Sudah lama aku terbaring di sini. Sendiri. Tempat tidur yang cukup empuk, untuk sekedar meluruskan badan. Aku sudah susah bergerak karena banyak laba-laba iseng di sekitar rumahku. Dan aku juga harus terbiasa dengan aroma tubuh penghuni lainnya, yang kadang tidak kusukai.
Kadang aku menyaksikan debu-debu yang menempel di karpet, atau laba-laba yang suka iseng membangun rumahnya di tubuhku. Kalau ada waktu senggang, aku suka mengobrol dengan semut-semut tua yang berjalan membawa remah-remah, pulang ke tempat yang mereka sebut rumah.
“Kau sudah pernah kemana saja?”
“Banyak. Terlalu banyak, dari yang paling mewah sampai yang paling sederhana.”
“Bersamanya? ” tanya temanku lagi.
“Tentu saja kita berdua. Kita pasangan yang sangat setia, sampai...” Aku mengusap air mataku perlahan. Temanku mengerti perasaanku, ia sedikit membungkuk untuk memeluk tubuhku yang sudah mulai renta.
Kemudian kita kembali terlelap dalam gelap.
Bulan redup. Sinarnya menghilang entah kemana. Aku ingat saat-saat terakhirku bersamanya, di luar hujan deras, kondisinya pada saat itu memang sudah sangat lemah. Ia memang sudah merasa bahwa mungkin waktunya tidak akan lama lagi. Tapi kita berdua, memang dalam keadaan terpaksa. Kita harus menurut.
Kondisi jalan tidak memadai, banyak tanjakan dan bolong di sana-sini. Tetapi karena dipaksakan, aku mau bilang apa. Aku melirik ke arahnya, napasnya mulai terengah-engah, dari sorot matanya, ia sudah tidak kuat lagi.
Bertahanlah, sebentar lagi kita sampai. Aku berbisik pelan di kupingnya, tapi ia tampak sudah tidak dapat mendengar aku lagi. Kini, napasnya mulai satu-satu. Ia mulai mencari tanganku, dan menyuruhku memeluknya. Aku tidak hanya memeluk, aku mengecup bibirnya perlahan.
Aku ti-tidak kuat lagi. Itu kalimat terakhirnya.
“Ah sial, hak gue pake acara patah lagi nih. Kalian duluan aja deh, gue cari sendal jepit dulu nih.”
Kalimat itu tampak samar-samar di kupingku, mataku mulai basah. Kekasihku mati persis di sampingku.
aku suka!!!!!!!!
ReplyDeletehahahah...k'theo!!!!!!! love it.
ReplyDeletebisa aja deh..
k'theo kaya Tuhan Yesus..bisa membuat yang mati menjadi hidup.=D
“Tentu saja kita berdua. Kita pasangan yang sangat setia, sampai...”
kalimat ini udah bikin aku ngeh...tokohnya...
k'thoe kaya penjual kue aja...pinter mengemas...
Deep condolence ...
ReplyDelete