Jadi yang menjadi pertanyaan
setelah menulis posting terakhir adalah ‘what’s your calling The?’ apa yang
menjadi panggilan saya. Apa yang membuat saya jatuh cinta ketika sedang
mengerjakan sesuatu.
Akhir-akhir ini saya sedang
bersemangat dengan sebuah pekerjaan baru yaitu: mengajar. Mengajar lalu membuat saya seperti jatuh cinta.
Sejak dulu saya memang telah terpesona dengan guru Bahasa Indonesia saya ketika di SMA dulu (saya pernah menulis tentang ini sebelumnya) dan sejak saat itu saya bercita-cita menjadi dia. Tidak hanya pintar berkomunikasi di depan kelas. Guru saya adalah sosok yang sangat cantik. Fashionable. Dengan rok selutut. Blouse longgar. Lipstik merah.
Saat ini saya punya kelas public speaking. Kelas mungil saja. Tidak terlalu besar. Angkatan 1 saya mengajar 7 orang diantaranya mahasiswi, antropolog, dan dosen komunikasi. Dan angkatan ke 2 yang saat ini sedang berjalan, murid saya kebanyakan mahasiswi dan ibu rumah tangga.
Sejak dulu saya memang telah terpesona dengan guru Bahasa Indonesia saya ketika di SMA dulu (saya pernah menulis tentang ini sebelumnya) dan sejak saat itu saya bercita-cita menjadi dia. Tidak hanya pintar berkomunikasi di depan kelas. Guru saya adalah sosok yang sangat cantik. Fashionable. Dengan rok selutut. Blouse longgar. Lipstik merah.
Saat ini saya punya kelas public speaking. Kelas mungil saja. Tidak terlalu besar. Angkatan 1 saya mengajar 7 orang diantaranya mahasiswi, antropolog, dan dosen komunikasi. Dan angkatan ke 2 yang saat ini sedang berjalan, murid saya kebanyakan mahasiswi dan ibu rumah tangga.
Public speaking adalah dunia
saya. Hampir enam tahun kebelakang saya menekuninya. Sehingga pada akhirnya ada
sebuah kebahagiaan ketika membaginya dengan orang lain. Mengajar adalah salah
satu media untuk berbagi. Ketika berbagi akan membuat hidup saya lebih
seimbang. Inilah prinsip “terima kasih” berlaku. Setelah “terima” hendaknya
kita “kasih” lagi kepada orang lain apa yang telah kita terima.
Suatu hari nanti saya
bercita-cita ingin punya kelas public speaking sendiri. Saya akan melatih
banyak orang supaya lebih berani berbicara di depan publik. Dan saya akan
membuat orang-orang tersebut merasa nyaman dengan dirinya ketika sedang ada di
depan publik.
Setelah saya pikir-pikir. Tidak hanya mengajar. Media
dan art adalah passion saya. Saya seperti terlahir untuk melakukan keduanya. Saya
ingin mengawinkan keduanya menjadi sebuah kehidupan.
“What’s your calling?”
Mengerti panggilan kita.
Menjalani dan melakukannya. Terkadang tidak mebuat saya dan kamu menjadi kaya
secara material. Tapi seharusnya kita bangga karena kita berhasil memenuhi
tujuan kita semasa dilahirkan.
Penting untuk cantik dan
fashionable. Tetapi lebih penting lagi untuk punya pemikiran-pemikiran yang
dalam akan sesuatu. Penting untuk menjadi terkenal. Tetapi lebih penting lagi
untuk terkenal karena melakukan panggilan kita.
“I don't understand how a woman
can leave the house without fixing herself up a little - if only out of
politeness. And then, you never know, maybe that's the day she has a date with
destiny. And it's best to be as pretty as possible for destiny.” – Coco Chanel
No comments:
Post a Comment