Molukka
Hip Hop terbentuk kapan? (bisa ceritakan sekalian anggota personil awalnya juga
yak)
Morika: Molukka Hip Hop Community
(MHC) terbentuk pada tanggal 1 Juli 2008 di Rumatiga. Pada saat terbentuk,
diawalmya MHC hanya terdiri dari 2 grup (Ghetto Flow dengan formasi Arles Tita,
Althien John Pesurnay dan Morika Tetelepta. Grup ini jemudian bubar pada
pertengahan tahun 2009. Selanjutnya grup kedua adalah RTD yang merupakan
singkatan dari Rap Till Die. Grup ini beranggotakan Revelino Bery Nepa atau
2slow, Johanis Salakory atau Killa MC dan Dave Latuny atau 12 Saint), selain
itu juga tergabung beberapa rapper yang tidak termasuk dalam grup seperti Flip
Nixon Pormes, Henry Tetelepta, Franz Nendissa, serta Billy Saimima sebagai DJ
dan engineer.
Berry: Tahun 2008. MHC
terbentuk dari beberapa grup dan rapper-rapper solo yang tidak bergabung dalam
grup. Ghetto FLow/Sageru terdiri dari Morika, Althien dan Arles), RTD (Revelino
Berry, Killa dan Dave Latuny , Franz
Nendisa , Henry Tetelepta , Nixon Flip Pormes serta Billy Saimima (DJ).
Hayaka: MHC terbentuk tgl 1
juli 2008. Di Almoryn house, Ruma Tiga, Ambon. Beberapa orang yang bersama-sama
membentuk MHC, Diantaranya adalah too slow, Althien John, N'morita dan saya
sendiri (Hayaka).
Apa
yang bikin kalian tertarik dalam Molukka Hip Hop?
Althien: Karena molukka hiphop
itu, musik dan kultur. Makanya tertarik.
Mark: Sedari lahirnya, MHC boleh
dikatakan sebagai penghasil tembang hiphop rajin di kota ambon pada era dimana
hiphop tak seramai sekarang ini (era di bawah 2010), dimana karya-karyanya
diproduksi dengan equipment terbatas. Disnilah ketertarikan itu dimulai, kata
“berkarya” pantas menjadi alasan utama, karena hiphop yang belum begitu
familiar masih perlu diperkenalkan dengan positif. MHC sebagai grup lokal
mewakili semangat kami sekalian untuk bermusik dengan cara kami.
Morika: Yang membuat beta
tertarik dengan MHC yang pertama adalah musik. Sebab ia adalah salah satu
elemen yang membuat kita tetap bersama sampai hari ini. Selanjtnya adalah
kekeluargaan. Di dalam MHC kita tak lagi merasa sebagai anggota komunitas namun
sudah merasa sesama kita sebagai saudara sekandung. Hal yang berikut adalah
kecintaan terhadap tanah Maluku. Dalam komunitas, cita-cita kami hanya satu
yaitu membesarkan Maluku kepada dunia lewat musik rap. Tiga alasan itulah yang
bikin beta sangat suka berada dalam komunitas ini.
Berry: Pikiran tajam untuk
perubahan, Maluku.
Hayaka: Kami tertarik untuk
membentuk MHC, karena sepengetahuan kami saat itu hanya ada beberapa grup rap
atau hiphop di Ambon, namun belum ada komunitasnya. Oleh itu kami sepakat untuk
membentuk MHC. Selain itu kami juga memiliki visi dan misi yang sama, yaitu
agar hip-hop atau Rap dapat diterima oleh masyarakat, serta kami juga ingin
mengajak anak muda Maluku agar bukan hanya menjadi penikmat, namun juga pelaku
hip-hop/Rap. Karena kesamaan itu akhirnya kami menemukan ikatan seperti
keluarga. Jadi MHC bukan hanya komunitas, tapi keluarga.
Kalau
ngomongin soal roots, kalian paling terinspirasi dari siapa?
Mark: Inspirasi berkarya muncul
dari pendahulu seperti Wu-tang, Method Man, Krs one, Jay-z sampai Kanye West.
Morika: Selain sebagai penyanyi
rap, beta juga suka menulis. Terlebih puisi. Oleh sebab itu beta sangat suka
penyanyi-penyanyi yang memiliki konstruksi lirik yang bagus, dewasa serta
banyak makna dan pesan. Beberapa di antara mereka yang menginspirasi beta
adalah Gil Scott-Heron, John Lenon, Marvin Gaye, KRS ONE, Immortal Techique,
Jim Morisson, Harry Roesli, Iwan Fals, Bob Marley dan Woody Guthrie.
Berry: Kalo roots yang saya
tahu sih ada afrika bambataa, the soulsonic force, blackspades, Africa Inayan,
tapi yang jadi inspirasi malah Bob Marley, karena esensi perjuangan dan
perlawanan terhadap kondisi sosial yang sama-sama dibawa lewat lirik. untuk
saat ini barangkali Immortal technique-lah yang paling mempengaruhi.
Hayaka: Berbicara tentang
roots, kami sama-sama tahu bahwa hip-hop itu pertama kali berkembang pada awal
tahun 1970-an di kawasan Bronx, New York. Saya pertama kali mendengar lagu rap
yaitu lagu-lagunya Emcee Hammer dan Two Live Crew. Namun, awal pertama saya
terinspirasi untuk menjadi pelaku rap adalah Snoop Dogg dan T-Bone.
Musik
Ambon sendiri kalo menurut kalian gimana? terus punya peyanyi Ambon favorit
gak? siapa dan kenapa?
Althien: Musik ambon? Asik-asik
saja. Tapi sekarang hilang bentuk dan hilang sifat. Gak tahu Ambon tuh yang
kayak gimana lagi. Mungkin terlalu menglobal segala jenis musik, jadinya campur
sari.
Mark: Secara umum Ambon
sebenarnya sudah bertahun-tahun didominasi lagu pop yang itu-itu saja dengan
tema cinta yang itu-itu saja kadang sampai terasa over jika dicerna otak. (bagi
saya pribadi ini kejatuhan dari era musik ambon dibawah tahun 90an, yang sesungguhnya
dikemas dengan rapi dan terdengar sangat santai bersahaja dan sederhana, namun
justru berkelas) Dan itulah yang menjadi konsumsi publik sehingga level
pendengar bisa dibilang tidak bisa naik ke tipe musik berkualitas dengan
tingkat bermusik yang lebih tinggi, hal ini tentunya sungguh disayangkan.
Padahal ambon memiliki pemusik yang handal. Mestinya ada pembaharuan nuansa
dalam peta musik Ambon. Salah satu penyanyi Ambon favorit saya adalah Monica
Akihary, penyanyi jazz ethnic yang bernyanyi dengan caranya sendiri nuansanya
sungguh “kental”. Benar-benar bermusik dengan hati.
Morika: Musik Ambon menurut
beta sampai hari ini kemajuannya sangat lambat atau bahkan menurun jika harus
dibandingkan dengan pencapaian-pencapaian dalam karya seperti yang sudah
terjadi pada album-album di tahun 1980an seperi Ambon Jazz Rock, Lex Trio,
Chris Kayhatu, dll. Hari ini jika ada yang bertanya apakah itu musik Ambon,
maka yang mungkin bisa didapati adalah musik pop daerah yang melulu cengeng
dengan irama yang mundur ke era Panbers, Djakrta Loyd dan Pance Pondaag. Kemudian
penyanyi atau pemusik Ambon yang beta sukai adalah Bing Leiwakabessy, Hellas
(yang darinya beta belajar juga cara menyanyi cepat yang mirip rap), Jopie Latul,
George de Fretes, Utha Likumahuwa.
Berry: Musik Ambon dulunya
adalah musik yang dinamis, sarat makna dan sangat menyenangkan dinikmati,
sayangnya beberapa tahun belakangan ini kita seperti mundur. Om Yoppie Latul, suaranya khas.
Hayaka: Untuk perkembangan
musik di Ambon saat ini, menurut saya mengalami kemunduran musikalitas di akhir
tahun 1990-an hingga akhir 2007, ketimbang sekitar tahun 1980-an sampai 1990-an
awal. Tapi untunglah sekarang ini sudah banyak musisi yang semakin
memperhatikan musikalitas dalam bermusik, maka menurut saya, perkembangan musik
di Maluku semakin mengalami kemajuan. Ada beberapa musisi Maluku yang menjadi
idola saya. Diantaranya adalah Opa Bing Leiwakabessy dan anaknya Om Georgie
Leiwakabessy, Om Benny Likumahuwa dan adiknya Om Utha Likumahuwa. Mengapa saya
mengidolakan mereka, hal itu karena saya sangat mengagumi cara mereka
menghargai musik, dan total dalam bermusik.
Oke,
denger-denger udah punya album kan yak? ada berapa lagu dalam album ini? berapa
lama proses pembuatan albumnya?
Morika: Album Beta Maluku mulai
katong kerjakan sejak Oktober-Desember 2010 (take vocal yang cukup panjang
waktunya sebab data musik harus dikirim dari Jakarta kemudian workshop di Ambon
barulah dimulai proses take vocal). Proses editing dilakukan di Jakarta sejak
Januari hingga Maret 2011. Dalam album itu ada 10 lagu.
Berry: 10 lagu, sekitar 4
sampai 5 bulan.
Hayaka: Seiring perjalanannya
MHC sudah memiliki beberapa album. Baik yang disebar secara free download,
maupun berupa piringan cd yang dijual. Mulai dari Molukka Islands vibe volume 1
& 2 yang disebar melalui free download, Beta Maluku, dan juga kompilasi
bersama beberapa grup hip-hop asal Maluku yang bertajuk "Social
RapACity". Dari setiap album tersebut memiliki jangka waktu pengerjaan
yang berbeda. Beta Maluku sendiri memiliki delapan lagu di dalamnya. Proses
pengerjaan album ini memakan waktu sekitar tujuh sampai delapan bulan.
Sedangkan untuk Social RapACity sama-sama berisi delapan lagu, namun hanya
memakan waktu kurang lebih sekitar tiga bulan.
Ada
gak sih lirik favorit dalam album Molukka Hip Hop ini? kalau ada (bisa kasih
liriknya dan liriknya itu cerita tentang apa?)
Althien: Lirik lagu Puritan.
Sopo muriale, Mamalole, Dying Nation.
Mark: Lirik favorit “ we’re
livin in the system, we are the victim, no ones to blame, and justice remains
the same “ – 2slow, MHC – Dying Nation .... Lagu ini menjadi tumpahan
kekecewaan atas segala kebobrokan negri, dan lirik ini mewakili ekspresi kemarahan
atas keadilan yang memang hasil konspirasi belaka.
Morika: Lirik terbaik menurut
beta dalam album maupun lagu-lagu dari MHC yaitu, "sapa angka Maluku,
Maluku bela dia (dari penggalan lirik Bery Revlino di lagu Maluku Manis),
kemudian lirik di lagu Sopo Muriale dari album Beta Maluku yang bercerita
tentang pengangkatan mansia ke dimensi yang lebih tinggi untuk menyatu dengan
tuhan-nya.
Berry: “sapa bale batu, batu
gepe dia, sapa langggar sumpah, sumpah bunuh dia.” Tentang segala sesuatu
memiliki konsekuensinya, contoh kecilnya
jika sudah berjanji jangan dilanggar.
Hayaka: Dari setiap lagu di
dalam album-album di atas, saya paling menyukai lagu "Beta Maluku (Hena
Masa Waiya)" dan "Puritan" yang terdapat di dalam album Beta
Maluku. Selain liriknya yang kuat, kedua lagu tersebut seperti memiliki roh di
dalamnya. Di dalam lagu Beta Maluku kami menggabungkannya dengan kapata yang
berjudul "Hena Masa Waiya". Kapata adalah sastra tua yang
ditinggalkan oleh orang tua dulu-dulu (nenek moyang) orang Maluku kepada anak
cucu mereka. Hena masa waiya sendiri artinya adalah "rumah di atas
air". Kemudian lagu "puritan" merupakan lagu bernuansa heroik,
yang dikombinasikan dengan penggalan syair dalam kapata "lawamena"
sebagai chorus-nya. Lagu ini bercerita tentang kembali ke kemurnian jati diri
Maluku seutuhnya.
Perkembangan
Musik di Maluku sendiri kalo menurut kalian kayak apa?
Althien: Musik Maluku
berkembang tanpa arah, hanya maju sesuai kehendak industri. Kalo musik cuma
soal industri maka berarti sudah benar arahnya, kalo lebih dari itu berarti
belum ada arah. Makanya Molukka Hiphop berusaha terus menjadi arahan kemana
musik maluku ideal menurut kami.
Mark: Dewasa ini peta musik
dikalangan indie (bukan mainstream berlebel), yang didominasi anak muda Ambon
yang sangat-sangat berbakat, sungguhlah memberi harapan cerah bagi perubahaan
nuasa musik di kota Ambon kedepan. Begitu banyak pemusik muda dari berbagai
aliran yang giat berkarya atas musik- musiknya sendiri. Tentunya dihari-hari
mendatang perkembangan ini makin terasa, yang jelas bagi kami musik saling mendukung
adalah cara kami menyambut kemajuan musik di negri ini.
Morika: Perkembangan musik di
Maluku -sejauh yang beta amati sampe hari ini- sudah mulai pelan-pelan beranjak
dari trend musik pop daerah yang melulu cengeng. Perkembangan ini juga terlihat
seiring dengan terbentuknya banyak komunitas musik di Ambon. Genre-genre
seperti punk, reggae, blues, jazz sudah mulai terlihat geliatnya. Demikian juga
dengan produksi karya-karya musik dari komunitas-komunitas yang muncul dengan
tema-tema serta musik yang bagus. Hal ini tentu pelan-pelan akan menggeser
paradigma orang banyak tentang karya produksi musik daerah Ambon yang sudah
sekian lama dikuasai industri pop daerah yang cengeng dan biasa-biasa saja.
Berry: Industri, pasar membuat
musik saat ini turun jauh, tanpa edukasi.
Salut untuk mereka yang terus berjuang diluar pasar dengan kreatifitas
dan musik yang berpikir serta mendidik.
Pengen
banget manggung dimana dan kolaborasi bareng siapa?
Althien: Manggung di Bronx, NY.
Kolaborasi dengan Cool Herg, siapa saja hiphoper-hiphoper besar agar bisa jadi
karya besar, sehingga berdampak bagi banyak orang. mengantarkan orang-orang
menemukan fitrahnya sebagai manusia.
Mark: Manggung dimana saja yang
penting crowd menikmati dan “menghargai" musik. Kalo bermimpi kolaborasi saya
mau berkolaborasi dengan B.O.B HAHAHAHA.
Morika: Sangat ingin manggung
di Ternate, Banda, Tual, Saumlaki, Seram dan pulau-pulau lainnya di Maluku.
Mimpi beta adalah bisa berkolaborasi dengan musisi seperti Immortal Techinque,
KRS One serta Bing Leiwakabessy.
Berry: 1. Di Ambon, sepanggung
dengan kawan-kawan pergerakan hiphop sejak awal. 2. Bareng Immortal Technique,
Damien Marley plus M. Shinoda.
Hayaka: Hingga saat ini, saya
memiliki kerinduan untuk tampil di depan para musisi Maluku di seluruh dunia
ataupun di depan para musisi Indonesia lainnya, bersama di dalam satu track
dengan sang maestro musik Maluku yang awal bulan kemarin genap berumur 90
tahun, Opa Bing Leiwakabessy.
Interviewnya hanya lewat email. Tapi ini hanya demi sebuah
kerinduan bahwa dari Timur ada anak-anak muda yang berkarya dan mereka bukan
hanya patut dilirik saja. Mereka butuh didengar dan diapresiasi.
Maju Musik Maluku!