Profil pertama adalah Jeffry
Wattimena. Lahir di Bandung, 21 January 1979. ‘Watti’ biasanya disapa. Cowok
Ambon, hitam manis ini di Glorify adalah pelatih. Watti dikenal oleh
teman-temannya memiliki keisengan yang luar biasa besar. Haha. Kadang cerewet
dan tak bisa diam. Tapi selain itu hatinya lembut dan nyaman sekali kalau di
dekat dia. Makanya banyak cewek-cewek suka luluh kalau di dekat dia *uhuk* dan fakta lainnya, masih single loh dia *uhuk lagi* kamu boleh follow dia di sini berikut sedikit interviyu saya dengan Watti lewat bbm, silakan menyimak J
TR: So, pertanyaannya adalah
apa yang bikin lo betah di GTLE?
JW: Karena gue suka nyanyi.
Nyanyi buat BOKAP gue. Manusia (anggota) silahkan ganti. Tapi nyanyi nggak bisa
hilang dan keganti.
TR: Jadi nyanyi itu semacam
kebutuhan?
JW: Emang. Gue berterimakasih
(kepada BOKAP) dengan ngomong langsung dan juga nyanyi.
TR: Lo ngerasa punya bakat
nyanyi sejak kapan?
JW: Dari SMA. Kalau kecil nggak
mikirin itu bakat atau bukan. Yang penting cuma suka nyanyi. Pas SMA bukan
sadar juga sih, orang lain yang bilang.
TR: Oke, terus apa yang bikin
lo memilih untuk tetap jadi penyanyi (secara profesional) lo ngerasa itu
panggilan lo apa gimana?
JW: Buat gue, being
professional adalah doing what you love and get paid. Jadi siapa yang nggak mau
melakukan yang dia cinta dan dibayar untuk itu.
TR: Balik ke GTLE. Kenapa GTLE?
Maksud gue kan banyak tempat pelayanan. Tapi kenapa musti di GTLE? Bisa cerita
juga awal masuknya lo?
JW: Bukan gue yang milih. Gue
dipilih (diajak) Papa Daud (Daud Saba, Founder Glorify The Lord Ensemble) Ivan
Saba ajak gue tahun 1993 dan gue nggak mau. Papa Daud ajak lagi di tahun 1996
dan gue ikut sampai sekarang. Boro-boro dulu mikirin tempat pelayanan, pas SMA
kan lebih penting main daripada pelayanan. Jadi sekarang, setelah GTLE, yang
notabene adalah wadah pelayanan, jadi keluarga gue, untuk apa gue punya tempat
pelayanan lain? Lengkap kok wadah pelayanan gue yang pelayanan “duniawi” BOKAP kasih
Marcell (yap, Watti juga adalah backing vokalnya Marcell) yang pelayanan
“rohani” GTLE. Dua ini sudah lebih dari yang gue minta.
TR: Baiklah, panjang juga ya
perjalanan hidup lo. Hmmm.
JW: Hahaha.
TR: Dari tahun 1996 sampai
sekarang, ada nggak kejadian/peristiwa paling “nyentuh” yang paling lo inget?
JW: Ya pas papa Daud “pulang”
di malam gue berangkat ke Papua.
(Daud Saba meninggal dunia 31
Januari 2010. Waktu itu Watti berangkat ke Papua untuk ngajar di sana selama
beberapa bulan)
TR: *emoticon sedih* kalau
peristiwa “kocak” yang paling lo inget?
JW: Nggak ada sih. Nggak ada
yang ter/paling, terlalu banyak “file” kocaknya, sampai kalo setiap ada yang
ungkit/cerita ulang, semua bisa bikin ketawa dan nangis-nangis.
TR: Sweet *emoticon senyum*
lanjut, sebutin satu orang di GTLE yang pengen lo peluk dan ngucapin
terimakasih dan kenapa?
JW: Ojak (Ojak Hutagalung,
Ketua GTLE) dan Kak Iko (Marthin Saba, Pelatih GTLE) Ojak sebagai besties gue.
Dan Kak Iko sebagai brother.
TR: Lagu Favorit lo selama di
GTLE dan kenapa?
JW: God and God Alone.
Nyanyiinnya harus dengan dahsyat, gak bisa biasa-biasa. Buat gue isi lagunya
nyatain kalau gak ada siapa-siapa lagi yang matter buat manusia selain Tuhan.
TR: Sebutkan tiga kata tentang
GTLE?
JW: GTLE itu hmmm 3 kata ya ...
Pemberian Terbaik Tuhan (buat gue).
TR: Oke, pertanyaan terakhir
gue. What’s your best wishes for GTLE?
JW: Gue punya keyakinan kalau
dari album berikut (album ke-dua GTLE sedang digarap. Kita sudah rekaman
sekitar 11 lagu) pelayanan kita bakal “naik kelas” dua tahun besok wilayah
jangkauan pelayanan kita jauh berkembang. Dan harapan gue, kita (anggota GTLE)
bisa dibenahi supaya bisa jadi satu hati satu tujuan, sehingga Tuhan bisa
bekerja secara nyata di setiap pelayanan kita.
TR: Baiklah, thankyou for
answered my questions. Dan terimakasih sudah berbagi ya.
*obrolan saya dan Watti
akhirnya berakhir sekitar pukul 02.46 subuh. Haha. Terimakasih Watti*
No comments:
Post a Comment