Ketika di Ambon, saya tidak
punya waktu yang banyak untuk langsung “bercerita” dengan Berry. Akhirnya
setelah di Bandung. Saya melakukannya. Walaupun hanya lewat email. Seperti komitmen saya, blog ini
kedepannya akan mendedikasikan “isi-nya” kepada segala sesuatu yang berbau lokal.
Tentang Maluku. Tentang anak-anak Maluku. Tentang kegiatan-kegiatannya. Terlalu
berat. Tapi saya mau mencoba dari yang kecil-kecil.
Semoga bacarita dengan Berry,
bisa singgah di hati. Ini doa saya kepada pembaca.
Saya: kapan mulai menulis
puisi?
Berry: menulis puisi, pertama
kalinya ya Pas sekolah dulu, pelajaran Bahasa Indonesia. Hehehe. Mulai senang
dan suka menulis sejak 2010, selepas acara Tribute
to Bing Leiwakabessy meski tidak sering.
Saya: pernah tembak cewek pakai
puisi?
Berry: tembak cewek pakai puisi belum pernah ( semoga bisa seperti Pablo Neruda :D )
(Amin. Sudah jarang ternyata
cowok-cowok melakukannya. Padahal bagi perempuan-perempuan tertentu, ditembak
pakai puisi, bisa bikin bergetar :D )
Saya: ada buku favorit yang
mempengaruhi selama menulis puisi?
Berry: kalau buku favorit tidak
ada, tetapi ada beberapa yang mempengaruhi,
isinya tentang tips menulis, lupa judul tapi membantu dan ngaruh. Hehehe.
Saya: ada puisi favorit dari
penulis tertentu dan kenapa suka sama karyanya?
Berry: suka Bird Opinion dari
Nietszche. Semacam gambaran puisi lahir dari hasil perenungan. Tapi favorit
sekali itu milik Weslly Johanes, “Barangkali cinta memang harus buta” selalu
enak untuk dicoba menafsir berlawanan.
(baca bagian ini, jadi ingin segera
mungkin coba bacarita dengan Weslly Johanes. Sayangnya saat ini Weslly sedang
vikaris di daerah Tanimbar Selatan. Tapi siapa tahu saya bisa menulis surat
untuknya.)
Saya: bagaimana menurut kamu
tentang minat baca anak anak muda Maluku?
Berry: minat baca anak muda
Maluku masih kurang. Entah kenapa, kurang diracuni mungkin.
Saya: boleh cerita sedikit
tentang #MalamPuisi? apa yang bikin acara ini menarik untuk dikunjungi?
Berry: sastra (dalam hal ini
puisi) di Ambon hari ini sementara dalam perjuangan membangun segmennya
sendiri. #MalamPuisi menjadi salah satu kegiatan yang berupaya membawa puisi
untuk mendapat tempat selain genre-genre seni lain. Selain itu malam puisi juga
mempertemukan anak-anak kreatif dan suka puisi entah penyair, penyair pemula, bukan
penyair pemula bahkan yang bukan penyair. #MalamPuisi layak dikunjungi,
karena selain sebagai alternatif menikmati bentuk-bentuk seni, suasananya yang
cair membuat kita lebih bisa menikmati
meski bukan seorang yang paham seni sastra, puisi-puisinya variatif, ruang jumpa “tanpa tembok”, tongkrongan. Banyak
hal menarik di sana.
Bagian #MalamPuisi, saya setuju
dengan Berry. Dan sangat mendukung adanya kegiatan ini. Saya diundang ke sana
untuk membaca puisi. Terus terang saya sendiri belajar banyak. Rasanya ingin
bilang bahwa: sebuah sentuhan “seni baru” di Ambon, Maluku sedang lahir. Bahwa
anak-anak muda di sana tidak pakai embel-embel kata “kreatif” untuk membuat
sebuah acara kreatif.
Bahwa anak-anak muda Ambon,
Maluku, tidak perlu mencari galeri terkemuka untuk “memamerkan” karya mereka
supaya dianggap “keren.” Tapi karya mereka tidak dibuat-buat. Karya mereka
turun ke jalan. Berinteraksi langsung dengan masyarakat. Dapat dinikmati oleh
semua kalangan.
Ya, semangat ini yang saya
pelajari ketika terlibat dengan kegiatan-kegiatan mereka beberapa hari kemarin.
Revelino Bervion Nepa. Lahir 13
September, penyair yang aktif bersama Bengkel Sastra Maluku, tergabung dalam
Kelompok Seni Manis Pait. Berry juga aktif sebagai rapper di Molukka Hiphop
Community (MHC) dan juga aktivis tenaga kependidikan. Silakan temui Berry di twitternya @revelinoberry .
nggak sabar ikut sundaymeeting besok sama kaka Theo, asyiik pasti seru :)
ReplyDelete