Hai.
Oke. Kamu pria B. Saya ingat
jelas wajahmu. Kamu hanya selang waktu ketika saya lebih tepatnya hati saya
selesai dengan A. Saya ingat jelas-ketika kita jalan-jalan di sekitar kota
(saya tidak usah menyebutkan namanya) supaya kesannya lebih misterius. Ada
perkenalan singkat. Lalu setelah itu ada obrolan-obrolan panjang kita yang
dilanjutkan kembali.
Saya ingat waktu itu friendster
sedang happening dan saya menemukan kamu di sana. Sedangkan kamu dan saya sudah
tidak ada lagi di kota yang sama. Terakhir kali saya tahu kabar kamu, katanya
kamu sekeluarga sudah fix pindah ke kota itu.
Kemudian hubungan kita pun
berlanjut kepada telepon-telepon panjang dengan beberapa pesan yang panjang
juga. Yang ternyata saya masih menyimpannya. Dan ketika saya membuka lagi
pesan-pesan itu. Saya suka geli sendiri. Karena ... Duh, saya pernah begitu apa
ya? saya tidak berani bilang bahwa saya jatuh cinta sama kamu.
Karena hanya terlalu cepat
saja. Hanya saja kamu memang seorang pria yang baik. Waktu itu kita pernah
bercerita soal jazz, musik, visi, komunitas dan kamu adalah teman ngobrol yang
menyenangkan. Kita nyambung. Dan bahkan kalau diingat-ingat saya punya
panggilan sayang untukmu.
Berbeda dengan A. Kali ini kamu
ada di notes-notes facebook saya (waktu itu facebook sudah mulai ada), lalu
saya mulai rajin menulis puisi-puisi pendek untukmu.
Ih, saya norak.
Tapi terimakasih mengenalmu.
Sampai akhirnya kamu pernah mengunjungi saya. Paling tidak ketika itu, saya
cukup deg-degan untuk berpikir akan pakai baju apa. Lalu pilihan saya jatuh kepada
dress ungu. Ya, saya ingat pertemuan kita. Dan kini ketika saya baca lagi, saya
masih menemukan ini :
“..i
appreciate your writing i think you'll be a great author. truly sorry if i
offend you in some ways. it has been a blessing to get to know an amazing women
of God such as you. keep your foot on His track.”
Saya anggap itu support yang
baik.
No comments:
Post a Comment