gambar diambil oleh saya. pemandangan dari belakang the natsepa resort.
Perjalanan selalu mengisahkan
banyak. Dan sebagai seorang perantau, perjalanan pulang ke tampa putus pusar adalah sebuah hak istimewa. Tempat putus pusar,
dengan kata lain adalah tempat dimana kita akan selalu memiliki hubungan
emosional yang tidak bisa dipungkiri.
Maluku adalah tampa putus pusar beta. Dan akhir tahun
selalu menjadi sebuah perjumpaan yang sakral dengannya. Kembali pulang bukan
karena keharusan. Tetapi pulang karena tanah yang memanggil. Ada keluarga yang
menunggu.
Perjalanan kali ini, membuat
saya melihat banyak. Membuka mata hati saya, membuka telinga saya lebar-lebar,
bahwa ada tanggung jawab ketika “tanah panggil pulang” ia seperti mengajak
untuk berkolaborasi dengannya. Melakukan sesuatu.
Saya banyak mengobrol. Saya
banyak menggali informasi tentang Maluku, dan saya masih melihat semangat itu
ada. Saya masih merasakan kegairahan yang membara dari mata anak-anak muda.
Bahwa tanah ini tidak mati. Tanah ini sedang menggali, menggali kembali akar,
untuk menancapkan kuku semangat juang dalam-dalam.
Ketika diundang untuk membaca
puisi pada #TrotoArt9 sebuah acara Kota Musik Pinggir Jalan, ketika semua
seniman, kawula muda turun ke jalan untuk memamerkan karya mereka. Saya sendiri
terkagum-kagum dengan semangat militan yang teman-teman miliki.
Bahwa setiap orang berjuang di
dalam keterbatasan. Dan itu yang membuat mereka kuat.
Everything that kills me makes me feel alive. Itu adalah ungkapan sebuah lirik lagu. Belum hidup jika belum merasa mati. Dan saat ini yang saya rasakan adalah: setiap anak-anak muda di kota ini sedang tumbuh. Mereka seperti tunas-tunas muda yang sedang menancapkan akar-akarnya di tanah.
Everything that kills me makes me feel alive. Itu adalah ungkapan sebuah lirik lagu. Belum hidup jika belum merasa mati. Dan saat ini yang saya rasakan adalah: setiap anak-anak muda di kota ini sedang tumbuh. Mereka seperti tunas-tunas muda yang sedang menancapkan akar-akarnya di tanah.
Perjalanan pulang kali ini, membuat saya merenung kembali bahwa: sudahkah saya berjuang untuk tanah Maluku, tampa putus pusar saya?
salam kenal y,,aku lagi belajar nulis,,blog kamu sangat menarik , aku suka artikel yang ini...dengan menyelipkan sedikit bahasa daerah malah mjdkannya makin menarik..ini menurutku..^_^
ReplyDelete