menulis tanpa lagu itu aku. kata-kata seakan sembunyi, mungkin ia takut bersaing dengan lirik, atau takut bersaing dengan irama. tapi aku terlalu percaya, kalau kata-kata yang sebenarnya sedang memainkan musik mereka sendiri.
kau kebalikannya, kau tidak menulis, kau tidak pakai lagu. kau tidak punya pakem tertentu. kau hanyalah kau, yang bersahaja, dengan senyum yang bersahabat. kata-kata yang keluar dari mulutmu menyanyikan sesuatu.
di hati.
sungguh, mereka tidak kelihatan. aku mengatakannya bukit kesedihan. seperti sedang menyusun tangga menuju entah. seperti sedang mengajarkanku belajar mendaki, ketika aku hampir menyerah.
mungkin, balok-balok sepi yang dulu pernah kita mainkan di sepanjang jalan itu perlu disusun ulang. perlu diberi penanda. perlu diberi patok yang mana bagian kita yang mana bukan.
di sini.
kata-kataku sedang sembunyi. mereka itu seperti takut mati. mereka seperti sedang diburu oleh huruf dan abjad asing, yang hendak mendirikan satu barikade abjad baru. menuliskan tentang apa, entahlah.
di sana.
kata-katamu merajalela. mereka seperti memakan habis setiap kesedihan. melalap habis setiap kegelisahan. kata-katamu seperti rayap, tapi tidak membuat keropos.
kata itu nada, mereka tidak buta.
No comments:
Post a Comment