Suatu ketika ada sebuah pertanyaan oleh seorang teman. Ia berkata: adakah penyair-penyair muda asal Maluku? Saya terdiam. Ada, jawab saya di dalam hati. Sayang sekali mereka tidak kelihatan. Mungkin saatnya untuk memunculkan mereka walau itu hanya di blog saya.
Saya: kenapa senang puisi?
Tero: suka saja, sulit untuk
benar-benar menjelaskan kenapa suka sesuatu. Banyak hal yang bisa menjadi
musabab, mungkin tidak sama sekali sebagai sebab. Tetapi kalau disuruh
beralas-alasan, sebagian mungkin karena ada kesenangan tersendiri bermain
dengan kata-kata. Dan lebih pokok lagi, mungkin karena menemukan cara untuk
menyembunyikan isi kepala dan hati lewat bahasa yang samar.
Saya: “menyembunyikan isi kepala
dan hati” <-- merujuk pada kalimat ini, rasanya tidak ada yang perlu “disembunyikan”
justru kadang puisi bisa buka hati kita dengan jelas. Menurut kamu?
Tero: tergantung yang bikin
puisi. Kalau mau samar bisa jadi samar, kalau mau langsung ya bisa langsung,
tapi bahkan yang telanjang pun akan bisa jadi sangat samar. Seperti puisi-puisi
manjaling tampias. Saya percaya yang
benar-benar tahu makna sebuah puisi hanya yang membuat. Orang lain hanya
menebak. Bahkan kalimat yang terucap pasti lewat mulut saja sering bercabang.
Saya: apa maksudnya “kalimat
yang terucap lewat mulut saja bisa bercabang”?
Tero: kelas ringannya mungkin
kalimat-kalimat bersayap. Kalimat seperti kutemui kau malam nanti, instead of
nanti malam kau kutemui. Rasanya kalimat kedua jauh lebih pasti.
Saya: oke, sekarang kita masuk
proses kreatifnya. Bisa cerita biasa tulis puisi dimana? Ada ritual khususkah? Dan
bisa bagi puisi sepotong yang tercecer di hape atau notes kah?
Tero: tidak ada tempat khusus.
Tapi pantai dan gunung jelas membantu. Saya kebetulan selalu membawa satu buah
buku yang belum habis dibaca kemana-mana dan pena. Karena selalu bawa ransel.
Tetapi kalau ada ide, biasanya dicatat di notes hape atau dibikin jadi draft sms.
mari
kuseberangkan engkau ke hari baru
biar
hidupmu menetap di pucuk
biar
matari menghangati mimpimu tiap kali ufuk menyala
(ini adalah bagian favorit saya
dari sepenggal puisi yang Tero kirim. Bagian ini rasanya hangat. Dan jika saya
bisa mewarnainya. Warnanya adalah biru langit.)
Saya: boleh tahu referensi
kamu apa?
Tero: jaman masih SD, ada
semacam buku wajib yang dibaca dari kelas 4-6 yaitu AA. Navis, NH Dini, dan
Hamka. Dan saya baru tahu kalau di jaman itu Achdiat K Mihardja sebenarnya
tidak boleh dibaca, tapi ketika SD itu saya masih ingat bahwa, kita harus membuat
resensinya. Tapi semua buku-buku itu lupa. Pas SMA justru jatuh cinta dengan
Emha, Markesot lalu catatan pinggir, Goenawan Mohammad, yang juga mempengaruhi
gaya-gaya menulis sampai awal-awal kuliah. Lalu ketika kuliah di Jatinagor,
kenal Pram, Camus, sedikit Satre dan Marguez. Dan justru yang dibaca sampai
selesai (berkat pacar saya) adalah supernova, Dee. Tapi kalau buku yang kena
banget itu ya Pram yang Bumi Manusia, dan Paulo Coelho yang Alcemis. Mainstream
sekali sebenarnya.
Saya: menurut kamu seberapa
jauh pengaruh “membuat resensi” dalam menulis?
Tero: berpengaruh banyak.
Membuat kita memaksa diri untuk mengerti tentang isi bukunya. Juga bikin berani
berpendapat tentang buku yang sedang kita baca. Dan yang paling saya ingat
adalah resensi itu bagus untuk mendamaikan saya dengan Ibu Mainake. (Tero
dulunya aktif naik gunung semasa SMA. Dan itu yang membuat ia terlambat masuk
pelajaran bahasa. Ibu Mainake adalah gurunya.)
Saya: lalu menurut kamu,
bagaimana dengan minat baca anak-anak Maluku sendiri?
Tero: agak kurang. Kurikulum
di sekolah tidak kondusif. Dan televise bikin anak-anak jadi lebih visual. Beda
dengan jaman saya. Saya kasih lucky luke dan asterix untuk keponakan saya, tapi
sampai sekarang belum dibaca-baca. Dan satu lagi perpustakaan tidak kondusif.
Tidak membantu minat baca anak-anak Maluku dengan baik.
Ini hanya sedikit percakapan
saya dengan Tero. Ia bukan penyair. Ia hanya anak muda yang senang menulis.
Beberapa dari buah pikirannya adalah puisi. Tidak ada salahnya kita kenal
sedikit dari pemikirannya.
Tero Borut bernama lengkap
Muhammad Burhanudin Borut. Sekarang aktif membantu kampanye damai di
@ambonbergerak, juga aktif menjadi provokator damai dengan teman-teman
komunitas kreatif di Ambon. Dan saat ini sedang menuntut ilmu di Australian
National University. Tero bisa ditemui di twitternya @Tero2_Boshu. Atau blognya
di: http://terometamorfolio.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment