex; justify-content: flex-end; line-height: 1.3333; margin: 0px 16px; padding: 10px 0px; text-align: justify;"><div class="kb5gq1qc pfnyh3mw c0wkt4kp" style="background-color: white; color: #65676b; flex-grow: 0; flex-shrink: 0; font-family: "Segoe UI Historic", "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 0.9375rem; width: 7px;"></div></div></div></div></div></div></div></div>perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-74977642090556822332020-06-21T22:53:00.001+07:002020-06-21T23:26:48.322+07:00Awan Mengirim Pesan<span style="color: #666666;"><span style="color: #444444; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span>
<span style="color: #666666;"><span style="color: #444444; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVcUi1EbFwq3_LJDZ96H5m3OW1fAEjsd4pSmEtY_iMKqqmXVe4zV_rk3QQd-65-TH2dODzZWlKTJrhH_gskN5WuzhBxcDaoFI9Tqzjpj2Ew7LbIXxMUXiy0mevwrw0P1bG3s0_Hn9WN0sP/s1600/image1+%25281%2529.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVcUi1EbFwq3_LJDZ96H5m3OW1fAEjsd4pSmEtY_iMKqqmXVe4zV_rk3QQd-65-TH2dODzZWlKTJrhH_gskN5WuzhBxcDaoFI9Tqzjpj2Ew7LbIXxMUXiy0mevwrw0P1bG3s0_Hn9WN0sP/s640/image1+%25281%2529.jpeg" width="480" /></a></div>
<br />
<span style="color: #666666;">
<span style="color: #444444; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Seharian ini kuhabiskan
waktu untuk duduk dan melamun di pekarangan. Tidak begitu sunyi, sebab aku
masih menunggu. Aku pikir duduk dan menunggu saja itu terkadang baik. Aku dapat
memperhatikan sekelilingku dengan bijaksana. Seekor kucing tua dengan muka luka
bekas tersiram air panas mengendap mendekatiku. Dengan hati-hati ia meneliti
diriku yang sedang duduk termangu, “Menunggu siapa?” ia bertanya. “Aku
menunggu sebongkah awan yang lewat,” jawabku. “Awan sedang berlibur. Tidak ada
awan hari ini. Kau lihat, langit begitu pucat,” tandasnya sambil menelungkupkan
kedua kaki depannya rebah di tanah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Aku menengadah dan
meneliti langit. Langit begitu pucat, bagaikan tidak makan beberapa hari. Dan
memang betul, tidak terlihat awan sama sekali. Warna kelabu gusar diam di
tempat. Landasan besar di atas kepalaku hanya punya satu warna. “Aku tidak
pernah menunggu selama ini. Biasanya awan lewat setiap hari, tak lupa memberi
kabar dalam berbagai bentuk. Kadang menyerupai segerombolan anak anjing, kereta
kuda, anak kecil dengan balon, burung merak besar, atau wajah yesus. Awan
seperti berkata-kata lewat berbagai bentuknya. Awan punya bahasanya sendiri.
Awan sedang menyampaikan sesuatu. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Beberapa hari ini aku
duduk di pekarangan, meneliti apa saja yang aku lihat dengan mataku dan menunggu.
Tak ada perubahan apa-apa. Langit masih dengan wajah yang sama. Tiga hari yang
lalu, aku duduk, dan awan menyampaikan sebuah tanda. Aku melihat begitu banyak
bunga melati kecil di langit. Sejenak aku bepikir, apa yang dirayakan oleh
langit? Apakah ada pesta? Tentu saja pertanyaanku tidak lantas dijawab oleh
langit. Keesokan harinya, aku mendengar pengumuman lewat toa masjid, berturut-turut beberapa tetanggaku dikabarkan meninggal
dunia oleh wabah. Warga setempat lantas diberi himbauan untuk lebih
berhati-hati, tidak sembarangan keluar rumah, berjarak dengan orang lain, dan
sering mencuci tangan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ternyata langit tidak sedang berpesta, melainkan sebuah perayaan kematian. Aku bergidik membayangkan
peristiwa kematian itu. Tidak ada satu orang pun yang diizinkan untuk mengantar
jenazah-jenazah itu ke tempat peristirahatan terakhir mereka. Sirine ambulans
terdengar di kejauhan menuju pekuburan. Di sana sudah ada tukang gali kubur
yang sigap<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>memasukkan tubuh-tubuh kaku
ke dalam tanah. Barangkali kalau ingat, akan disertai doa singkat di dalam hati mereka.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sejak kejadian itu, aku
jadi senang meneliti langit, menunggu awan, menantinya mengirim pesan. Aku
butuh sebuah tanda. Hidup butuh penanda. Akhir-akhir ini aku seperti kehilangan
harapan. Tidak banyak teman ngobrol. Ya, kucing tua muka jelek ini satu-satunya
temanku mengobrol. Awan belum muncul juga. Kami berdua kaget mendengar bunyi
geluduk besar sekali. Kucing tua mengeong, “Sudah kubilang, tak ada awan hari
ini. Langit mengirim hujan.” Dengan sigap kami mengangkat pantat dan kembali ke
dunia kami masing-masing. Dunia yang penuh kebingungan. <o:p></o:p></span></span></div>
<br />perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-69091606752425705972020-01-25T13:51:00.002+07:002020-01-25T14:04:38.471+07:00Sebelum Keretaku Berangkat<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheaBWOwj9-OSXxus5Th5O6cOZXjT3Y0VFL7sXtCNv35edndOJzuMo4KOuI7wBDkoLD2qd43U86hSY24l6_2Fuh139egGHUMGfv744lgPYdcc1W4gZhgbKNjzERJ1bUI6AKanOdqYnvi4He/s1600/EPG9QKMVAAAG7h2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="680" data-original-width="510" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheaBWOwj9-OSXxus5Th5O6cOZXjT3Y0VFL7sXtCNv35edndOJzuMo4KOuI7wBDkoLD2qd43U86hSY24l6_2Fuh139egGHUMGfv744lgPYdcc1W4gZhgbKNjzERJ1bUI6AKanOdqYnvi4He/s1600/EPG9QKMVAAAG7h2.jpg" /></a></div>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">aku tiba di stasiun itu. keretaku sudah menunggu. deretan kursi merah dan hijau berjejer. merah bukan untuk perempuan, kan? batinku sambil melangkahkan kaki menuju deretan kursi yang merah. merah selalu menggiurkan, seperti darah segar, atau sambal pakai nasi hangat dan kerupuk. merah juga berarti kehidupan, seperti datang bulan tepat waktu. tubuhmu seperti memberitahu, ia dapat menjadi ibu. sebuah rumah untuk makhluk hidup kecil. aku melirik dan melihat kursi yang hijau. aku ingat pertautan laut. antara yang dangkal menuju kedalaman. riak dan gelombang. kita pernah terhampar di antara asin, pasir, dan bebatuan kecil. hangat. haru mengalir turun melewati kelopak. daun yang tertiup angin—luruh. sebuah kecupan terakhir.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">aku mengingat sebuah kresek berwarna merah yang selalu kau bawa di laci depan tas punggungmu. berisi kerang warna-warni yang biasa kau pilih dari belakang rumah. untuk mengingat hidup, katamu. “setiap manusia itu berbeda, mestinya kita lebih gila merayakan perbedaan. bukan malah memaksa menyamakan semua.” aku menyaksikan gerak bibirmu yang naik turun. kau menatapku dengan mata sebening danau. di piringku ada telur asin tinggal separuh, tumis buncis kesukaan. kulit telur asin berwarna hijau terbongkar di samping piringku. kau bertanya, “mengapa suka sekali telur asin?” aku menjawab, “karena warnanya!” kita pun terbahak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">aku kini telah duduk di satu kursi berwarna merah. kulirik ke arah deretan kursi yang hijau hanya diduduki sekitar lima orang. aku memperhatikan belakang kepala mereka dengan topi-topi berwarna coklat menutupi kepala, seperti batang korek api. aku mengeluarkan sapu tangan berwarna hijau, pemberianmu dengan inisial namaku. aku melihat diriku seperti sapu tangan itu, hijau, rapuh, seperti sesuatu yang basah dan hendak lepas. serta mengeluarkan surat kecil yang buru-buru kau sisipkan ke telapak tanganku sebelum kau berjalan menyisakan punggung:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>manusia tidak mungkin berjalan tanpa kedua kaki. jika kaki yang satu luka, kaki yang satunya lagi akan menemani dengan lebih pelan. rela terseret-seret. manusia tidak mungkin melihat tanpa kedua matanya. jika sebelah matanya buta, sebelah matanya lagi akan menjadi nyala kecil, meraba-raba dalam gelap. manusia tidak mungkin pergi tanpa kedua tangan. jika satu tangannya hilang, tangan yang satu bertugas untuk menemukan. manusia yang satu dengan manusia lainnya tidak sama, namun serupa. serupa salah satu dari anggota tubuh yang kurang lebih sama. sama-sama rela menanggung kesusahan sesama, tidak peduli kanan atau kiri, kecil atau besar, gelap atau terang, pagi atau malam, bersatu atau bercerai, jalan atau berlari—berbeda, terseret-seret tapi sama-sama menanggung.</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">di kejauhan kudengar peluit berbunyi. keretaku berangkat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-32610043575764085092019-12-21T16:33:00.000+07:002019-12-21T16:45:36.389+07:00Sebagai Pekerja Imaterial<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1_Pxp6iJrv0N0MLx9CPYQ5mPshRHPFWCk4-XX_1zOu1pH6OINb1_juBsmzTmieqA0k2sJZYO0mOu7Ir84L7mNw_aG2IbaUCNb8IU_80WiOZy6pinR32w2zeBdmveQ3rCOCYh2T6Ioln7u/s1600/80422409_10157861103937258_6491437502732173312_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1_Pxp6iJrv0N0MLx9CPYQ5mPshRHPFWCk4-XX_1zOu1pH6OINb1_juBsmzTmieqA0k2sJZYO0mOu7Ir84L7mNw_aG2IbaUCNb8IU_80WiOZy6pinR32w2zeBdmveQ3rCOCYh2T6Ioln7u/s640/80422409_10157861103937258_6491437502732173312_n.jpg" width="480" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #1c1e21; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #1c1e21; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #1c1e21; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666;"><span style="background-color: white; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">kamu cenderung <i>invisible</i>. tidak kelihatan. dan dianggap kurang punya ‘peralatan’ seperti pekerja lainnya. sebab kamu biasa saja. waktumu banyak dihabiskan menggembel dan merenung dengan celana pendek, sendal jepit, kaus longgar kesukaan, rambut dicepol. sekali lagi, kamu seperti dianggap tidak mumpuni. atau layak dengan apa yang kamu kerjakan. jika kamu bertanya kepada saya, ‘peralatan’ apa yang saya miliki sebagai pekerja imat</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">erial? saya punya beberapa, yaitu, satu, laptop notebook kecil berwarna biru. saya beli dengan menyicil dari seorang kawan bertahun-tahun lalu. dua, buku catatan. saya mengoleksi beberapa buku catatan. dari buku catatan bersampul kulit, yang biasanya saya pakai untuk menulis puisi-puisi. kemudian buku catatan bermerek front, yang saya dapat di toko buku. saya senang dengan tekstur kertasnya, jika dikawinkan dengan tinta spidol berwarna hitam. ia dipakai menulis catatan-catatan kecil acak yang sering saya temui. tiga, mesin ketik. albert lettera—mesin ketik saya, akan saya bawa jika ada keperluan mengetik di luar. jika tidak, ia terbuka begitu saja di samping tempat tidur, saya akan memakainya jika saya ingin mengeluarkan puisi-puisi pendek. empat—yang paling penting adalah kepala. kepala, termasuk pikiran yang sering saya bawa ke mana-mana. pendek kata, “hal-hal di kepala—termasuk pikiran saya lebih mahal dari uang, imbalan, atau nilai kelayakan lainnya yang coba kamu tempelkan. ia berharga.” saya pernah menulis tentang ini, pengertian lain untuk pekerja imaterial adalah pekerja spiritual. orang-orang yang bekerja dengan sesuatu yang tidak kelihatan—sungguh-sungguh memberi dengan jiwa mereka dengan atau tanpa imbalan. adakah jiwa seseorang mampu dibeli atau dibayar oleh orang lain? maka, sayangilah pikiranmu.</span></span></div>
<div class="_5pbx userContent _3576" data-ft="{"tn":"K"}" data-testid="post_message" id="js_4u" style="background-color: white; font-style: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 1.38; margin-top: 6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_5dfde3c89fc135595527105" style="display: inline;">
<div style="display: block; margin: 6px 0px; text-align: justify;">
<span style="color: #666666;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span class="text_exposed_show" style="display: inline;"></span></span><br /></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #1c1e21; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #1c1e21; text-align: center;">
</div>
</div>
</div>
</div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-45302503084932638302019-12-16T19:43:00.000+07:002019-12-16T19:43:17.563+07:00Bandara, Menunggu, dan Mimpi<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">kami hendak berangkat ke surabaya. saya dan weslly diundang ke gelaran sunday market, untuk meneruskan pelayaran bulan dan bahaya-bahaya yang indah. di sana, kami akan berdiskusi mengenai buku, serta membuat lokakarya kecil menulis puisi. saya dan weslly menggunakan kendaraan dari kamar kos di salatiga menuju bandara di semarang. kami tiba kurang lebih satu jam sebelum jadwal pesawat kami berangkat. semua lancar. tidak ada masalah apa-apa. kami melangkah masuk menuju ruang tunggu. menunggu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">beberapa hari sebelum jadwal keberangkatan kami ke surabaya, saya terbangun oleh sebuah mimpi. ada satu kalimat seperti paragraf awal sebuah buku, yang muncul di mimpi saya, terbawa hingga saya membuka mata. ia berbunyi begini, “kematian adalah sebuah ketidakpaksaan.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">di ruang tunggu, sebuah pengumuman menggelegar dari pengeras suara, “pengunjung yang terhormat, pesawat terbang wings air dengan nomor penerbangan (sekian) mengalami sedikit keterlambatan sebab terjadi perbaikan operasional.” mata saya tertumbuk pada pengumuman berjalan pada sebuah layar besar, dengan keterangan ‘delay’ pada pesawat kami. sejam kami menunggu. sembari menonton film ice age di HBO, kami masih menunggu. dua jam kemudian, saya mengambil kotak makanan ke petugas sebagai kompensasi seraya bertanya, ada perbaikan apa pada pesawat? dan kapankah kami dapat berangkat? petugas menyerahkan kotak makanan kepada saya sambil berkata bahwa adanya perbaikan pada AC, dan masih belum diberitahu oleh petugas di lapangan, kapan kami dapat berangkat. saya kembali ke tempat duduk, melanjutkan menonton ice age, masih menunggu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">selesai makan, dan memasuki tiga jam kami menunggu, belum ada pengumuman apa-apa. saya memberi kabar kepada kawan panitia di surabaya, bahwa hingga jam segini, kami masih belum juga dapat berangkat. pikiran-pikiran berseliweran di kepala saya. bagaimana kalau kerusakan AC ini parah? bagaimana kalau pesawat akan jatuh jika adanya kerusakan AC? bagaimana jika petugas hanya mengada-ada dengan mengatakan bahwa hanya reparasi AC, padahal ada kerusakan yang lebih parah? bagaimana kalau akhirnya pesawat kami jatuh? runtutan pertanyaan tentang mati, serta ketakutan lainnya masih terngiang. saya kembali teringat mimpi saya beberapa hari lalu, “kematian adalah sebuah ketidakpaksaan.” apakah ini sebuah pertanda?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">weslly kepengin merokok. saya menemaninya ke ruang terbuka di lantai tiga ruang tunggu bandara. sekadar menghela udara segar, sebab kami cukup sumpek menunggu di ruang tunggu. memasuki empat jam kami menunggu, akhirnya ada pengumuman pesawat kami akan diberangkatkan pada pukul 16.45—artinya kami menunggu hampir lima jam di bandara. ada secercah lega. tapi kekhawatiran belum beranjak. “bagaimana bila nanti..”—“apakah ini sebuah pertanda?”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">kami menuju pesawat. dalam keadaan masih khawatir, kami melangkahkan kaki saja. berani. pesawat terbang kurang lebih lima puluh menit. mulus tanpa ada goncangan yang terlalu berarti. sekelebat pikiran lewat di kepala saya, “kematian adalah sebuah ketidakpaksaan, kehidupan adalah sebuah kepasrahan.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-43786237029118182982018-12-26T20:53:00.000+07:002018-12-26T21:08:21.843+07:00Ibu Pergi Takkan Lama<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Mendengarkan
hujan selalu merupakan pengalaman paling menggetarkan. Kala ia mengintip di
jendela, menggedor atap genteng di waktu malam, menelisik di antara ujung-ujung
jari tangan yang keriput, dan berada di antara percakapan panjang tengah malam,
sambil minum kopi dan berciuman. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ciuman
paling pahit yang pernah kuingat, tapi aku suka. Kau yang diam-diam kukagumi menjadi
sesuatu yang kubenci sekaligus kusenangi—hujan itu sendiri. Kau keramaian yang
bergulir di antara kekakuanku, basah yang sering kuingini menembus kerontangku
yang begitu rapuh, bagai tanah pecah, kau selalu kuinginkan untuk mengisi bagian-bagian
terbelah di dalam diriku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kau
yang diam-diam kuakui sebagai kesegaran kala penat dan kepala yang penuh, kau
tempat kutumpahkan apa saja, keresahan, kegemasan, kerapuhan, rasa sunyi,
tertolak, pun segala cerita-cerita masa laluku yang terlampau kelam. Kau dengan
segala kelihaianmu untuk melucu akan menghiburku, kau dengan segala kegesitanmu
akan melepas bajuku satu per satu, mencumbuku, menyusun kembali bagian-bagian
pecah di dalam diriku hingga utuh kembali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ketika
kecil—aku tidak diperbolehkan bermain keluar ketika hujan. Ibuku sering katakan
bahwa aku bisa sakit, maka aku mesti berada di dalam rumah saja. Seringkali aku iri
dengan teman-temanku yang selalu lari-larian ketika hujan, tidak takut basah,
dan dengan bebas berseluncur di antara becek, yang bercak-bercaknya mengotori
kulit dan rambut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Aku
mesti menerima nasibku yang tidak boleh ke mana-mana dan harus tinggal di
rumah, biasanya aku membaca buku, atau bermain sendirian dengan
boneka-bonekaku. Jika melihat aku sedang sendirian, Om Petir, biasanya saya
memanggilnya. Ia adik ibu paling bungsu, ia tidak menghabiskan kuliahnya di
kampus pada waktu itu, kata ibu, pikirannya kadang tidak waras. Aku belum
mengerti apa yang dimaksud dengan itu. Bagiku ia pria yang baik, dan senang
menemaniku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Suatu
ketika ibu pergi ke pasar, ia meninggalkanku bersama Om Petir, ibu katakan
bahwa ia tidak akan pergi lama. Di luar hujan lebat sekali. Dari jendela aku
mengintip payung hitam ibu yang berkibar-kibar tertiup angin. Dalam hatiku, aku
mengingat kata-kata ibu, ibu pergi, takkan lama. Om Petir menemaniku bermain,
ia mengajakku masuk ke kamar tidurnya, untuk bermain dokter-dokteran, om Petir
yang jadi dokter, dan aku yang jadi pasiennya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Aku
ingat, aku bergidik untuk pertama kalinya. Om Petir setengah memaksa, walau aku
sudah menggeleng, di dalam kepalaku terngiang-ngiang suara-suara ini, “ibu
pergi takkan lama.” Om Petir kini telah melucuti baju dan celanaku. Ia bukan
lagi pria baik hati yang kukenal. Aku mencoba mengingat suara ibu di dalam
kepala, “ibu pergi takkan lama.” Semetara di luar hujan bertambah deras, dan
suara petir—atau Om Petir—aku tidak dapat membedakannya lagi, meraung-raung di
bawah bantal.<o:p></o:p></span></div>
<br />perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-1809884469614623642018-12-06T12:43:00.000+07:002018-12-06T12:44:56.462+07:00Nh. Dini dan Potongan-Potongan Kenangan Kecil yang Mengikutinya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhthM-b5-YfUJ315JGkaiJg_naFDRkEkvy1TKY4yStt_sCk035lV4KKEAHF-wR75xn6Jq8M9SdpZvV7YiC2w0IwerwzFWQ2eyA6pL_OQop3IHdSCwXbQKUpTvFZy7WUk6WOjNljkSvl3qi2/s1600/47485862_10156879647442258_3914923245047906304_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhthM-b5-YfUJ315JGkaiJg_naFDRkEkvy1TKY4yStt_sCk035lV4KKEAHF-wR75xn6Jq8M9SdpZvV7YiC2w0IwerwzFWQ2eyA6pL_OQop3IHdSCwXbQKUpTvFZy7WUk6WOjNljkSvl3qi2/s640/47485862_10156879647442258_3914923245047906304_n.jpg" width="480" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Saya mengingat Nh. Dini, sehari setelah kematiannya. Saya ingat buku Pada Sebuah Kapal, karyanya, dapat dikatakan sebagai buku 'sastra' pertama yang saya baca.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tahun-tahun sebelumnya, saya membaca serangkaian buku cerita Enid Blyton, komik serial cantik Jepang, serial Dora Emon, buku serial Tini (yang satu ini adalah kesukaan saya, saya punya hampir semua serinya), rangkaian seri dari Hans Christian Anderson, sebelum kemudian kecanduan dengan seri misteri Goosebumps dari R. L. Stine.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ibu Tomasoa, guru Bahasa Indonesia saya kala itu, menyuruh kami, seantero kelas jurusan Bahasa, untuk membaca novel tersebut, dan menuliskan ulasan begitu kami selesai membaca.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Biasanya pada jam pelajaran Bahasa Indonesia, atau jam keluar main, saya dan beberapa kawan akan mengunjungi perpustakaan dan mulai membaca. Karena pada saat itu, buku perpustakaan sekolah tidak bisa dibawa pulang, maka kami akan bergiliran membaca.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ibu Tomasoa sosok yang manis, ramah, dan sederhana. Ia mengikat rambutnya berbentuk cepol, rapi ke belakang. Dengan rok panjang di bawah lutut, dan sepatu hitam lancip bersemir. Ia tidak memakai pemerah bibir. Dan bersuara sangat lembut. Bahkan seingat saya, ia termasuk guru yang tidak pernah memarahi kami.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kelak, Ibu Tomasoa adalah sosok yang 'bertanggung jawab' menumbuhkan kecintaan saya terhadap buku, membuat saya tidak asing dengan 'kata-kata sukar', membuat saya jatuh cinta dengan lebih banyak lagi buku-buku sastra, terutama kecintaan saya untuk menulis. Diam-diam, ia pula yang meninggalkan cita-cita menjadi penulis, pada benak remaja saya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Seingat saya, bukan hanya Pada Sebuah Kapal, daftar membaca dan mengulas buku-buku lainnya di kelas terus bertambah: Pada Ilalang di Belakang Rumah (Nh. Dini), Siti Nurbaya (Marah Rusli), Di Bawah Lindungan Ka'bah (Hamka) dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk (Hamka).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ketika itu, pada waktu petang, saya masih bebas berjalan kaki ke daerah emperan jalan A.Y. Patty. Mampir di tukang majalah langganan, untuk mencuri baca serial cerita pendek kesukaan saya, dari sebuah majalah ibukota: serial Nana Dkk, yang ditulis oleh Casey (tentu bukan nama sebenarnya).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Saya tidak punya uang untuk membeli majalah tersebut. Maka, berjam-jam, saya habiskan untuk duduk membaca, membuka berita-berita lain tentang Hanson, The Moffats, Gil, dan serial Party of Five.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Nh. Dini, perpustakaan sekolah, Ibu Tomasoa, tukang majalan langganan, jalan A.Y. Patty, adalah potongan-potongan kecil kenangan manis yang masih saya pelihara di 'dalam sini'. Jauh sebelum kota kami dihantam kerusuhan dan sekolah kami diliburkan berbulan-bulan.</span></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-64907559647374717192018-10-08T13:19:00.000+07:002018-10-08T13:20:26.635+07:00RUMAH<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: georgia, "times new roman", serif;">Ada sebuah kalimat, aku lupa pernah membacanya di mana, mungkin di salah satu buku yang biasa dibaca oleh ibu. Kalimat itu berbunyi begini: Rumah—Ia bukan hanya bangunan, ia mata, jiwa, dan telinga—yang tersembunyi di antara dinding-dinding beton.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Beberapa minggu belakangan ini, aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Pada malam-malam saat semua orang sedang tidur, aku sering mendengar ada yang bercakap-cakap. Aku selalu bertanya-tanya, dari mana suara-suara itu berasal. Seperti tadi malam, aku memasang telingaku dengan seksama, sebab kali ini suara-suara itu muncul kembali. Kali ini aku mendengarkan dua atau bahkan tiga suara yang sedang bercakap-cakap. Aku bangkit dari kamar tidur dan berjalan ke luar kamar sambil terus memasang telinga, berharap aku akan menemukan siapa yang sedang bercakap tengah malam tersebut, namun suara-suara itu menghilang seperti ditelan bumi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pagi ini kubangun dengan perasaan sedikit ganjil. Ibu sudah menyiapkan sarapan nasi goreng untuk Nicky, anak semata wayangnya. Setiap pagi ibu suka duduk menonton siaran berita di ruang tengah sambil memangku Munah, kucing kampung peliharaannya. Aku duduk diam dengan sebuah kebingungan di kepala. Sembari menghirup aroma kopi dari arah dapur, muncul sebuah ide untuk bertanya kepada ibu, barangkali ia juga mendengar hal yang sama, barangkali semalam dan malam-malam yang lain ia juga memasang telinga untuk suara-suara itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tapi aku sendiri mesti ragu-ragu—di rumah ini hanya ada Nicky dan ibu, ayah sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Rumah peninggalan kakek Nicky, ini memang cukup besar untuk mereka. Nicky sendiri memang sudah punya rencana untuk pindah ke rumah yang lebih kecil, jika kelak ia menikah dengan Melody, ibu juga bersikeras supaya Nicky dan Melody mencari rumah lain saja. Aku sendiri bingung, karena ibu dan Melody memang tak begitu akur. Beberapa kali aku kerap mendengar ibu dan Melody beradu pendapat. Kalau sudah begitu, Nicky sendiri akan lebih banyak diam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ibu lebih senang sendiri sejak kepergian ayah, ia seperti mengunci dirinya di dalam rumah besar ini. Sejak ayah meninggal, ia tidak pernah lagi menerima tamu satupun baik keluarga maupun kolega. Padahal dulu sekali ketika ayah masih ada, rumah ini tak henti-hentinya menerima tamu. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Berjarak dua ratus meter dari rumah kami memang ada dua rumah berhadapan persis. Satunya adalah rumah Pak Hasyim, ketua RT komplek kami. Dan satu lagi adalah sebuah rumah tua, yang kira-kira umurnya sama denganku.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">“Ibu..” sedari tadi ia masih tidak bergerak dari sofa dengan mata yang masih terus menatap televisi. Ia bahkan tidak menjawab panggilanku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">“Ng, saya mau bertanya saja, apa ibu juga mendengar suara-suara seperti orang sedang bercakap-cakap tadi malam?” Ibu mengerutkan alisnya, ia tampak berpikir keras, tapi ia masih tidak menjawab pertanyaanku. Aku nyengir dan menggaruk kepala. Masih merasa bingung dengan pertanyaanku sendiri, aku pun melamun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">*</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sepanjang hari ini berjalan dengan lambat. Aku melihat Mar datang. Mar yang berasal dari kampung sebelah, akan memasak makan siang untuk ibu dan Nicky, tapi tentu saja Nicky akan makan siang di kantor dan akan sampai di rumah larut malam. Mar juga biasanya membantu membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika. Jika ibu tidak melihat, Mar biasa membawa pulang bumbu masak, daging beberapa potong dari dalam kulkas, atau uang dalam saku celana Nicky yang biasanya Mar temukan. Mar akan menyumpel barang-barang yang ia ambil tadi di dalam tong sampah di pagar depan rumah. Kemudian ia akan mengambilnya ketika hendak pulang ke rumah. Sementara uang yang ia temukan, dengan sigap langsung ia simpan di beha-nya. Aku ingin sekali mengadu kepada ibu tentang apa yang akan dilakukan Mar, tapi jika Mar tidak lagi bekerja di rumah ini, siapa lagi yang akan menemani ibu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pada kali lain, aku juga menyaksikan hal-hal aneh di rumah ini. Percintaan antara Melody dan Nicky di kamar, yang semakin membuatku merasa sedih, bahwa hingga kini aku masih belum punya pasangan dan masih seorang diri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Petang tiba. Setiap petang ibu masih akan memangku Munah, duduk di meja makan dengan cangkir kopinya dan mengisi TTS. Kacamatanya melorot, ubannya tampak semakin berkilau dari kejauhan, daster yang dipakainya sudah sangat melorot. Tubuh mungil dengan dadanya yang rata, menyatakan tentang nasib umurnya yang sudah semakin menyerah kepada zaman. Setelah mengisi TTS, ibu biasanya membaca buku—hingga tertidur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Novel-novel tebal kesukaannya itu tersusun rapi di rak buku berdebu yang ada di ruang kerja ayah. Ruangan yang sama sekali tidak boleh dimasuki oleh siapapun, kecuali ibu. Bahkan kondisinya masih sama seperti terakhir kali ayah meninggal—dengan cara yang tidak wajar—eh, aku tidak tahu apakah aku dapat menceritakannya kepadamu atau tidak, tapi yang pasti ayah bunuh diri. Iya, aku sempat melihatnya ketika ia menelan pil-pil yang kemudian membuatnya meregang nyawa. Aku menangis. Dengan derasnya air mataku mengalir melalui tiris-tiris, seperti hujan—persis hujan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">***</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-70562986046487835282018-06-19T16:51:00.002+07:002018-06-26T17:32:30.692+07:00#PetangMemelihara: Perempuan, Rambut, dan Identitas<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYsUaAvKF0EDiMKqCakbqp179YJ7NIZLkuixRkmwMAcyurF2-fI8_1rZldA9crSxWf7raw5idBjjYgVa5Q5j4vnjYyqFEJR4L9QzzSYLWkpNdqEHLzHd9G1INrTRrNc0wlTjDk7aUs_x8d/s1600/n10GqmSp.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: #666666;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYsUaAvKF0EDiMKqCakbqp179YJ7NIZLkuixRkmwMAcyurF2-fI8_1rZldA9crSxWf7raw5idBjjYgVa5Q5j4vnjYyqFEJR4L9QzzSYLWkpNdqEHLzHd9G1INrTRrNc0wlTjDk7aUs_x8d/s640/n10GqmSp.jpg" width="640" /></span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b><i>Latar Belakang dan Tujuan</i></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">#PetangMemelihara, perempuan, identitas, dan tubuhnya, selalu menjadi hal yang menarik bagi saya. Secara khusus, tumbuh dan memiliki rambut keriting, juga sebuah pemantik yang membuat saya banyak memperhatikan hal ini. #MemeliharaKeriting, sebuah catatan harian tentang perempuan dan rambut keritingnya, saya mulai kerjakan melalui instagram. Dimulai dengan ide kecil saja, yaitu mengajak kawan-kawan perempuan untuk berbagi cerita tentang pengalaman memiliki rambut keriting mereka dan tinggal di Indonesia. Sejak kecil dan memperhatikan tivi, saya tidak pernah menjumpai perempuan yang ada di iklan shampo berambut keriting. Tumbuh dan besar di Maluku dengan stigma dan perilaku masyarakat yang kadang kasar dan tidak adil kepada pemilik rambut keriting. Sebutan rambut kuk, karibo basi, rambut indomi, rambut sarang burung, dan sebutan 'hinaan' lainnya kerap lekat dengan pemilik rambut keriting.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Konstruksi perempuan dengan identitasnya diporakporandakan. Dominasi standar kecantikan budaya tertentu, yakni kecantikan konvensional, misalnya: cantik adalah berambut lurus, yang berkelindan dengan gempuran pasar, dan untuk waktu yang lama telah berhasil membuat perempuan-perempuan berambut keriting mengalami beragam peristiwa yang tidak menyenangkan, baik di dalam dirinya sendiri maupun di lingkungan sosialnya. M</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">endadak masyarakat menilai bahwa rambut keriting itu adalah sesuatu yang mesti disembuhkan. Sebab ia semacam penyakit. Perempuan kemudian ditekan untuk malu menjadi dirinya sendiri, malu mengakui rambut alaminya, malu dengan identitasnya. Perasaan rendah diri, merasa kecil, dan tidak punya kendali atas tubuhnya kemudian menjadi hal yang sehari-hari untuknya. <a href="https://www.instagram.com/memeliharakeriting/" target="_blank">@MemeliharaKeriting</a> hadir sebagai sebuah kesadaran bahwa rambut adalah bagian dari perlawanan. Sebuah perlawanan untuk merayakan individualitas perempuan, perlawanan terhadap stereotipe masyarakat luas, penyeragaman definisi kecantikan, dan nilai diri palsu yang dengannya perempuan dikuasai dan diasingkan dari dirinya sendiri sendiri.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">#PetangMemelihara adalah sebuah acara tatap muka dan diskusi langsung untuk pertama kalinya. Akan diawali dengan workshop cara-cara tidak kreatif untuk menulis puisi, dan dilanjutkan dengan obrolan santai tentang perempuan, rambut, dan identitas dengan beberapa nara sumber yang diundang. Tujuan kecil dari acara ini adalah semoga kita, perempuan atau laki-laki yang hadir lebih percaya pada diri kita sendiri dan merayakan individualitas di dalam diri dan menjalani menjadi diri kita dengan sungguh-sungguh. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b><i>Petang Memelihara</i></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg2iIDUjVgqkf3t5sMuv0eTqemIZ4G_jAKbBYJCRo2Pd9xzWuU5zjYkb95PSghxKq9QMocz8FFr5ujhdKWLhSt0hwg70YVlRBe8_LIczEUvV9LDxQbUZrkChp2R0wa0qxdcF-IgjgeMEnL/s1600/Theoresia-01+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: #666666;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1280" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg2iIDUjVgqkf3t5sMuv0eTqemIZ4G_jAKbBYJCRo2Pd9xzWuU5zjYkb95PSghxKq9QMocz8FFr5ujhdKWLhSt0hwg70YVlRBe8_LIczEUvV9LDxQbUZrkChp2R0wa0qxdcF-IgjgeMEnL/s640/Theoresia-01+%25281%2529.jpg" width="507" /></span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Mr. Guan Coffee & Books X Theoresia Rumthe mempersembahkan Petang Memelihara, dengan dua acara menarik berikut ini:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">(1) <b>WORKSHOP</b>: <i>cara-cara tidak kreatif untuk menulis puisi </i>(mulai pukul 2)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Di workshop ini kita akan bereksperimen, bermain-main, menemukan ide, dan mencipta puisi dengan cara-cara yang tidak biasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">(2) <b>POJOK</b>: <i>memelihara keriting </i>(mulai pukul 4)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Di pojok memelihara keriting, saya akan mengajak Grace Sahertian, Dhira Bongs, Alamanda Hindersah, Gabriella Maria, Almavastri Sidhya, untuk berbagi cerita tentang pengalaman bersama rambut keriting mereka, percaya diri, identitas, perempuan, pencapaian-pencapaian, dan tentu saja berbagi tip dan trik untuk memelihara rambut keriting. Grace Sahertian dan Dhira Bongs juga akan menampilkan lagu mereka secara langsung. Acara ini GRATIS!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jangan lupa luangkan waktumu:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Minggu, 24 Juni 2018</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">di Mr. Guan Coffee & Books</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jl. Tampomas no. 22 Bandung</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pukul 14-18 wib</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sampai jumpa di Petang Memelihara!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-18616571253744939462018-06-12T15:09:00.003+07:002018-06-12T15:09:35.656+07:00Sebuah Catatan Harian: Menunggu Diganti Menemukan <div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Saya menemukan buku-buku lama yang pernah saya baca, tentang 'jodoh yang tak kunjung tiba, dan perempuan mesti menunggu.' Saya berpikir ulang tentang kata 'menunggu' dan mendapatkan sesuatu yang mengusik saya, bahwa kata 'menunggu' di situ kerap diidentikan sebagai subordinasi perempuan. Bahwa perempuan tidak punya hak untuk memilih siapa yang akan menjadi pasangannya. Sementara laki-laki punya hak istimewa untuk memilih dan memutuskan pilihannya atas perempuan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ide lain dari kata 'menunggu' yang juga mengganggu saya adalah perempuan diam, berdandan, menjaga sikap dengan baik, menjaga keperawanan, hingga saat yang tepat ia akan bertemu dengan laki-laki yang (dirasa tepat) untuk menjadi pasangannya. Selain itu kata 'menunggu' juga kerap menggambarkan bahwa perempuan tidak boleh agresif, dalam pengertian, agresifitas hanya boleh dimiliki oleh laki-laki sebagai sebuah tindakan untuk memburu perempuan, sebab lagi-lagi perempuan dianggap sebagai makhluk yang pasif, tidak berdaya, dan tidak berhak untuk memilih.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Saya kembali mundur pada nilai-nilai yang ada dan berkembang di sekitar saya. Tentang bagaimana masyarakat sangat memuji perempuan dengan keperawanan. Bahwa tugas untuk untuk menjaga keperawanan hingga 'waktunya tiba' adalah sebuah tugas mulia yang mesti diemban oleh seorang anak perempuan. Sementara kita tidak mengajarkan hal yang sama kepada anak laki-laki kita. Terdapat sebuah perbedaan besar antara cara membesarkan anak perempuan dan anak laki-laki. Bahwa anak perempuan tidak boleh terlalu agresif, mesti banyak menjaga sikap, jangan terlalu ekspresif untuk menyatakan perasaan, jangan terlalu ambisius, dan harus menjaga keperawanan. Sementara standar yang sama tidak dipelakukan kepada anak laki-laki.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lalu, untuk mengganti kata 'menunggu' tadi, saya menyukai kata 'menemukan' (to discover, to found, to have, to detect, to invent). Baik perempuan dan laki-laki punya peran yang sama, untuk 'menemukan' siapa dirinya, 'menemukan' seksualitasnya, 'menemukan' bagaimana sikapnya terhadap seksualitasnya, 'menemukan' ambisinya, 'menemukan' perasaan-perasaanya, 'menemukan' dan membuat pilihan secara sadar siapa yang menjadi pasangannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-1431792691184028832018-06-12T15:06:00.001+07:002018-06-12T15:06:27.816+07:00Sebuah Catatan Harian: Hati-Hati Dengan Bahagia Digital dan Sikap Iri Hati<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Berita kematian yang tidak biasa kembali menguar di permukaan. Kenapa saya katakan bahwa kematian yang tidak biasa, karena berturut-turut kematian tersebut disebabkan oleh: bunuh diri. Hal ini membuat sebuah tanya di dalam hati saya, mengapa? atau lebih lengkapnya mengapa mereka yang telah berada di usia lebih dari 50 tahun mesti melakukan tindakan bunuh diri untuk mengakhiri hidup mereka?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ada rasa masygul, penasaran, sekaligus tanya yang tak kunjung usai di kepala saya. Dan hari ini saya menemukan sebuah artikel yang ditulis di time.com, dua hal yang menjadi sorotan utama dari artikel singkat itu adalah: definisi kebahagiaan yang bergeser dan bahaya dari sikap iri hati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Saya tidak akan berusaha menjadi psikolog atau mengira-ngira apa yang menjadi penyebab dari kematian Spade dan Bourdain. Duka saya bersama mereka yang pergi dan hati saya tinggal bersama keluarga yang kehilangan. Barangkali tulisan ini saya buat sebagai pengingat kepada diri saya sendiri, bagaimana cara saya mendefinisikan kembali kebahagiaan, membuat sebuah jarak baru dengan cara-cara bahagia yang semu dan bagaimana saya tidak terjebak ke dalam sebuah sikap iri hati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Yang akan saya bahas pertama, terdapat sebuah tren baru pada definisi kebahagiaan. Di dalam penemuan saya, ia bisa jadi seperti ini: bahagia adalah ketika menggunggah semua foto—seakan-akan bahagia—kita di media sosial. Kemudian tambahkan sedikit kutipan sensasional bahwa—seakan-akan—kita merayakan hidup dan menikmati hidup kita sungguh-sungguh. Sebuah keterjebakan yang saya sebut dengan: kebahagiaan digital. Kebahagiaan digital kemudian dikejar dengan cara-cara serba visual, artifisial, dengan caption/tagline/hashtag yang "serba merayakan hidup tadi". Padahal jauh di dalam hati, barangkali kita sebenarnya sedang tidak bahagia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hal kedua yaitu, sikap iri hati. Setelah terjebak dengan kebahagiaan digital, saya pikir hal merusak lainnya adalah sikap iri hati. Kita kemudian jadi senang mengiri dan membandingkan diri kita dengan orang lain. Satu contoh kecil: ketika teman kita mengunggah foto "kebahagiaan digitalnya", dengan tidak mau kalah, ada sebuah sikap untuk kepengin lebih dari teman kita itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Padahal kita lupa bahwa segala sesuatu yang diunggah di media sosial, tidak sepenuhnya sebuah kebenaran, ia punya pergumulannya sendiri. Iri hati kerap muncul sebagai sebuah dampak karena kita merasa "kecil" atau "kurang" dibandingkan teman kita. Padahal belum tentu teman kita itu benar-benar bahagia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kesadaran lain muncul di dalam benak saya untuk menemukan sebuah makna hidup yang sebenarnya, ketimbang menjerumuskan diri saya kepada sebuah keterjebakan palsu: kebahagiaan digital dan sikap iri hati (semu). Bagaimana saat ini, kita begitu gampangnya menilai kebahagiaan seseorang hanya dari unggahannya di media sosial. Atau bagaimana saat ini, kita lekas iri hati dengan foto-foto liburan orang lain. Sementara kita lupa ada sebuah pergumulan mahal untuk satu foto. Kita lupa bahwa di dalam setiap unggahan media sosial Spade dan Bourdain—yang tampak bahagia, mereka juga hanya seorang manusia biasa yang juga punya penderitaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-31239805510179639182018-05-22T13:43:00.003+07:002018-05-22T17:17:03.900+07:00Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai: Salatiga (Bagian III)<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pada hari Rabu, 9 Mei 2018 lalu, kami
mengadakan peluncuran buku "Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai"
di Kafe Cindy's, Salatiga. Pada kesempatan itu kami menghadirkan dua
pembahas, Izak. Y.M. Lattu dan Jessy Ismoyo. Keduanya adalah dosen di Universitas
Kristen Satya Wacana, sahabat kami sekaligus teman diskusi yang menyenangkan.
Diskusi yang panjang itu akan dipublikasi dalam beberapa bagian supaya tetap
bisa dinikmati dengan santai: (1) Perihal Buku Cara-cara Tidak Kreatif untuk
Mencintai; (2) Perihal Ciuman; (3) Perihal Puisi Kesukaan dan Rindu; (4)
Perihal Cinta & Puisi. Selamat membaca!</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="background: white;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiA8aSUlKVkTygIoYfu2INawNqIivRh-kJQMSiQizQ_bDEzClrLSsJsN4faNw2DVe-kLhyphenhyphengoU14lcBUXQ4djY4KO2_YKAtrrH8PSYe5rrnaijvE3lxRZ0eA6MGUho19n6mD9CS4fCdQtCQh/s1600/3PnsaZzG.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiA8aSUlKVkTygIoYfu2INawNqIivRh-kJQMSiQizQ_bDEzClrLSsJsN4faNw2DVe-kLhyphenhyphengoU14lcBUXQ4djY4KO2_YKAtrrH8PSYe5rrnaijvE3lxRZ0eA6MGUho19n6mD9CS4fCdQtCQh/s640/3PnsaZzG.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="background: white;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="line-height: 115%;">Bagian III</span></i></b><b><span style="line-height: 115%;">: </span></b><b><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">Perihal Puisi Kesukaan dan Rindu<o:p></o:p></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Christian menyambung pernyataannya
tentang ciuman dengan pertanyaan baru, “Dari 98 puisi di dalam buku Cara-cara
Tidak Kreatif untuk Mencintai, apa puisi favorit kalian?” Percakapan tentang
puisi kesukaan itu berlanjut dengan percakapan tentang rindu-rindu yang
bertebaran di dalam puisi-puisi di buku ini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">“Ada dua puisi sebenarnya: Ciuman
yang menjaga sebuah Bangsa dan Bandung-Salatiga, karena Bandung adalah
satu-satunya kota besar di Indonesia yang belum saya datangi. Saya sudah
tinggal di kota-kota besar dunia: NY, Boston, LA, London, dll., tetapi belum
menginjakkan kaki di Bandung. Puisi itu membuat saya mengimajinasikan kota Bandung,”
demikian Izak Lattu menjawab pertanyaan Christian tentang puisi yang ia sukai.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pertanyaan yang sama juga dijawab
oleh Jessy. “Di dalam puisi Pada Bulan yang Sama & Pada Tengah Malam
seperti Begini,” kata Jessy, “aku merasa bahwa di situ ada kerinduan yang
begitu hebatnya yang coba disampaikan dalam puisi itu. Kerinduan akan satu
sosok yang betul-betul jauh dari kita, tetapi rindu yang sehebat itu hanya
dicurahkan dengan satu sentuhan yang sesederhana: menyentuh bibir dengan tangan
yang berkerut menjadi tindak akhir dari rindu yang sebesar itu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Melanjutkan percakapan tentang
puisi Pada Bulan yang Sama, Theo menjelaskan, “Puisi itu yang saya tulis untuk mama
saya yang sudah meninggal. Dulu ketika kecil, mama saya sering sekali memangku
saya dan berdongeng tentang ibu dan anak yang tinggal di bulan. Teman-teman di
Maluku juga pasti punya pengalaman yang sama (didongengkan). Mama kerap sekali
pergi dan saya sering dititipkan ke tante atau nenek.” <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm6YvRIs2Un-oOQRFeJnleIL5jcO6rquqUiGNf-JfRQjyiFXc2Lfq3MeItBcveRHdeU3P9CFfNwSoj51xPn92Wql766yq_EDSqgTSZfYGLrFcnUHMBRV5UmasnUJMrVwdF7ARcWhb7gIel/s1600/nADXkBNr.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm6YvRIs2Un-oOQRFeJnleIL5jcO6rquqUiGNf-JfRQjyiFXc2Lfq3MeItBcveRHdeU3P9CFfNwSoj51xPn92Wql766yq_EDSqgTSZfYGLrFcnUHMBRV5UmasnUJMrVwdF7ARcWhb7gIel/s640/nADXkBNr.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">“Kadang kita merasa bahwa kita sudah bisa </span><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">cope</span><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;"> dengan kehilangan, tetapi kadang manusia sendiri tidak bisa memastikan alam bawah sadarnya, barangkali ada hal-hal yang masih tertinggal di sana dan itu muncul dalam karya, tanpa rencana.</span></span><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">”</span><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;"> - Theoresia Rumthe</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">“Ingatan yang melekat adalah
didongeng oleh mama,” lanjut Theo. “Kadang kita merasa bahwa kita sudah bisa <i>cope</i>
dengan kehilangan, tetapi kadang manusia sendiri tidak bisa memastikan alam
bawah sadarnya, barangkali ada hal-hal yang masih tertinggal di sana dan itu
muncul dalam karya, tanpa rencana. Kenangan-kenangan yang belum selesai itu
sesekali keluar dalam tulisan-tulisan saya. Tentang rindu, kadang kita</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">bilang tidak rindu, tapi sebenarnya
rindu-dan itu keluar di karya,” ungkap Theo.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">“Rindu,” menurut Weslly, “adalah
sebuah pengalaman eksistensial. Rindu adalah satu kondisi di mana manusia
berhadapan dengan batas-batas sebuah diri. Merindu adalah bagaimana seseorang
menghadapi dengan keterbatasan dirinya. Ingin sesuatu tetapi tidak/belum bisa,
itu intinya, dan itu berkaitan dengan keterbatasan manusia. Namun, merindu
sebagai tindakan menghadapi keterbatasan bukanlah keadaan tak berdaya. Merindu
itu sebuah daya yang menggerakkan manusia, misalnya gelombang pemudik yang
berduyun-duyun pulang ke kampung halaman. Itu adalah wujud kekuatan rindu yang,
pada titik itu, tidak hanya personal belaka, tetapi juga bersifat sosial.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">“Ketika kita merindukan sesuatu,
keberadaan sesuatu itu akan dirasakan semakin hebat,” kata Jessy. “Dalam
keadaan itu, kita cenderung berpikir bagaimana menghapus jarak antara kita dan
sesuatu itu dengan hal yang instan. Kita lupa bahwa justru cinta dan rindu,
menghadapkan kita pada hal itu. Kadang kita selalu meminimalisir r</span><span style="line-height: 115%;">i</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">siko. Kita selalu takut pada
kemungkinan untuk sakit. Jadi, kita menempatkan cinta sebagai urusan
hitung-hitungan yang dikatakan bung Cak sebagai investasi tadi. Kita mencintai
bangsa kita, misalnya, dengan tidak hanya mengharap-harap bahwa negara
menyediakan keamanan, tetapi kita juga mengusahakan itu setiap harinya. Kadang
kita bilang kita cinta, tetapi kita mengedepankan kepentingan diri kita
sendiri. Cinta itu memang bukan luka belaka, tetapi jangan menempuh jalan-jalan
instan semata-mata untuk menghindari r</span><span style="line-height: 115%;">i</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">siko-r</span><span style="line-height: 115%;">i</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">siko.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">Theo melanjutkan, “Kita tidak bisa
lepas dari kemungkinan r</span><span style="line-height: 115%;">i</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">siko.
Keyakinan yang harus ada di dalam kepala kita adalah cinta itu memerdekakan.
Kalau memang mau setia, ya kamu setia. Bukan karena orang lain. Setia adalah
sebuah pilihan, bukan karena orang lain. Saya setia, karena saya setia, bukan
karena orang lain. Itu mungkin yang mendasar ya. Tetapi, kemungkinan untuk
merasa sakit, merasa kecewa, itu terus ada, karena kita manusia dan dari
situlah kita belajar.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">(bersambung)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-9121873800303108062018-05-21T15:52:00.002+07:002018-05-21T15:52:42.754+07:00Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai: Salatiga (Bagian II)<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span lang="EN-US" style="background: white; line-height: 115%;">Pada hari Rabu, 9 Mei 2018 lalu, kami mengadakan peluncuran
buku "Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai" di Kafe Cindy's,
Salatiga. Pada kesempatan itu kami menghadirkan dua pembahas, Izak. Y.M.
Lattu dan Jessy Ismoyo. Keduanya adalah dosen di Universitas Kristen Satya
Wacana, sahabat kami sekaligus teman diskusi yang menyenangkan. Diskusi yang
panjang itu akan dipublikasi dalam beberapa bagian supaya tetap bisa dinikmati
dengan santai: (1) Perihal Buku Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai; (2)
Perihal Ciuman; (3) Perihal Puisi Kesukaan dan Rindu; (4) Perihal Cinta &
Puisi. Selamat membaca!</span><span style="line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span lang="EN-US" style="background: white; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUSm5X58VijG20KFsPbTCMISbSNVOsJtYP2t2tIebk4jL6tqPN5sixp0TWuTbpZS-MVjTahwlrbVnrst6ilSVWZQ94K9-JsFIobqCFdvn2ncW7vsGZOcuoaHqUPAeoA7WaMmvm-5t1Q4Yp/s1600/Pk68Dog_.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: #666666;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUSm5X58VijG20KFsPbTCMISbSNVOsJtYP2t2tIebk4jL6tqPN5sixp0TWuTbpZS-MVjTahwlrbVnrst6ilSVWZQ94K9-JsFIobqCFdvn2ncW7vsGZOcuoaHqUPAeoA7WaMmvm-5t1Q4Yp/s640/Pk68Dog_.jpg" width="640" /></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span lang="EN-US" style="background: white; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="background: white; line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666;"><span lang="EN-US" style="background: white; line-height: 115%;"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Bagian II</span></i></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">: </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Perihal
Ciuman<o:p></o:p></span></b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">Ch</span><span style="line-height: 115%;">ris</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">tian melanjutkan, “Ada
isu apa di balik puisi Ciuman yang Menjaga Sebuah Bangsa?” Theo atau Weslly
yang lebih dulu, silakan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">“Awalnya
puisi ini hanya mau bercerita tentang ciuman tetapi karena menulis apa pun,
termasuk menulis puisi, adalah kegiatan yang tidak mungkin terisolasi dan
bersifat dialektis, maka ‘obrolan’ saya dan Theo tentang ciuman itu akhir</span><span style="line-height: 115%;">n</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">ya menyentuh juga
pengalaman-pengalaman lain di sekitar kehidupan kita. Saya percaya bahwa semua
kita punya ingatan manis tentang bangsa ini, walaupun itu tidak lalu berarti
mengabaikan berbagai persoalan hidup bersama sebagai bangsa yang kerap muncul
pada hari-hari belakangan ini. Puisi ini ditulis dan meluas dalam tegangan itu.
Pada dasarnya, ciuman di dalam puisi ini adalah usaha menyeberangi keterasingan
yang terbentang antara manusia yang satu dengan manusia lainnya,” jawab Weslly.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sementara
menurut Theo, “puisi Ciuman yang Menjaga Sebuah Bangsa adalah titik tenang
untuk memandang dan memahami diri sendiri juga hubungan-hubungan manusia dalam
kehidupan bersama sebagai sebuah bangsa. Membaca berita pada hari-hari
belakangan kadang membuat hatimu cukup patah. Puisi adalah ruang untuk kemudian
mengingat lagi hal-hal manis tentang bangsa ini dan tempat di mana
harapan-harapan baik dan kebaikan-kebaikan itu dijaga dan dibiarkan untuk terus
bertumbuh.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPZu5LZuUBun576kelWv_P_O1EZVQwb8tBDptgIOBipLTVXka6Li5G_xrGl6rPBTZuztQ7VWORaVlx-jwtKWyAxedJPrOeKrurj52nDkPniIbxwKjxPShNyqbA2cTPp8mIjIk7F20z_11-/s1600/33066073_10208708535349889_7483715728546201600_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: #666666;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPZu5LZuUBun576kelWv_P_O1EZVQwb8tBDptgIOBipLTVXka6Li5G_xrGl6rPBTZuztQ7VWORaVlx-jwtKWyAxedJPrOeKrurj52nDkPniIbxwKjxPShNyqbA2cTPp8mIjIk7F20z_11-/s640/33066073_10208708535349889_7483715728546201600_n.jpg" width="640" /></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span lang="EN-US" style="background: white; line-height: 18.4px;"><span lang="EN-US" style="line-height: 18.4px; text-align: justify;">“Awalnya puisi ini hanya mau bercerita tentang ciuman tetapi karena menulis apa pun, termasuk menulis puisi, adalah kegiatan yang tidak mungkin terisolasi dan bersifat dialektis, maka ‘obrolan’ saya dan Theo tentang ciuman itu akhir</span><span style="line-height: 18.4px; text-align: justify;">n</span><span lang="EN-US" style="line-height: 18.4px; text-align: justify;">ya menyentuh juga pengalaman-pengalaman lain di sekitar kehidupan kita,</span></span><span style="text-align: justify;">”</span><span style="text-align: justify;"> ujar Weslly Johannes.</span></span></i></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="background: white; line-height: 18.4px;"><i><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="background: white; line-height: 18.4px;"><i><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="color: #666666;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666;"><span lang="EN-US" style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif; line-height: 115%;">“Puisi
Ciuman yang Menjaga Sebuah Bangsa </span><span lang="EN-US" style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif; line-height: 115%;">—</span><span lang="EN-US" style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif; line-height: 115%;">kalau kita bicara tentang semiotika</span><span lang="EN-US" style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif; line-height: 115%;">—</span><span lang="EN-US" style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif; line-height: 115%;"> adalah tanda dari
betapa kita merindukan intimasi pada sebuah bangsa,” demikian Izak Lattu. “Kita
merindu pada saat intimasi itu hilang. Kita merindu pada apa yang membuat kita
menjadi bangsa, yaitu rasa paling dalam. Dalam konteks itu, bangsa tidak hanya
bisa diikat oleh hukum. Dalam buku ‘Menolak Narasi Tunggal’, saya juga pernah
bilang, kalau bangsa yang cuma diikat oleh hukum saja, itu namanya persatean;
kalau bangsa diikat juga oleh rasa, itu namanya persatuan. Oleh karena itu,
cinta menjadi kekuatan berbangsa di dalam puisi ini. Tidak ada orang yang bisa
menjadi warga bangsa yang baik, kalau dia belum pernah mencium dan mencintai.
Hanya orang yang mencium dan mencintai yang bisa merasakan arti sebuah bangsa.”</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Mencium
dan mencintai itu bukan kekuatan fisik, tetapi kekuatan rasa yang paling dalam
dan kita ingin, dalam konteks bersatu sebagai bangsa itu seperti orang menikah,
misalnya. Cinta itu tidak membutuhkan pengorbanan, sebab ketika kita sudah
merasa berkorban, kita sudah tidak lagi mencintai, tetapi berinvestasi,
melainkan kita betul-betul ingin membangun ikatan dengan saling mengaitkan kedekatan
kita pada orang lain dan itu yang kemudian membuat kita menjadi bangsa. Kembali
pada konteks ‘persatean’ tadi. Kita tidak mau bangsa ini hanya terikat karena
hukum belaka. Kita punya pancasila, tetapi pancasila itu akan tidak ada
artinya, jika orang tidak belajar untuk saling mencintai pada level keseharian.
Level keseharian ini yang bisa memperkuat bangsa. Bangsa ini punya kekuatan
untuk saling terikat kalau kita belajar mencintai, kalau orang boleh mencium
(intimasi), saling berpelukan, dalam arti ‘menghapus jarak’. Jika kita mau
menjadi bangsa, kita harus bisa menghapus ‘<i>distance</i>’ antara kita dengan
orang lain,” tutur Izak Lattu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Ciuman
yang nasionalis,” ucap Christian sambil tertawa, “membuat kita sadar bahwa
bangsa ini masih memiliki sesuatu yang manis untuk menjadi kekuatan yang
mengikat kita.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">(bersambung)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-51337563263650431812018-05-20T23:16:00.000+07:002018-05-21T00:27:17.209+07:00Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai: Salatiga (Bagian I)<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pada hari Rabu, 9 Mei 2018 lalu, kami mengadakan
peluncuran buku "Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai" di Kafe
Cindy's, Salatiga. Pada kesempatan itu kami
menghadirkan dua pembahas, Izak. Y.M. Lattu dan Jessy Ismoyo. Keduanya
adalah dosen di Universitas Kristen Satya Wacana, sahabat kami sekaligus teman
diskusi yang menyenangkan. Diskusi yang panjang itu akan dipublikasi dalam
beberapa bagian supaya tetap bisa dinikmati dengan santai: (1) Perihal Buku
Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai; (2) Perihal Ciuman; (3) Perihal Puisi
Kesukaan dan Rindu; (4) Perihal Cinta & Puisi. Selamat membaca!</span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhb_bvAElOoLVTUWplF4cU3XxFouYHnSNCUexBnCYxWE8E5i0EebfifFv_A5ZAumsmADasnfdPoFbT4vDl1BJxTQGOuLkPHWoxIl5bjf_IcU1V-a98hoHGlEDkDxDiT9K1d_BD_8UPP47Mw/s1600/m6PUyvfT.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhb_bvAElOoLVTUWplF4cU3XxFouYHnSNCUexBnCYxWE8E5i0EebfifFv_A5ZAumsmADasnfdPoFbT4vDl1BJxTQGOuLkPHWoxIl5bjf_IcU1V-a98hoHGlEDkDxDiT9K1d_BD_8UPP47Mw/s640/m6PUyvfT.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><i>Bagian 1</i>: Perihal
Buku Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai</span></b><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><br />
<br />
Memulai bahasannya tentang buku “Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai,” Izak
Lattu, dosen UKSW yang banyak menulis tentang relasi agama-agama dan bergiat di
bidang tersebut, berpendapat demikian “Buku ini tidak hanya mengungkapkan cinta
sebagai relasi romantis saja. Cinta di sini juga diartikan sebagai <i>social relationship</i>
dan <i>cultural relationship</i> yang kesemuanya bertumpu pada intimasi. <i>Romantic
love</i>, seperti tertulis di buku ini, ditempatkan ke dalam konteks sosial
yang lebih luas. Dari situ, cinta kemudian dimengerti juga sebagai <i>political
expression</i>, seperti tampak dalam, misalnya puisi Ciuman yang Menjaga Sebuah
Bangsa. Tidak ada bangsa yang besar, jika orang-orang tidak saling mencintai.”<i><o:p></o:p></i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">“Intimasi
bertumpu pada <i>trust</i> (rasa percaya),” demikian ungkapnya. Tidak ada orang
yang bisa saling mencintai tanpa rasa percaya. “Dalam konteks berbangsa,”
menurut Izak Lattu, “<i>trust</i> sebagai pusat dari <i>intimacy</i> menjadi
kekuatan bagi sebuah bangsa. Hidup berbangsa itu perlu <i>intimacy</i>. Jadi, sumbangan
buku ini bagi Indonesia sekarang adalah soal bagaimana menghadirkan <i>intimacy,
</i>sebab berbicara tentang bangsa, tentang masyarakat, tidak bisa dilepaskan
dari individu-individu yang saling mencintai di dalam berbagai-bagai perbedaan
yang ada.”<o:p></o:p></span></span><br />
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1pSfTh4agSHcTV5AvMuaFD-BZDRokaPaIK3Dgc-A8mfqXFOy0BEfewtp_2N90bkOECT6DlkSJCL2JrXJ94UD6OYrX_TL0KB9KnLS1izKIgAv2EMIiDichrMfhNfd_sSuwUrgo2tuX4pw9/s1600/H125CU7j.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1pSfTh4agSHcTV5AvMuaFD-BZDRokaPaIK3Dgc-A8mfqXFOy0BEfewtp_2N90bkOECT6DlkSJCL2JrXJ94UD6OYrX_TL0KB9KnLS1izKIgAv2EMIiDichrMfhNfd_sSuwUrgo2tuX4pw9/s640/H125CU7j.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">“</span><i><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">Jadi, sumbangan buku ini bagi Indonesia sekarang adalah soal bagaimana menghadirkan </span><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">intimacy, </span></i><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;"><i>sebab berbicara tentang bangsa, tentang masyarakat, tidak bisa dilepaskan dari individu-individu yang saling mencintai di dalam berbagai-bagai perbedaan yang ada</i>,</span><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">” ungkap, Izak Lattu.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">“Tulisan
Theo dan Weslly ini,” lanjut Izak Lattu, “secara tersirat mengatakan bahwa
Plato keliru melihat puisi. Bagi Plato, puisi itu punya daya yang berpotensi
merusak bangsa. Bagi dia, puisi itu korup; puisi akan mengkorupsi pemikiran
anak-anak bangsa, sedang bagi Plato logika adalah instansi tertinggi dari
kehidupan manusia. Estetika diletakkannya jauh di bawah logika. Namun, ternyata
kalau kita membaca buku ini, ada kecerdasan berlogika dalam puisi-puisi yang
tertulis di situ. Puisi hanya bisa ditulis kalau kita mempunyai logika yang
jelas.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">“<i>Terdapat
98 puisi dalam buku ini. Puisi-puisi itu membuat saya berkontemplasi di
dalamnya</i>,” kata Christian. Ia lalu mengajak kedua pembahas untuk lebih
lanjut memberi tanggapan terhadap puisi-puisi di dalam buku Cara-cara Tidak
Kreatif untuk Mencintai.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kali
ini, Jessy Ismoyo, dosen yang juga penulis puisi, membagikan pengalaman membaca
buku Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai beserta penilaiannya.<i> “</i>Setiap
puisi dalam buku ini,” menurutnya, “selalu membawa kita pada ingatan tertentu, misalnya
aku suka banget puisi Bandung-Salatiga. Di dalam puisi itu dibilang (Jessy lalu
membacakannya):<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">rindu
ada, <o:p></o:p></span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">waktu
tiada <o:p></o:p></span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">rindu
ada,<o:p></o:p></span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">waktu
tiada <o:p></o:p></span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">rindu
ada,<o:p></o:p></span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">waktu
tiada<o:p></o:p></span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">kau
di sini.<br />
<br />
”</span></i><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">Dalam satu bait kita bisa ke mana-mana. Kadang-kadang,
kepala kita bahkan mencurangi diri kita sendiri, membawa kita ke dalam
ingatan-ingatan episodik (satu bagian kecil dari ingatan yang panjang), dan itu
yang aku nikmati dari membaca puisi-puisi ini. Setiap aku baca dua atau tiga
puisi, aku harus berhenti dan menarik napas panjang, dan bertanya, Cinta itu
apa?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">“Di
dalam buku ini,” lanjut Jessy, “Theo dan Weslly bisa membuat cinta yang tadinya
dalam konteks pasangan menjadi lebih luas dari itu dan, pada saat yang sama,
tidak kehilangan esensi dari dua individu yang saling mencintai. Mereka juga mengkontemplasikan
cinta dalam hal-hal yang sangat dekat dengan mereka. Di dalam puisi-puisinya
Theo menuliskan hal-hal yang tak terduga, misalnya perasaan ketika bangun pagi,
bagaimana memandang bulan, atau bagaimana menerjemahkan rindu dengan
menggunakan apa yang ada di sekitarnya. Puisi-puisi Theo membuat pembaca
mengembuskan napas panjang pada saat selesai membacanya. Sementara puisi-puisi
Weslly, satu kalimat, satu embusan napas.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">(bersambung)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-53839477674385035312018-05-20T14:37:00.002+07:002018-05-20T14:37:42.286+07:00Sebuah Catatan Harian: Kesunyian dan Pertanyaan<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_ga84M5iJuK8XKPq4-U2jyoKWI8QjzmkzT-DCIAlwtfNSdoUGy2AdY_PbuBy-NrdNLwOJnl2B8T72cvdM1rBzCJBT6vqRpucgimzTGJbQK5cUIPRXURFEqJADp4I1iG1bcb4H2l6LB3Hb/s1600/32763139_10156401230857258_6821541705485910016_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_ga84M5iJuK8XKPq4-U2jyoKWI8QjzmkzT-DCIAlwtfNSdoUGy2AdY_PbuBy-NrdNLwOJnl2B8T72cvdM1rBzCJBT6vqRpucgimzTGJbQK5cUIPRXURFEqJADp4I1iG1bcb4H2l6LB3Hb/s640/32763139_10156401230857258_6821541705485910016_n.jpg" width="640" /></span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Manusia kini mencari kesunyian di balik tombol-tombol. Ia merasa telah mendapatkan kesunyian itu, padahal ia sedang melakukan kamuflase terhadap dirinya sendiri. Hal ini telah diramalkan oleh Baudillard, beberapa tahun sebelumnya. Namun yang mengenaskan kini adalah semakin sering manusia menghabiskan waktunya di balik tombol, semakin individuallah ia, semakin kurang rasa pedulinya terhadap lingkungan sekitarnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Saya membaca sebuah jurnal From Mothers to Bombers: The Evolution of Indonesian Women Extremist, ada sebuah fakta yang mencengangkan, bahwa perempuan-perempuan yang melibatkan dirinya secara sadar ke dalam terorisme adalah perempuan-perempuan yang cerdas, berpendidikan, multilingual, dan memiliki kemampuan bekerja yang apik. Ada di antara mereka yang rela menjadi tenaga kerja di luar negeri, demi mendapatkan uang banyak yang kemudian dipakai untuk membantu kerja-kerja teroris itu sendiri. Hal lainnya yang menarik, mereka banyak menghabiskan waktu mereka di balik tombol—mereka sendiri—dengan kamuflase identitas lalu mengelola sejumlah grup-grup online yang ada di internet (facebook, twitter, dan telegram).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tak hanya cakap berkomunikasi di dunia maya—tombol—lalu menyabotase kehadiran manusia lain. Perempuan-perempuan itu pun semakin terasing. Ada sikap keterasingan tertentu, yang membuat mereka akhirnya militan untuk menjadi martir pada sebuah keyakinan tertentu. Mereka sama sekali tidak terhubung dengan dunia di luar mereka. Dunia di luar mereka tidak mampu menjangkau mereka. Lambat laun, lubang ketersesatan itu semakin besar hingga tidak ada jalan pulang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sampai di sini, saya merenungkan sebuah pertanyaan bagi diri saya sendiri, "Bagaimanakah peran saya di masyarakat hingga saya dapat membantu mengurangi ketersesatan tersebut?" Tapi kemudian sebuah pertanyaan lain muncul, "Bagaimana jika menjadi martir adalah sebuah pilihan dan tujuan hidup dari orang-orang tertentu?"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Oh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-67190827910979355552018-04-29T16:47:00.001+07:002018-04-29T17:31:20.953+07:00Pengalaman ‘Orgasmik’ Membaca Buku dan Puisi-puisi Penuh Ciuman<span style="color: #666666;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">Sentuhan c</span><span style="line-height: 115%;">inta</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">,</span><span style="line-height: 115%;"> menurut Plato</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">,</span><span style="line-height: 115%;"> mampu mengubah siapa</span><span style="line-height: 115%;"> </span><span style="line-height: 115%;">pun
menjadi penyair. Di dalam buku The Art of Love Poetry, Erik Gray menulis bahwa,
“Tetapi puisi letaknya di antara prosa dan musik dan menggabungkan keuntungan
dari keduanya. Puisi menambah dimensi fisik ke dalam prosa, dan </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">pemanfaatan</span><span style="line-height: 115%;"> kenikmatan
fisik bahasa yang luar biasa: sensualitas irama; penyatuan rima yang memuaskan;
</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">kesenangan-kesenangan lebih
yang diterima</span><span style="line-height: 115%;"> hanya dengan mendengarkan artikulasi kata-kata. Semua
elemen ini mungkin hadir di prosa, tetapi semuanya berpusat pada puisi. Karena
puisi dapat mengemukakan bentuk-bentuk komunikasi intim yang melampaui
batas-batas bahasa sehari-hari.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="line-height: 115%;">Kalimat-kalimat
ini barangkali menjelaskan apa yang dikatakan oleh Plato bahwa jika seseorang
jatuh cinta, maka ia lantas </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">didorong oleh kebutuhan untuk mengekspresikan rasa yang terlampau besar
dan beraneka warna melalui penciptaan</span><span style="line-height: 115%;"> kata-kata
yang melampaui batas-batas bahasa</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> biasa</span><span style="line-height: 115%;">—namun yang sifatnya sangat intim—yang </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">hanya mungkin disediakan oleh</span><span style="line-height: 115%;"> puisi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="line-height: 115%;">Sementara itu</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">,</span><span style="line-height: 115%;"> Rolland Barthes menulis dalam An Erotics of Art
(Sebuah artikel yang telah diterjemahkan ulang dan diterbitkan di The New York
Times) bahwa, “Menulis adalah sebuah ilmu pengetahuan tentang asmara
(Kama Sutra), sementara membaca adalah sebuah atensi psikoanalisis yang
mengambang, rebah, dan menanti untuk kembali dirangsang oleh kata-kata
berikutnya.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="line-height: 115%;">Sampai di
sini, maka pertanyaan saya untuk diri saya sendiri adalah berapa banyak ‘teks’
yang telah saya baca dari buku-buku puisi, prosa, maupun novel, yang mampu
membuat saya </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">memasuki pengalaman-pengalaman
</span><span style="line-height: 115%;">orgasm</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">ik</span><span style="line-height: 115%;">?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Daftar
buku-buku secara acak mulai bermunculan di dalam kepala saya, buku-buku yang
saya baca sedari kanak-kanak, remaja, hingga masa dewasa. Tidak hanya buku,
tetapi ingatan saya merayap kepada tulisan pada sebuah majalah Femina, koleksi
tante saya. Saya yang remaja pada waktu itu, diam-diam tidak pernah absen
membacanya. Saya sendiri tidak ingat sejak kapan rasa asyik dari membaca tumbuh
di dalam diri saya. Tapi seingat saya, segala sesuatu tentang keasyikan membaca
biasanya diawali oleh rasa penasaran. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bacaan
‘diam-diam’ saya yang lain, kemudian berpindah kepada sobekan kertas-kertas
yang biasanya saya temukan di bawah bantal. Sobekan kertas-kertas (kepunyaan
salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumah tante saya) itu berasal
dari buku-buku stensilan populer pada waktu itu. Ia senang membacanya dan
meletakkannya di bawah bantal. Saya dengan tidak sengaja, lalu menemukannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Keasyikan
membaca ini kemudian berkembang seiring pertumbuhan saya. Buku-buku lainnya
dari mulai komik-komik, cerita hantu, novel-novel wajib di perpustakaan,
buku-buku motivasi, buku cerita pendek, buku-buku puisi, hingga buku-buku yang
saya putuskan secara sadar untuk membelinya karena memang ingin dibaca. Dari
semua, buku-buku yang saya paling suka, biasanya saya baca ulang—lebih dari dua
kali. Saya senang mengulang kalimat-kalimat yang bukan hanya suka, namun saya
gilai. Kalimat-kalimat itu tak lagi membuat rasa penasaran di dalam kepala, ia
menghasrati saya sedemikian rupa, sehingga ada sebuah gambar bergerak yang ada
di kepala saya. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Lebih lanjut
Barthes menulis bahwa, jika tulisanmu (teks) ingin dibaca, baiknya menyelipkan
sedikit kegairahan, dan menggunakan kata-kata yang sedikit genit. Namun genit
saja tidak cukup, sebuah tulisan yang baik pun dikelilingi oleh hal-hal berikut
ini: struktur ideologi yang tepat, solidaritas intelektual, penggunaan idiom
yang layak, bahkan tidak mengabaikan kesakralan sebuah sintaksis.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="color: #666666; line-height: 115%;">*</span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="color: #666666; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYzN_-rl8AHI8Gjr_1kPsPItDUeJf1k2jmLbjN2TmQw8MRbfdlicc_3Dg6Ytos-37-vhL9HTuNZQcEUwZzDDvJpD1S0TR7pEvOhl9Mkydkw67EUrTJp9KqC8bmGX_0fAs05jmjIxsZ6hN-/s1600/GxhOsHaa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: #666666;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYzN_-rl8AHI8Gjr_1kPsPItDUeJf1k2jmLbjN2TmQw8MRbfdlicc_3Dg6Ytos-37-vhL9HTuNZQcEUwZzDDvJpD1S0TR7pEvOhl9Mkydkw67EUrTJp9KqC8bmGX_0fAs05jmjIxsZ6hN-/s640/GxhOsHaa.jpg" width="640" /></span></a></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="color: #666666; line-height: 115%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">Sebagaimana kitab Kidung Agung yang disinggung Erik
Gray dalam bukunya“</span><span style="line-height: 115%;">The Art of Love Poetry</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">”</span><span style="line-height: 115%;">,</span><span style="line-height: 115%;"> </span><span style="line-height: 115%;">cinta
yang </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">terungkapkan secara </span><span style="line-height: 115%;">berbalas-balasan</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> pun</span><span style="line-height: 115%;"> adalah tema dari buku </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">“</span><span style="line-height: 115%;">Cara-</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">c</span><span style="line-height: 115%;">ara
Tidak Kreatif </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">u</span><span style="line-height: 115%;">ntuk
Mencintai.</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">”</span><span style="line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="line-height: 115%;">Tidak dapat
dipungkiri bahwa sepasang kekasih yang mencintai kemudian mencipta puisi-puisi,
karena ada sebuah perasaan—yang tidak dapat diekspresikan oleh</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> bentuk-bentuk</span><span style="line-height: 115%;"> lain</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> dari bahasa,</span><span style="line-height: 115%;"> selain puisi
yang mampu melampaui batas perasaan manusia paling banal untuk </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">dapat </span><span style="line-height: 115%;">dimengerti satu dengan yang lain. </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">Puisi, diakui, adalah m</span><span style="line-height: 115%;">edium yang
tepat itu</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="line-height: 115%;">Sifat puisi
yang intim jualah yang kemudian memberikan keleluasan ekspresi. Tak ada sebuah
keterpaksaan, tak ada kehati-hatian yang terlalu, tak ada hitungan-hitungan
matematika ketika menulis, semuanya mengucur begitu saja bagai keran bocor.
Kealamian sebuah perasaan di dalamnya adalah sebuah hal yang paling dirayakan.
Berbeda dengan Weslly, yang </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">senang</span><span style="line-height: 115%;"> membongkar pasang puisi-puisinya, saya punya cara
sendiri dalam menulis puisi-puisi saya. </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">“</span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="line-height: 115%;">One
take writing</span></i><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">”,</span><span style="line-height: 115%;"> sekali
menulis jadi, begitu istilah yang saya pakai untuk menulis puisi-puisi saya,
tanpa penyuntingan yang berlebihan. Kenapa</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">?</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">K</span><span style="line-height: 115%;">arena saya </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">percaya pada</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">ke</span><span style="line-height: 115%;">leluasa</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">an</span><span style="line-height: 115%;"> itu sendiri</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">.</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">S</span><span style="line-height: 115%;">aya
tidak mau </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">‘</span><span style="line-height: 115%;">terpenjara</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">’</span><span style="line-height: 115%;"> d</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">alam</span><span style="line-height: 115%;"> hal-hal yang berhubungan dengan teknik menulis.
Alih-alih memikirkan sebuah tulisan yang membuat orgasme, saya lebih tertarik
untuk memindahkan “rasa orgasme” tadi—tanpa tedeng aling-aling ke dalam tulisan
saya. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="line-height: 115%;">Sebuah
kesadaran baru kemudian muncul di dalam cara menulis: tulisan-tulisan jujur
malah lekas membuat orgasme</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">.</span><span style="line-height: 115%;"> Selain
itu</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">,</span><span style="line-height: 115%;"> tema
cinta yang tadinya hanya dikonsentrasikan kepada laki-laki dan perempuan,
kemudian menjadi sebuah cinta yang luas. Analogi “ciuman” yang berkali-kali
dipakai di dalam buku ini, tak lagi ditujukan sebagai ciuman yang harafiah,
melainkan ciuman yang dirapalkan oleh bibirmu</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">,</span><span style="line-height: 115%;"> ketika membaca puisi-puisi </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">yang tertulis di dalam buku-buku kami</span><span style="line-height: 115%;">.
Puisi-puisi</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> itu </span><span style="line-height: 115%;">mencium
bibirmu</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> persis saat kau membacanya;
kau mencium</span><span style="line-height: 115%;"> banyak orang</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> saat membacanya;</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">kau </span><span style="line-height: 115%;">mencium bibir </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">dunia</span><span style="line-height: 115%;">. Tak sampai di situ, di dalam </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">“C</span><span style="line-height: 115%;">ara-cara </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">T</span><span style="line-height: 115%;">idak </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">K</span><span style="line-height: 115%;">reatif untuk </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">M</span><span style="line-height: 115%;">encintai,</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">”</span><span style="line-height: 115%;"> akan ditemukan juga bagaimana arsip-arsip pribadi
kemudian menjadi kenangan bersama</span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;"> yang terbagi</span><span style="line-height: 115%;"> dengan seluruh pembaca. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="line-height: 115%;">Tetapi tak
semua puisi ini adalah tentang cinta, satu atau dua puisi yang ditemukan di
dalamnya adalah bagian dari perayaan kesedihan bahkan kematian. Puisi-puisi itu
sengaja diselipkan, supaya genap sudah apa yang dikatakan oleh Weslly Johannes,
“Cinta adalah </span><span lang="EN-US" style="line-height: 115%;">kopi</span><span style="line-height: 115%;">.
Kurangi gula dan omong kosong.”<o:p></o:p></span></span></div>
<br />perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-51579920217452383752018-04-26T08:04:00.001+07:002018-04-26T08:21:07.956+07:00Cara-Cara Tidak Kreatif untuk Mencintai: Festival Sastra Banggai<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5thLbqnFmr2Dy1dAVXndalHT_XbHXt5j0DejiofzBl7CyRwrKJMBekp3mLiewwzBzSQPJiEudT6CF94il5NISKHKflHmxoEnFjdVpPot6fhrR9S1KkJCtKMyiny9wwvGf7Ib1kaHArNzp/s1600/oPxzTtbC.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5thLbqnFmr2Dy1dAVXndalHT_XbHXt5j0DejiofzBl7CyRwrKJMBekp3mLiewwzBzSQPJiEudT6CF94il5NISKHKflHmxoEnFjdVpPot6fhrR9S1KkJCtKMyiny9wwvGf7Ib1kaHArNzp/s640/oPxzTtbC.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">“Suara-suara ombak di tepian pantai itu adalah pendapat Teluk Lalong tentang cinta: selalu dan selalu, tak pernah cukup tua untuk letih, tak pernah berhenti, tak pernah sudah.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sabtu, 21 April 2018—Buku puisi “Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai” diluncurkan dari tepian pantai Teluk Lalong, Luwuk. Buku ini berisi sembilan puluh delapan (98) puisi yang biasa tentang cinta dan mencintai yang adalah perkara sehari-hari. Cinta memang tak selalu berisi ledakan-ledakan gairah dan perasaan. “Cinta dan mencintai,” seperti kata Theoresia, “pada akhirnya adalah sebuah kegiatan repetitif yang rentan dirundung kebosanan, —dan di situlah, cinta yang sebenar-benarnya diuji.”</span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgK6lyyXD-S8vZsJn-NLFpocoZgqEj6KuRTl9dgp8QhNs7yvoC3iZB8Zp_kTFeivuqWyzzVVhcdhUPmUgPEURm3BgVHL1AlSN9LnST1NfKdiaxwAKWpLZ47mFN8XxlOh03-KVU_uzS876ji/s1600/DyoHrbZr.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgK6lyyXD-S8vZsJn-NLFpocoZgqEj6KuRTl9dgp8QhNs7yvoC3iZB8Zp_kTFeivuqWyzzVVhcdhUPmUgPEURm3BgVHL1AlSN9LnST1NfKdiaxwAKWpLZ47mFN8XxlOh03-KVU_uzS876ji/s640/DyoHrbZr.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Neni Muhidin, penulis dan pustakawan “Nemu Buku”, memulai acara peluncuran buku ini dengan mengatakan, “Saya kehabisan kata-kata.” Ia mengajak kami bercakap-cakap tentang proses (tidak) kreatif buku ini sambil sesekali memetik bagian-bagian tertentu dari puisi-puisi kami dan membacanya. Ama Achmad, inisiator Festival Sastra Banggai, menamai peluncuran buku “Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai” sebagai “perayaan kecil”. Ia juga membaca satu puisi dari buku itu kepada kawan-kawan yang hadir. “Sore yang mesra,” kata Dewi Anggrainy.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Menulis puisi dan membacakannya, menerbitkan buku dan merayakannya adalah cara-cara (tidak kreatif) untuk mencintai kampung-kampung, kota-kota, teluk-teluk, pulau-pulau, manusia-manusia, dan alam semesta —semuanya dilakukan berulang-ulang kali. Membawa buku "Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai" ke Teluk Lalong dan berbagi tentang puisi kepada adik-adik yang masih SMA, kawan-kawan mahasiswa, bahkan ibu-ibu di kelas adalah cara kami mencintai Festival Sastra Banggai (FSB). Semoga pada tahun 2019 mendatang, FSB lebih semarak lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Enam hari di Luwuk adalah pengalaman yang istimewa. Sebuah pengalaman yang mengubah. Peristiwa demi peristiwa memungkinkan kami mengalami sendiri bagaimana sastra melumerkan batas-batas, melebarkan horizon-horizon, dan merapat-hangatkan semua keunikan manusia. Kami mengalami di dalamnya, “suara-suara yang memeluk” itu. Festival Sastra Banggai, bagi kami, adalah sebuah pelukan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm2ui7BJGsTNZ716hRMnXAF-PEzRIVkeFxGpHvIDCN_lB98etm__ANUlZE8xwvxRyee_x4E5Lrn9kdrDKh53otDtnGouo2MNEboeEVtzCAmP9OVb6fEyHUY0E0IdKlbpm2EkZZoItkZyko/s1600/GtzmVnfE.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm2ui7BJGsTNZ716hRMnXAF-PEzRIVkeFxGpHvIDCN_lB98etm__ANUlZE8xwvxRyee_x4E5Lrn9kdrDKh53otDtnGouo2MNEboeEVtzCAmP9OVb6fEyHUY0E0IdKlbpm2EkZZoItkZyko/s640/GtzmVnfE.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkQlTA4S6nM9SV2T5LhhBDCeAse6tsp7fym9jONhnd9jjt6X9mFwyFGUg272FlEZmJFEO3HFRogucVFm85urTUWTAhez59FT7zEwuChwmuoovQUJNbVHCESgso3iEdPR2QBZ__mbtbizUp/s1600/nZskN4O1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkQlTA4S6nM9SV2T5LhhBDCeAse6tsp7fym9jONhnd9jjt6X9mFwyFGUg272FlEZmJFEO3HFRogucVFm85urTUWTAhez59FT7zEwuChwmuoovQUJNbVHCESgso3iEdPR2QBZ__mbtbizUp/s640/nZskN4O1.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNOgScr27NyI-Fn7TvNy4aY4uS93IcFDv0ljqkd_KArsUMTveNaPDdrGq36QOZwHbS2pm7GS5jo_U__4GD58bDEOP1T98rV5OrgAx9wpsNCnw1FOk91PhmyV-nmMkC-neLXXOJlyAjZvNs/s1600/uRyLF6rH.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNOgScr27NyI-Fn7TvNy4aY4uS93IcFDv0ljqkd_KArsUMTveNaPDdrGq36QOZwHbS2pm7GS5jo_U__4GD58bDEOP1T98rV5OrgAx9wpsNCnw1FOk91PhmyV-nmMkC-neLXXOJlyAjZvNs/s640/uRyLF6rH.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">Terima kasih telah menjadikan kami bagian dari pengalaman yang tak tergantikan itu. Semoga kehadiran kami juga memberi sesuatu yang baik, meski kecil dan biasa. Kepada Ama Achmad, Yanti Malale, Madam Niank, Ali Sofyan, Getsy, Dina, Deni, Kiki, Yudi, Farid, Dewi, Alam, Ipal, Rahmat, Edy, dan semua kawan-kawan panitia dan relawan yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, terima kasih banyak (peluk satu-satu).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kepada “kakak-kakak” dari Paguyuban Kolam Renang (Irfan Ramli, Aan Mansyur, Joko Pinurbo, Caroline Monteiro, Windy Ariestanty, Chandra Malik, Mario F. Lawi, Faisal Oddang, Melanie Subono, Shinta Febriany, Arman Dewarti, Jamil Massa, Fitria Sari, Robby Navicula, Angelina Enny), terima kasih untuk percakapan-percakapan yang menyegarkan bak berenang tengah malam. Semoga semuanya sehat dan semangat. Sampai berjumpa lagi!</span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">sayang selalu, </span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">theo & weslly </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-33733939861622075922018-04-16T00:08:00.000+07:002018-04-17T12:11:22.869+07:00Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai: TERBIT!<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq1xOTowWUhq144wmOqxJMqT3rZKxxtriPMdWphAavY8vZDzLNM2hqf9QMF-dBgKzLayiOccdVJAbLKF_o7yMGzVxbbM9maBdueZpIo3XdBJdkez210i9Mh73nMire3v3Cxfh_ngB9MQZ3/s1600/sNFYsHB3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq1xOTowWUhq144wmOqxJMqT3rZKxxtriPMdWphAavY8vZDzLNM2hqf9QMF-dBgKzLayiOccdVJAbLKF_o7yMGzVxbbM9maBdueZpIo3XdBJdkez210i9Mh73nMire3v3Cxfh_ngB9MQZ3/s640/sNFYsHB3.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEsigCrCklyvW9gZ4NxW-5N6x81pePMZzGslmW2zGy9qROuTtKcoaF0stt3ZHFodx71gdKuMyWQwQVOEk38KsUnXZbbM2ibikmomeRsEp4Z2m4gHdpiLNGfLlutVWxqUUy0DJ6wWAVBbEx/s1600/30726581_10156323723567258_5558375296698155008_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="678" data-original-width="960" height="450" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEsigCrCklyvW9gZ4NxW-5N6x81pePMZzGslmW2zGy9qROuTtKcoaF0stt3ZHFodx71gdKuMyWQwQVOEk38KsUnXZbbM2ibikmomeRsEp4Z2m4gHdpiLNGfLlutVWxqUUy0DJ6wWAVBbEx/s640/30726581_10156323723567258_5558375296698155008_n.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">"Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai" sudah terbit hari ini. Ia membawa di halaman-halamannya fragmen-fragmen berulang dari keseharian yang biasa, nama-nama jalan bagi kaki-kaki yang cemas, tergesa-gesa dan rindu, potongan-potangan imaji kehidupan yang sederhana, dan sengkarut perasaan manusia yang coba kami sederhanakan ke dalam kata-kata. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Cinta adalah kata kunci buku puisi ini. Kata itu kami baca di dalam serangkaian perbuatan yang lama-lama menjadi transparan, karena kesederhanaan dan keberulangannya yang memang tak terelakkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Untuk orangtua kami dan semua orang yang ketabahan mereka telah menjadikan cinta sebagai kata kerja, perkataan dan perbuatan, untuk semua hal yang mereka ajari dan tunjukkan (berulang-ulang) dengan kehidupan mereka sendiri, buku ini adalah dua kata: terima kasih.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kawan-kawan, selamat membawa pulang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai dari toko-toko buku kesayangan!</span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">we love you,</span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">theo & weslly </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-35785091866571783602018-04-08T21:28:00.002+07:002018-04-08T22:57:35.888+07:00Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuf45AdkcQ3IcxcEQgQ5PdeeAwXE9v5MHrLDnxODp8B2Rsf2hIy2WjNpnbI9UTc3PxlRFmcPtuorM6Auor_SeunbotkLZ1pY07L2QSI8j3VjvLMGbOUFVb2MwiEET1bBpLx7TTvrHnmhL5/s1600/vx0jvV8V.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuf45AdkcQ3IcxcEQgQ5PdeeAwXE9v5MHrLDnxODp8B2Rsf2hIy2WjNpnbI9UTc3PxlRFmcPtuorM6Auor_SeunbotkLZ1pY07L2QSI8j3VjvLMGbOUFVb2MwiEET1bBpLx7TTvrHnmhL5/s640/vx0jvV8V.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Cara-cara
Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia
lahir sebentar lagi, tepat di 16 April 2018. Ini adalah buku kedua sekuel atau
(sebutlah lanjutan) dari buku Tempat Paling Liar Di Muka Bumi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ingatan
saya kembali ketika kami, saya dan Weslly, memulai proyek ‘tantangan untuk
saling menulis puisi’ setiap hari di tahun 2015 lalu. Saat itu semangat kami,
adalah bermain-main. Kami mau melibatkan kehidupan kami dengan menulis puisi,
seperti kegiatan sehari-hari lainnya: menyikat gigi, mandi, pakai sepatu, minum
kopi, memencet komedo, dan lainnya. </span><span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Saya
membaca beberapa ulasan dari buku Tempat Paling Liar Di Muka Bumi, macam-macam
bentuknya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ada yang berupa ulasan panjang di blog, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Goodreads</i>, status <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Facebook</i>,
unggahan pada <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Twitter</i>, foto dan
caption (panjang maupun pendek) di <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Instagram</i>,
atau mendengarkan komentar menarik lainnya yang dilontarkan langsung kepada
saya, ketika tidak kebetulan saya bertemu muka dengan muka dengan pembaca. Yang
diam-diam membuat saya senyum-senyum kecil. Bagaimana tidak, semua komentar itu
agak melampaui batas, ‘berlebihan<i style="mso-bidi-font-style: normal;">’</i>,
barangkali itu kata yang tepat. Mengingat ketika saya dan Weslly memulai proyek
ini, kami tak pernah bermimpi, bahwa buku ini mampu membuat pembaca tersentuh.
Meminjam istilah dari Raisa Andriana, si penyanyi itu, ketika mengirimkan
komentarnya kepada saya via<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> </i>surat
elektronik, “Tersentuh di semua tempat yang sebelumnya belum pernah tersentuh
kata-kata.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Saya
merenung, apakah yang kira-kira membuat pembaca tersentuh sedemikian rupa ya? Atau
apakah yang kira-kira membuat pembaca senang memotret bagian puisi, atau
kutipan yang mereka temui, dan mengunggahnya di media sosial mereka? Dan apakah
yang kira-kira membuat buku Tempat Paling Liar Di Muka Bumi, mencapai cetakan
keduanya? Sungguh, saya tidak tahu pasti jawabannya apa. Semua selera memang
dikembalikan kepada pembaca. Karena mereka kini telah menjadi tuan atas
puisi-puisi kami. Puisi-puisi yang dikatakan oleh Weslly, sebagai arsip pacaran
yang ketahuan publik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Saya
tidak lupa, semua proses yang kami lalui dengan buku Tempat Paling Liar Di Muka
Bumi, kampanye yang kami lakukan, perjalanan ke beberapa kota untuk membuat
acara peluncuran kecil-kecilan: Bandung, Salatiga, Yogyakarta, Jakarta, dan
Ambon. Kami bahkan mencatat setiap acara perjalanan itu dan mengunggahnya di
blog masing-masing. Belum lagi promosi yang masih kami lanjutkan kurang lebih
enam bulan hingga setahun kemudian setelah buku terbit. Seperti menemani
seorang anak di usia emasnya, kami berusaha menjadi sepasang orang tua yang
baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kira-kira
bulan Oktober hingga November di tahun kemarin, kami berhasil merampungkan buku
kedua kami, yang kami beri judul “Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai.”
Kami sepakat bahwa di dalam buku ini, kami memang banyak ‘bermain-main,’
puisi-puisi yang kami tulis lebih leluasa mendaratkan pantatnya pada sofa,
menyicip kopi, tanpa terlampau khawatir akan hari esok. Puisi-puisi yang kami
tulis dan saling balas tak lagi memakan hari, ia menyergap seperti kilat di
hari siang yang terik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Puisi-puisi kami berubah bentuk menjadi kata-kata yang
lebih sederhana, sehari-hari, dan biasa saja, seperti yang sering dikatakan
oleh pasangan yang sudah mencintai selama bertahun-tahun, yang diam-diam dihinggapi
rasa bosan. Tetapi bukankah itulah yang dialami ketika sepasang saling
mencintai, wujud cinta kemudian berubah menjadi hal-hal paling kecil—tidak lagi
mendidih, seperti mencuci kolor pasanganmu, membikinkan kopi sehari tiga kali,
menyuruhnya minum air putih. Dan melakukan tindakan-tindakan repetitif lainnya,
tanpa sekalipun mengeluh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Di
buku Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, kamu akan menemukan
sesuatu yang lain, yang barangkali bukan seperti puisi, sungguh jauh dari kata
kreatif, dan sangat manusiawi. Ia mungkin terlalu kanak-kanak, tapi tidak
ingusan. Ia akan mengajakmu bermain, hari ini bermusuhan, namun keesokan harinya
baikan lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bukankah,
mencintai seseorang juga kadang seperti itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></div>
<br />perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-61355868803702918352018-04-08T16:26:00.002+07:002018-04-08T16:26:49.821+07:00Membaca Cyntha Hariadi, Barangkali<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<br />
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEezyE26URBPPwdTbZsyCgo60llJphom7W6stR-AbwLIs4fOsVRfR_1W1VutP9Bq11kIz4pB-3ObkocEkTTnm-19BXRNyApbC-1nxHOwjmivvD1gcljG-C_yOa2IVlb8Mgd8pXQe38bCgw/s1600/8Lb26Ud-.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: #666666;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="474" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEezyE26URBPPwdTbZsyCgo60llJphom7W6stR-AbwLIs4fOsVRfR_1W1VutP9Bq11kIz4pB-3ObkocEkTTnm-19BXRNyApbC-1nxHOwjmivvD1gcljG-C_yOa2IVlb8Mgd8pXQe38bCgw/s640/8Lb26Ud-.jpg" width="640" /></span></a></div>
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kemarin,
saya pergi ke Kineruku, untuk menghadiri acara bincang buku, yang menghadirkan
Cyntha Hariadi. Pada minggu-minggu sebelumnya, saya telah lebih dulu membaca
Manifesto Flora. Cerita-cerita pendek yang ditulis oleh Cyntha, dan berkenalan
dengan tokoh-tokohnya, dimulai dari Grata, Ny. Liem, Flora, Tuan dan Nyonya di
jalan Abadi, Kliwon, dan banyak sekali tokoh-tokohnya yang lain. Saya tak hanya
berkenalan, saya menyisip di sela-sela kesibukan tokoh-tokoh tadi bercerita,
dan mendengarkan percakapan-percakapan mereka. Yang intens dan
memantul-memantul di kepala saya. Kepala saya seperti kaleng yang berdengung.
Meninggalkan keributan-keributan di sana. Dengan sebuah rasa terganggu—yang lain
di hati saya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Saya
dan juga teman-teman yang lain berada acara bincang buku tersebut, dan
mendengarkan Cyntha berbicara dengan bukunya ditemani oleh Mikael Johani dan
Ariani Darmawan. Betul, Cyntha memang sangat sederhana, ia tidak menonjol,
persis seperti tokoh-tokohnya di cerita pendek. Namun ada kelugasan dalam dirinya.
Saya mendapati seorang perempuan yang menulis karena ia tak bisa mengenyahkan hal-hal
kecil, yang barangkali untuk sebagian orang itu sesuatu yang menjijikan dan
berjarak, tapi bagi Cyntha, itu adalah hal-hal yang sangat manusiawi. Cyntha
tidak berusaha terlalu keras untuk mencari sesuatu di luar dirinya untuk
ditulis. Hal lainnya, Cyntha tidak takut untuk dengan jebakan menulis adalah
untuk menyenangkan orang lain. Mikael Johani pun berpendapat, “Barangkali salah
satu kekuatan Cyntha dalam tulisannya adalah mengungkapkan sesuatu yang
manusiawi.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Cyntha
sendiri mengaku bahwa ia cukup membuat jarak dengan tokoh-tokoh yang ada di
cerita pendeknya. Sehingga ia lebih leluasa untuk menuliskan dengan cuek
kalimat-kalimat seperti ini, “Norman yang remuk di jalan tol tanpa ada sisanya
buat Siska” pada Cerita Dua Perempuan di Satu<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Rumah. Atau kalimat-kalimat lain yang mestinya sedih, tapi berhasil
ditulis Cyntha dengan tidak melebih-lebihkan. Seakan-akan, ya, itu tadi,
kesedihan adalah suatu hal yang manusiawi, ia ada, namun ia akan lewat begitu
saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bagi
saya, cerita pendek Cyntha, merupakan sebuah kabar kejut bagi dunia literasi
Indonesia saat ini. Tema dari cerita-cerita yang ia tulis tidak bombastis, seperti
tema kebanyakan, namun justru disitulah daya tariknya. Setelah habis membaca Manifesto
Flora, saya menulis begini di <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Instagram</i>,
“Saya menemukan kalimat-kalimat getir. Cerita satu ke cerita yang lain, seperti
menyimpan awan hitam berhari-hari di mata, menggantung, beku, dan tak kunjung
luruh. Ketika masuk ke dalam sebuah cerita, beberapa kali saya nyaris
mengembuskan nafas, menunggu, baru melanjutkan lagi. Ada rasa lega yang
aneh—yang muncul ketika selesai membaca sebuah cerita. Namun ia hanya sebuah
kelegaan yang pura-pura. Karena siap-siap, sebentar lagi, cerita lain akan
menghantuimu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lain
halnya ketika saya membaca Ibu Mendulang Anak Berlari, buku puisi Cyntha. Saya
menemukan sebuah ketegangan, kekompleksan, kerapuhan, seseorang sebagai Ibu.
Rasanya lain lagi ketika membacanya. Namun dengn puisi-puisinya, Cyntha sama
sekali tidak berjarak. Ia terasa begitu dekat. Ya, seperti ibumu di rumah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-39764636541760073732018-04-03T14:18:00.000+07:002018-04-03T14:26:05.525+07:00PUAN PUISI: sebuah malam, puisi, dan perempuan<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpWcP_8k55qbxHF-WG5p41RzKUyFPUOQ6JzGcto3KaAmOAMeUJ4pd1rPv42PpCz_yr08YeJhmiguigtSWsDt1uaoFOCebL0V3UJlzyWrHqENIQ5KznKQJYs-s8Fnlb_eESqguojo65_PY7/s1600/IMG_9974-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="1118" data-original-width="1600" height="446" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpWcP_8k55qbxHF-WG5p41RzKUyFPUOQ6JzGcto3KaAmOAMeUJ4pd1rPv42PpCz_yr08YeJhmiguigtSWsDt1uaoFOCebL0V3UJlzyWrHqENIQ5KznKQJYs-s8Fnlb_eESqguojo65_PY7/s640/IMG_9974-01.jpeg" width="640" /></span></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sudah lama saya mendambakan sebuah 'pertunjukan kata' yang penuh keintiman, sederhana, dan biasa saja. Sebuah kegiatan pembacaan puisi yang begitu hari-hari, tak ada pelantang suara, tak ada pelantang bunyi. Hanya manusia, suara, dan kata. Saling mengandalkan satu dengan yang lain tanpa kebisingan yang terlalu. Bahwa kata adalah tuan, dan ia dapat berdiri sendiri tanpa perekat lainnya. Bahwa kata seperti cinta, ia akan menghampiri hati siapa saja yang ia 'pilih'. Pada malam di Puan Puisi, saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, bahwa kata memang tak perlu dikawinkan dengan segala tetek-bengek lainnya. Ia mampu menjadi dirinya sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ide acak yang datang di kepala saya perlu direalisasikan. Maka di hari Sabtu, 31 Maret 2018, acara Puan Puisi terlaksana sudah. Ada energi baru mengendap pelan-pelan di dalam hati saya ketika menyaksikan setiap puisi yang dibawakan. Tak hanya itu perenungan-perenungan kecil pun menyembul di hati saya. Bahwa merayakan perempuan; merayakan tubuhnya, merayakan nafasnya, merayakan pilihan-pilihan hidupnya, merayakan lelaki atau perempuan-nya, merayakan perpisahan, merayakan kesalahan, dan merayakan kemanusiaan, adalah sebuah perjalanan yang panjang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFU3iv43S8hGAQionsXAGVAYXnmSGEgMTKntfnSELCIZ3k4qu88UZRRJlwgfnw5ElNCT-VSNnWCSgFBmrERuAN5OIkizX6rlb9YtHHrLp9bF2jhWeCWQI0xlVNQ8qhIOqJT9V6LwnpwqGo/s1600/IMG_9669-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFU3iv43S8hGAQionsXAGVAYXnmSGEgMTKntfnSELCIZ3k4qu88UZRRJlwgfnw5ElNCT-VSNnWCSgFBmrERuAN5OIkizX6rlb9YtHHrLp9bF2jhWeCWQI0xlVNQ8qhIOqJT9V6LwnpwqGo/s640/IMG_9669-01.jpeg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkfeZ86U6FOL1K912EuNwPgBLKLcpZz6uZhPzvojzI81yJrl-ZDMMBu1KFi02KwYAXUq-4e6kd8lVJHcceg4_eOw5FyIr3rnH_LbeQ3eKCoULXqoA9pus1DLQYeSFI9FXnmmJYi77pxJeW/s1600/IMG_9754-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkfeZ86U6FOL1K912EuNwPgBLKLcpZz6uZhPzvojzI81yJrl-ZDMMBu1KFi02KwYAXUq-4e6kd8lVJHcceg4_eOw5FyIr3rnH_LbeQ3eKCoULXqoA9pus1DLQYeSFI9FXnmmJYi77pxJeW/s640/IMG_9754-01.jpeg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAlBtoyMHeU0gXGRt0_GYoRGV0oXXCjiK-PwiIO9fCxDY3LBx82tv8w5aNMxFwZ4_7EqYmlB9205v9zx3UfjRkp1RovVRCQ2Btr3KT3gRXxrfcu82TOVyvoJB02Gmm-0poHgxbtLZcS2JE/s1600/IMG_9782-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAlBtoyMHeU0gXGRt0_GYoRGV0oXXCjiK-PwiIO9fCxDY3LBx82tv8w5aNMxFwZ4_7EqYmlB9205v9zx3UfjRkp1RovVRCQ2Btr3KT3gRXxrfcu82TOVyvoJB02Gmm-0poHgxbtLZcS2JE/s640/IMG_9782-01.jpeg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4l00xTLr5cDHgSejVthWKBzgT4AXB3GFvqZYBHgNi46Mm62pht08fEbvUZtsuh9f0k9hn2GmTW3T6lSHptEywKWmfQX0C5nSsm2mY4mApesiRDjc-S5h5hg8iaFvbLCLedfjchXqBsP0k/s1600/IMG_9823-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4l00xTLr5cDHgSejVthWKBzgT4AXB3GFvqZYBHgNi46Mm62pht08fEbvUZtsuh9f0k9hn2GmTW3T6lSHptEywKWmfQX0C5nSsm2mY4mApesiRDjc-S5h5hg8iaFvbLCLedfjchXqBsP0k/s640/IMG_9823-01.jpeg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0g9vAeuVrieuQYQZQuV7q42RpYDwPxL-N2kT3ZyWky7OYgGvpriEREoIu6yyB6HfDcTi7EkNk94zsAbq8LdaMkVkfw4p_dzo3-a5cc4dXrEtoapyRUW6LnrLPseZQ_xioBgLG2UvkMOdO/s1600/IMG_9883-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1118" data-original-width="1600" height="446" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0g9vAeuVrieuQYQZQuV7q42RpYDwPxL-N2kT3ZyWky7OYgGvpriEREoIu6yyB6HfDcTi7EkNk94zsAbq8LdaMkVkfw4p_dzo3-a5cc4dXrEtoapyRUW6LnrLPseZQ_xioBgLG2UvkMOdO/s640/IMG_9883-01.jpeg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8j8ZGhZprHokF06T0pZXsy3c6k3oOx8vO9Hz4u7GsKytFrXQAxscRZEiedxf8XPkyMQ2jyRxRq2zdn0nI1qxqSHS9bJD7_miaQ90Y0_6nzE4n0Bp0GCuFu-eKTCB0ocUIEZhHXERnwncd/s1600/IMG_9944-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8j8ZGhZprHokF06T0pZXsy3c6k3oOx8vO9Hz4u7GsKytFrXQAxscRZEiedxf8XPkyMQ2jyRxRq2zdn0nI1qxqSHS9bJD7_miaQ90Y0_6nzE4n0Bp0GCuFu-eKTCB0ocUIEZhHXERnwncd/s640/IMG_9944-01.jpeg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuKWbapmB2kH5ZvcDYNbklYCHLxe3LvVLVVvJnnY50RZKttVd5ozqfPMUHq5zhm-j4ulRVNz7ylqtejUgD3a6cFOEwf7jUE53anaHkrvBTOjAo2SfMbgTUxuw5zhcyOZMSIa83hQi40miY/s1600/IMG_9958-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuKWbapmB2kH5ZvcDYNbklYCHLxe3LvVLVVvJnnY50RZKttVd5ozqfPMUHq5zhm-j4ulRVNz7ylqtejUgD3a6cFOEwf7jUE53anaHkrvBTOjAo2SfMbgTUxuw5zhcyOZMSIa83hQi40miY/s640/IMG_9958-01.jpeg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYKdkANqbnSvLCaTZBTVKRcx8DZhu9w4OdeEUMpZqvRMNssKAIYVwBpG_aZ-7zk213UehNSf9Ey46qI7Fw7lh6nyrmMGTH5pg_3Rlvv7KGFm7mguK2si20IgCNwHZkuPH03ExS2l00ARYJ/s1600/IMG_9969-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYKdkANqbnSvLCaTZBTVKRcx8DZhu9w4OdeEUMpZqvRMNssKAIYVwBpG_aZ-7zk213UehNSf9Ey46qI7Fw7lh6nyrmMGTH5pg_3Rlvv7KGFm7mguK2si20IgCNwHZkuPH03ExS2l00ARYJ/s640/IMG_9969-01.jpeg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8AfrF9NQoiYajZVBl-g8g0dtsHlDkV6mHMbw7ebMLaAyg12S_DOlHr3mpTMrHjYFemAr-NDSGSrc3tol8q8WDEE66KpB0JmmBG2WcGKDg3Df1qXJdycpXycT8jMAaHnuwrJAnh184SeN4/s1600/IMG_9999-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8AfrF9NQoiYajZVBl-g8g0dtsHlDkV6mHMbw7ebMLaAyg12S_DOlHr3mpTMrHjYFemAr-NDSGSrc3tol8q8WDEE66KpB0JmmBG2WcGKDg3Df1qXJdycpXycT8jMAaHnuwrJAnh184SeN4/s640/IMG_9999-01.jpeg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Terima kasih untuk kawan-kawan perempuan yang telah membacakan perenungan-perenungan mereka tentang perempuan: Ayda Khadiva, Lian Kinan Project, Tsany Aulia, Andrita, Karina Sokowati, Gracia Tobing, Wienny Siska, Sekar Jagad, Navida Suryadilaga, Sasqia Ardelianca, yang telah hadir di Puan Puisi dan membawakan sebuah pertunjukan kata dengan begitu sensual dan agung. Meluruhkan sebuah rasa puisi yang baru, tak hanya di telinga, tapi juga di hati. Menggenangkan aroma kehidupan seperti air susu yang mengalir. Terima kasih untuk semua pendukung acara: Mr. Guan Coffee & Books dan Matoa Indonesia, semoga kolaborasi kita dapat terus berlanjut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCs0Sf3uRtgcFif46issXMlMVvjCfqtOqbLG7A_XmmoB91QjPp1gPLffpDl_6ggZUZmSXgY25VviCoUFxgnUs8EyZuSwnC3bhAPDf0iHxJF1v3Tq0Cgfqx06S4SIlrZV1BLwe8Y4ymEoOa/s1600/IMG_9776-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1055" data-original-width="1600" height="420" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCs0Sf3uRtgcFif46issXMlMVvjCfqtOqbLG7A_XmmoB91QjPp1gPLffpDl_6ggZUZmSXgY25VviCoUFxgnUs8EyZuSwnC3bhAPDf0iHxJF1v3Tq0Cgfqx06S4SIlrZV1BLwe8Y4ymEoOa/s640/IMG_9776-01.jpeg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Terima kasih untuk langit Bandung yang begitu jernih, kopi-kopi yang tergeletak di meja, percakapan-percakapan yang memeluk, dan semua kawan yang sudah meluangkan hati dan hadirnya. Hati saya bergelimang syukur, semoga yang rahmani senantiasa melindungi kita semua.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">(semua foto diambil oleh <a href="https://www.instagram.com/whereisge/" target="_blank">Gege Schoemaker</a>)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-71566499796313983412018-03-20T17:51:00.002+07:002018-03-20T17:51:39.743+07:00[Sebuah Cerita Pendek]: Surat Untuk Ibu<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kutujukkan
surat ini kepada ibu. Ia seperti tanda bisul kering di pahaku, meninggalkan
ruam besar yang hitam. Ibu, ingatkah kau, aku pernah bertanya mengapa anak
gemas berkulit madu dan berambut sarang lebah sepertiku hampir selalu bisulan?
Katamu, aku terlalu banyak makan telur dan kecap. Kau lalu menunjukkan bekas
bisul di pahamu, itu bukan karena telur, Nak! namun karena kulit kita sama. Kau
lalu membopongku ke kamar mandi, karena aku merajuk minta pipis. Aku lalu
menujuk pada lubang di kemaluanku, dan bertanya, kenapa ada lubang di sana? Kau
lalu menjawab, itu untuk merasakan asmara, Nak, tapi kau masih terlalu kecil.
Tunggu jika kau sudah besar sedikit. Kau menuntunku ke kamar, di sana kita naik
ke tempat tidur yang sudah kau kebas, memandang ke langit-langit kamar yang
berawan. Kulihat sebuah bulan menggantung dengan nyalang, seperti mata seorang
pejuang, kukatakan, ibu, kenapa bulan tidak tidur? Kau katakan, ia masih
mendongeng kepada anak perempuannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kali
ini kupalingkan muka ke tembok yang terkelupas. Di tembok itu menggantung
sebuah peta dengan pulau-pulau bergaris hijau dan kuning, bagian di sekitar
pulau berwarna biru muda disertai nama-nama pulau yang berwarna merah tua. Aku
bertanya lagi, ibu bolehkah aku berpetualang ke pulau-pulau itu ketika aku
dewasa nanti? Kau menjawab, tentu saja, Nak, kaki dan langkah-langkahmu adalah
punyamu, aku tak punya hak untuk mengatur ke mana mereka harus pergi. Kepalaku
meliuk masuk ke bawah ketiakmu yang hangat dan mencium bau susu, aku menjulurkan
lidahku kepada putingmu dan mulai menghisap. Aku bertanya, ibu kenapa kau tak
lelah berbagi? Kau menjawab, Nak, setiap manusia, perempuan atau lelaki, selama
masih bernafas mesti saling bagi. Kau mengurai rambutmu yang gerimis dan tajam
kena mata. Dan berbisik padaku pelan, Nak, sebelum kau bertanya, aku mau
menceritakan kepadamu tentang perpisahan. Kau tahu, Nak, aku selalu sedih
karena harus meninggalkanmu bersama dua kakakmu sendirian. Pada kapal dan
perjalananku yang berombak, aku selalu menangis diam-diam. Tapi, Nak, jauh
sebelum kau lahir, aku sudah lebih dulu belajar untuk melepaskanmu. Bukan hanya
berpisah dengan tubuhku, melainkan juga berpisah dengan cita-citaku untukmu.
Karena kau punya jalan sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aku
kini sudah punya jalan sendiri, ibu. Terima kasih, karena darimu aku belajar
memahami banyak hal-hal sulit dan mendapat pengertian darinya. Terima kasih,
karena selama kau hidup, kau tak putus asa menghadapi aku, yang begitu keras
kepala. Selamat hari kematian yang keempat, ibu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">*untuk
ibuku. Hari ini, 20 Maret 2018, adalah tahun keempat kematiannya. Dan besok, 21
Maret, adalah hari kelahirannya. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></div>
<br />perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-60774444978408663462018-03-20T13:29:00.001+07:002018-03-20T14:58:17.585+07:00Arti Cukup Bagi Saya<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmBRm6m4b9MlynUAUFphQy81vFgVEesHBrHt8nC2Q6v43RV_C0ld6e461gwIGunNGvnUVxGB2h1z4vs2CgDtZQhF9uc68Id1JyCY9bVptrrcJl6gvxp5ehqC0DaEINFF4W-DFIimvq6vdi/s1600/AIJjIApN.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="576" data-original-width="1024" height="354" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmBRm6m4b9MlynUAUFphQy81vFgVEesHBrHt8nC2Q6v43RV_C0ld6e461gwIGunNGvnUVxGB2h1z4vs2CgDtZQhF9uc68Id1JyCY9bVptrrcJl6gvxp5ehqC0DaEINFF4W-DFIimvq6vdi/s640/AIJjIApN.jpg" width="640" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">foto oleh tim kreatif <a href="https://www.matoa-indonesia.com/kampanye/mengenal-arti-cukup/" target="_blank">matoa indonesia</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">"Hidup itu, ya cukup-cukup saja," bapakku kerap berkata begitu. Bapakku yang sederhana. Ia bahkan belum berniat membeli sepatu untuk mengganti satu-satunya sepatu miliknya. Belakangan kuperhatikan bagian belakang sol sepatunya telah menipis. Ucapan bapak tentang hidup cukup-cukup saja acapkali mengingatkan saya, anak bungsunya, yang semata wayang di tanah rantau. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Beberapa bulan lalu, saya tergerak untuk mengosongkan hampir seluruh dari isi lemari saya, dan membaginya kepada mas Imin dan mbak Imin, asisten ibu kos. Mereka biasanya membantu mengurus rumah dan tamannya yang besar. Beberapa di antara baju-baju yang saya berikan tersebut adalah gaun-gaun yang biasa saya pakai untuk memandu acara. Baju-baju yang hanya saya pakai sekali. Ada juga beberapa baju yang bahkan belum dibuka dari bungkusannya semenjak dibeli. Isi lemari saya hampir ludes. Saya hanya menyisakan pakaian yang benar-benar saya butuhkan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ketika selesai membereskan isi lemari, saya merasa pikiran saya jauh lebih lengang dan hati saya jauh lebih lapang. Tidak ada rasa sesal. Hati saya seperti disergap oleh sebuah rasa tenang yang lain. Sejak saat itu saya hanya memakai baju yang ada sehingga tidak perlu mencari-cari yang tidak ada. Dari situ, saya mengenali sebuah arti baru dari kata 'cukup.' Ia adalah berhenti khawatir.</span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2qSMpAyGqDDEzbKeA04GK8ok6QSQ5F4ray-9SEJn3uTo-ytpWL-a3v1LRUvt_oU6RH_w0zHwq4PbJl8O9vdL4eJVPOyysCViwS0HC-g_47UhsvyM3OCZP-GMCr-dsMF9c1679VfSWcRLE/s1600/arti-cukup-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="729" data-original-width="486" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2qSMpAyGqDDEzbKeA04GK8ok6QSQ5F4ray-9SEJn3uTo-ytpWL-a3v1LRUvt_oU6RH_w0zHwq4PbJl8O9vdL4eJVPOyysCViwS0HC-g_47UhsvyM3OCZP-GMCr-dsMF9c1679VfSWcRLE/s640/arti-cukup-3.jpg" width="426" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>bagi saya, "cukup adalah berhenti khawatir."</i></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sebuah kata lain dari 'cukup' adalah berbagi. Berbagi sering sekali dibayangkan terjadi dalam keadaan di mana seseorang memiliki sesuatu yang lebih. Tetapi, bagi saya, berbagi memiliki arti lebih justru saat kita kurang. Kenapa ketika kurang? Karena pada saat itu kita belajar untuk mengandalkan kebesaran hati kita. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Saya ingat beberapa waktu lalu ketika saya pulang ke rumah saya di Ambon untuk menghabiskan liburan akhir tahun, bapak saya bercerita bahwa ada seorang nenek yang menawarkan batu bata datang ke rumah, persis pada waktu itu bapak sedang membangun satu bagian dari rumah kami. Nenek itu mengatakan begini, ia punya usaha batu bata di rumah dan pada saat ini ia sedang butuh uang untuk dikirim kepada anaknya yang sedang sakit. Nenek itu bertanya kepada bapak saya, bolehkah ia membawa pulang uangnya dulu, di lain waktu ia berjanji untuk membawa batu bata yang telah disepakati. Bapak saya percaya. Ia memberikan sejumlah uang yang diminta oleh si nenek. Namun hingga saat ini, berbulan-bulan kemudian, batu bata yang dijanjikan tidak pernah dibawa datang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bapak menceritakannya di teras rumah kami pada sebuah petang. Ketika itu, matahari menampakkan pendarnya di sela-sela dedaun. Selesai mendengarkan cerita itu, saya melontarkan kekesalan saya. Pertama, saya merasa tidak rela dengan jumlah uang yang telah diberikan bapak, padahal saya tahu betul bahwa bapak sedang membutuhkannya untuk keperluan membangun rumah; dan kedua, saya tidak terima bapak kena tipu. Mendengar itu, bapak hanya tenang saja. Ada senyum kecil di wajahnya yang ikhlas. Ia berkata, "Ketika berbagi dengan orang lain, tidak ada yang pernah hilang dari kita." </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Apakah arti cukup bagimu?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">*silakan submit juga arti cukup bagi kamu di <a href="https://www.matoa-indonesia.com/kampanye/mengenal-arti-cukup/" target="_blank">sini</a>. Dan satu cerita terbaik akan mendapatkan jam tangan dari Matoa. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-76561844083765348422018-03-18T15:58:00.001+07:002018-03-18T15:59:39.731+07:00[Sebuah Cerita Pendek]: Senja dan Sebuah Cara Untuk Bahagia<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">Tidak
berlebihan jika aku menyukai senja. Barangkali ia hanya sebuah cara untukku
sedikit bahagia. Tapi, coba saja kau tanyakan kepada mereka yang lain, pasti
jawabannya sama juga. Jika beruntung dan tidak mendung, aku punya sebuah cara
untuk mengabadikan senja. Yaitu berjalan dengan kaki telanjang ke belakang
rumah, duduk di bawah pohon kalabasa memandang tepian laut yang kemerahan, dan
sesekali membiarkan kakiku terkena riak ombak kecil yang menghampiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Rasanya
asin seperti ciuman lelaki itu di sekujur tubuhku. Bibirnya yang tebal dan basah
selalu memburu segala sesuatu yang dapat ditemukannya pada tubuhku untuk ia
lumat tanpa ampun. Membayangkannya saja membuat perutku mual tiba-tiba.
Seketika aku ingin memuntahkan ciuman-ciuman lelaki itu. Belum lagi jika
jari-jari gempalnya mulai menggerogoti buah-buah di tubuhku, dan
mencengkeramnya erat-erat. Nasibku kaku bagai pohon kalabasa. Hanya dapat
mengatupkan mulutku erat. Menggigiti bibirku hingga berdarah. Aku tak sempat
mengingat senja. Ketika hembusan nafas dan erangan lelaki itu menembusi kulit
dan telingaku. Sungguh, bukan sebuah keindahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selesai
menanggalkan gairahnya yang laknat, ia memasang kembali resleting celananya
yang ketat. Menandatangani berkas yang kuberikan padanya di dalam map-map di atas
meja. Aku tak mau menangis. Wajah ibuku membayang di kepalaku. Ibuku yang renta
dan sakit-sakitan. Selalu sumringah ketika aku membawa pulang beras dan sedikit
lauk pauk untuknya. Belum lagi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tanggung
jawab biaya sekolah, Ali, Rum, dan Kai, ketiga adikku yang masih kecil. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Semenjak
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bapak tidak ada dan ibu mulai
sakit-sakitan, aku mulai bekerja di sebuah kantor kecil di daerah kota. Setelah
diterima dengan hanya berbekal ijazah SMA, aku memaksakan diriku untuk bekerja
sebagai apa saja di kantor itu. Dari mulai membikinkan kopi, mencatat urusan-urusan
perjalanan si Bos, membelikan makan malam untuk karyawan yang lembur, dan
terpaksa menjadi teman tidur. Yang terakhir adalah pekerjaan melelahkan dan
membuatku geram. Karena pekerjaan itu bukan hanya di tempat tidur, melainkan di
mana saja ketika hasratnya terbit. Tanpa dapat kutolak. Karena jika aku berani
buka mulut, aku terancam akan dikeluarkan dari kantor. Si Bos mengatakan begitu
dengan terkekeh, memperlihatkan gigi-giginya yang kuning kecoklatan. Dan itu
artinya raib sudah semua biaya yang kutanggung untuk ibu dan obat-obatnya,
biaya sekolah adik-adik, makan kami sehari-hari, belum lagi biaya rumah
kontrakkan yang masih ada beberapa tahun lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Setiap
kali mengingat itu semua, rasanya aku ingin berlari—jauh. Namun kaki-kakiku
seperti enggan, mereka hanya manut dipakai berjalan sedikit ke belakang rumah, menemui
pohon kalabasa, duduk di bawahnya untuk menikmati senja, yang sementara, dengan
sedikit bahagia. Langit hampir gelap. Sebilah cahaya memecah keheningannya.
Senja kini berubah menjadi senyum perempuan tua yang masygul.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">[Bandung,
18 Maret 2018, pukul 14:27]<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">*kutulis
untuk perempuan-perempuan dengan pelecehan seksual, di mana saja mereka berada,
yang karena berbagai alasan memilih untuk bungkam.<o:p></o:p></span></div>
<br />perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1739562493929386232.post-53479289148747011182018-03-16T13:02:00.001+07:002018-03-16T13:56:17.447+07:00[Sebuah Cerita Pendek]: Bagiku, Tuhan Tidak Ada<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kapan terakhir kali kau berdoa? Aku tak malu mengakuinya, namun sudah lama sekali aku tidak berdoa. Karena bagiku Tuhan tidak ada. Doa yang paling khusyuk--dan paling kuingat seumur hidupku adalah ketika aku kelas 3 SMA. </span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Langit mendung. Ia seperti seorang gadis murung dengan maskara yang luntur di sekitar mata. Dengan kaki-kaki telanjang aku berlari menuju ke rumah Tante Lin. Setapak yang bersentuhan dengan telapak kakiku hangat. Lututku terasa goyah. Namun kupaksakan untuk terus berlari sambil mendengarkan detak jantungku sendiri yang hampir rubuh.</span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bangunan rumah Tante Lin belum sepenuhnya berdiri. Rumah itu masih dikelilingi tembok seperlunya saja, dengan bakal jendela yang bahkan belum kena semen. Di salah satu sudut rumahnya, kulihat beberapa orang sudah berkumpul. Wajah mereka murung. Aku mendekat ke arah kerumunan dan melihat ke arah kota, sebuah hitam besar menyergapku. Itu sudah bukan lagi langit yang mendung, melainkan segerombolan asap hitam besar dari gedung-gedung yang terbakar. Hanya kurang dari satu menit aku melihat pemandangan itu, tiang listrik di komplek kami berbunyi. Pertanda, telah terjadi kerusuhan di kota, semua harap siaga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Aku berlari pulang ke rumah. Kali ini kupacu langkah-langkahku lebih cepat. Di sekelilingku beberapa tetangga yang laki-laki, sudah terlihat sibuk menyiapkan senjata-senjata rakitan, ada yang membawa parang, dan mulai berlari ke arah perbatasan. Nafasku memburu. Kakiku kini telah menginjak pekarangan rumah, gemerisik daun mangga kering berbisik ketika kakiku yang telanjang menginjak mereka. Aku mengambil jalan memutar dan masuk melalui teras samping. Di sana aku melihat ibu di ruang tengah keluarga kami, ia menatap ketika aku masuk. Dengan suara lirih, ia berkata, "Ayahmu, belum pulang, Nak. Sebaiknya kita berdoa untuk keselamatannya."</span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bagiku Tuhan tidak ada, karena jika ia ada, kenapa kerusuhan di kotaku tak kunjung reda. Banyak orang telah mati sia-sia. Kampung-kampung telah hangus terbakar, harta benda, sanak saudara yang tercecer, yang hingga sekarang masih terjebak di belantara hutan entah masih hidup atau sudah menjadi bangkai. Aku membuka pintu kamar mandi dan masih mengutuk Tuhan dalam hati. Aku duduk di WC jongkok, mengangkang, dan tidak buka celana, memperhatikan dinding di depanku dengan cat tembok yang mulai terkelupas. Kukeluarkan rokok dari dalam saku celana, sebatang yang kubeli pagi tadi di warung, membakarnya, dan memejamkan mata.</span><br />
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Aku ingat ayahku, sudah tiga hari ini ia terjebak di kantornya dan belum bisa keluar sebab jalan besar di sekitar kantornya rawan sekali dengan penembak-penembak jitu yang bersembunyi di bekas gedung-gedung tinggi. Semalam ketika ibu bicara dengan ayah di telepon, ayah mengatakan bahwa ia masih harus menunggu tentara kostrad menjemputnya dengan pengamanan yang ketat. Jantungku mencelos ketika mendengar bunyi bom dijatuhkan, kemudian diikuti dengan suara tembakan beruntun. Ada rasa takut menjalar. Sekujur tubuhku kini gemetar membayangkan segala yang kelam di kepalaku, tentang ayah yang terjebak dan tak bisa pulang. Kalimat-kalimat itu pun mengalir pelan, "Bapa kami yang di sorga, dikuduskan-lah namaMu..." </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">-</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #666666; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">[Bandung, 16 Maret 2018, pukul 3:17]</span></div>
perempuansorehttp://www.blogger.com/profile/11012932758928467901noreply@blogger.com0