Sunday, December 19, 2010

memanggilmu, Ilalang.

weheartit


Lalu, begini. Kini saya ada di belakang netbook ini dan menulis tentangmu. Saya harap kau tidak merasa keberatan dengan nama barumu dan semoga kau suka.

Ada cangkir berisi teh rasa lemon di depan saya dengan gula yang tidak saya aduk. Kenapa tidak diaduk? Saya malas mengaduknya? Biarkan ia larut sendiri. Sama seperti cinta, kadang kau harus biarkan cinta itu larut.

Lalu saat ini saya sudah larut ke dalam matamu yang hitam dan bibirmu yang tertawa. Saya begitu terbius dengan kata-kata dalam tulisan-tulisanmu, yang begitu indah. Apalagi ketika kau menggambarkan-- ah sudahlah.

Kau tahu saya suka hujan, lalu saya begitu tergila-gila denganmu-- Kau begitu memesona saya. Kau buat saya jatuh cinta lagi terhadap kehidupan, rasa ini membuat saya begitu sembuh --sembuh total.

Untuk menjalani kembali hari-hari saya. Entah kenapa saya merasa begitu tolol, saya tidak bisa memilikimu. Kau punya dia, kau mencintainya. Semoga ini tidak berlebihan.

Tapi tidak apa, saya mau mencinta. Dan kau tetaplah di sana, tetaplah dengan keberadaanmu, tetaplah seperti sedia kala, seperti sebelum saya menemukanmu di balik rumput hijau.

Lalu, saya memanggilmu ilalang. Kalau kau tanya? Kenapa saya memanggilmu ilalang. Karena kau tumbuh liar diantara rumput hijau.

Kau datang dengan liar lalu memesona. Begitu saja.

1 comment:

Featured Post

Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai

Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...