Jatuh
cinta tanpa getaran itu seperti?
Tak ada jawaban yang keluar
dari mulut kamu.
Kamu diam saja ditanya begitu. Malah kali ini kamu memandang keluar jendela—jauh ke arah gerimis tipis yang belum habis. Saya persis di sampingmu. Setelan andalan saya, sweter kamu, walaupun kebesaran di badan kurus saya. Tapi saya suka.
Saya masih tidak mengerti jalan
pikiranmu. Karena menjalani segala sesuatu tanpa “getaran” itu sulit. Saya akan
menjadi orang yang paling penakut. Saya tidak bisa maksimal—mencintai apapun
yang saya lakukan tanpa ada getaran.
Mencintai kamu—lalu akan
menjadi penakut. Jelas saya tidak mau.
Karena ketika saya mencari getaran itu. Ia sembunyi. Saya
tidak menemukannya. Bukankah itu bisa menjadi sebuah alasan kelak untuk sebuah
perpisahan.
Tentu saja saya tidak menginginkannya.
Kamu masih diam.
Saya lalu memelukmu dari belakang. Kamu memalingkan wajahmu dan kini kita saling melihat—saya menatap matamu yang dalam. Mencari getaran itu di sana. Siapa tahu selama ini kamu menyembunyikan getaran itu di sana.
Saya lalu memelukmu dari belakang. Kamu memalingkan wajahmu dan kini kita saling melihat—saya menatap matamu yang dalam. Mencari getaran itu di sana. Siapa tahu selama ini kamu menyembunyikan getaran itu di sana.
....
Belum ketemu.
Atau lebih tepatnya—tidak ketemu.
Dago
349. 30 Sept 2011. 00:55—ketika yang tersisa hanya susu coklat.
cinta tidak bisa dicerna dan getarannya itu bisa berubah seiring masa...
ReplyDeletegetaran itu aku menyebutnya debar.! mencintai seseorang dengan debar itu adalah sesuatu banget deh. :)
ReplyDeletekunjungan perdana.,
salam kenal. :)
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete:'(
ReplyDelete