Wednesday, May 30, 2012
Wednesday, May 23, 2012
Profile Part #3
*kak iko dan kak lulu. pic saya ambil dari fimela.com
Selanjutnya adalah Marthin
Endrico Saba. Pelatih. Mentor. Sahabat. Biasanya kita semua menyapanya Kak Iko.
Ada sesuatu yang sangat menarik dari orang ini. Seperti magnet, kamu akan
nyaman mengobrol lama-lama dengannya. Ketika kenal Kak Iko lebih dekat, Kak Iko
seperti seorang papa sekaligus kakak laki-laki. Selalu memberi petuah. Selalu
membikin nyaman. Silakan follow twitternya di sini Berikut adalah interviyu saya dengan Kak Iko:
TR: Oke, Kak Iko, kita mulai
ya. Bisa sebutin nama lengkap, TTL, dan ceritain awalnya bergabung dengan
Glorify?
MS: Marthin Endrico Saba. 4
April 1970. Waktu itu GTLE latihan pertama di Tamansari (sekarang Cafe Halaman)
Anggota pertamanya SABA (Kak Denny, Kak Iko, Ivan) Simangunsong Sisters (Imel,
Dewi Lestari, Dede Arina “Mocca”) sama beberapa orang lagi bareng Papa Daud
tentunya. Ketua awal Mas Lucky Soeryo.
TR: Oke, kak Iko bisa ceritain
dong GTLE awal-awal tuh kayak gimana sih. Maksud aku lagu-lagunya terus
bounding-nya?
MS: Lagu awal, Glorify Thy
Name, I Love You Lord, The Lord Bless You, Doa Bapa Kami, I Am. Jadi warnanya
kayak gitu. Lalu berkembang ke lagu-lagunya: Motor Citty Mass Choir, Alvin
Slaughter, Joyful, Happy Day. Tapi btw, latihan awal yang hanya ber-sepuluh-an
itu yang tough banget! Kadang hanya ngumpul bentar, ngobrol, lalu makan deh
hehe. Kadang kalau nggak latihan di Tamansari juga di rumahnya Dewi. Mulai
ambil pelayanan di acara-acara dimana aja semangaaattt! Dan pulang pelayanan
selalu makan ... Papa teaaaa J
TR: Wow. Seru juga ya ternyata
jaman itu. Nah kita ngobrolin tentang Papa Daud. Sosok Papa Daud di mata kak
Iko kayak apa?
MS: Papa luar biasa! Papa
adalah seorang ayah yang sangat menghargai anak-anaknya. Papa juga adalah
sahabat, temen curhat, temen ketawa bareng, guru, sekaligus panutan. Yang
paling gila, papa itu sosok yang “lintas generasi” papa lahir sebagai seniman
tulen. Nah kita sebagai anak-anaknya, bayangin aja, dari kecil ‘belajar hidup’
yang artinya belajar ‘menikmati hidup’ dalam kondisi apapun. Dan yang luar
biasa mama Vien beda sama papa 180 derajat. Perpaduan yang menggairahkan
hahahaha ... Tapi most of it all, percaya atau nggak, papa itu sama sekali
nggak pernah pukul anak-anaknya, itu keren banget. Pendekatannya selalu kayak ‘sahabat.’
Papa dan mama adalah sosok orang tua yang nggak pernah maksain kehendak sama
anak-anaknya apapun jalan yang kita ambil selalu mereka hargai. Nanti kalau
salah baru dikasih tahu. Yang mutlak harus ke gereja, doa nggak boleh putus,
dan takut akan Tuhan itu harga mati pokoknya. Kita bertumbuh dan dididik dalam
pola hidup yang sederhana, jauh dari hidup mewah tapi minum susu harus, Hahahaha.
Ampuuunnn.
--Perbicangan saya dan kak Iko
putus dan dilanjut dengan pertanyaan selanjutnya via email—
TR: Apa yang bikin kak Iko
bertahan di GTLE?
MS: Ketemu dengan Tuhan Yesus
di Glorify, breakthrough & berubah
di Glorify . Glorify adalah keluarga dan rumah. Di sini kita jadi diri kita apa
adanya, bisa kesel juga kecewa, tapi bisa juga menerima dan saling memaafkan.
Ketawa dan nangis bareng di Glorify, di sini tempat untuk bertumbuh dan jadi
dewasa. Belajar yang namanya Commitment, tanggung jawab, bertahan dalam proses &
menemukan arti hidup di Glorify. Glorify juga membawa masuk ke suatu waktu
Tuhan untuk ketemu dengan (my one and only love) Lulu kesayanganku (Kak Iko
menikah dengan Prita Laura/Lulu, presenter MetroTV). Di Glorify ketemu dengan
pribadi-pribadi yang dashyat dan punya talenta luar biasae, belajar tentang
pentingnya kesehatian, ibarat puzzle masing-masing kita ternyata punya peran di
Glorify, nggak ada Superman! belajar untuk saling menghargai satu sama lain,
Glorify ada & bisa bertahan hanya karena Kasih Karunia Tuhan .
TR: Dari dulu sampai sekarang
ada nggak perubahan paling besar yang kak Iko rasain di GTLE, yang juga
memberkati kak Iko?
MS: Iya doong, dalam banyak
hal. Karena ada kalanya tiap angkatan itu punya 'gaya dan warna' yang berbeda. Misalnya
dalam cara beradaptasi, berkomunikasi, keorganisasian, latihan, sampai juga
guyonan. Yang penting dan nilai-nilai yang dipegang harus tetep kuat. Anyhow
to be honest, terlepas dari apapun, kak Iko sangat terberkati ngeliat juga menyaksikan pribadi-pribadi yang 'diubahkan' oleh Tuhan. As a leader, merupakan
kepuasan tersendiri, dan bersyukur karenanya. Itu nikmatnya lebih dari apapun!
TR: Lagu favorit kak Iko selama
di GTLE apa dan kenapa?
MS: Lagunya Papa, Damai Abadi
& Nahkodaku. Secara komposisi aransemen sangat luar biasa! Dan latar
belakang cerita dari lagunya punya makna yang sangat dalam & menyentuh!
Belum lagi, karena kita ngalamin juga pada saat lagu itu dibuat, jadi tambah
powerful. Papa orangnya romantis, melankolis sekaligus jenius. I'm sooo proud of him!
TR: 3 kata tentang GTLE?
MS: Komitmen, Proses
& Cinta.
TR: What's your best wishes for
GTLE?
MS: Pray that God will give our
hearts desire and expand our area where we can bless more people with our
incredible God's given talent. And may He take us higher and higher to be the
answer for this generation :) always remember too, kalau kita bukan hanya
sekedar 'nyanyi', tapi 'melakukan' dan 'menghidupi' apa yang kita nyanyikan. Karena
hidup kita semua adalah ibarat 'surat terbuka' yang bisa dibaca dan dinikmati
oleh semua orang. Berharap kalau tiap pribadi yang ada di Glorify bisa bertahan
dalam prosesnya Tuhan, dan berubah jadi seperti yang Tuhan inginkan. Berharap,
ke depan kita bisa memberkati orang dengan bawain genre lagu yang lebih bisa
diterima oleh lebih banyak orang lagi. Bukan hanya lagu 'rohani', tapi
lagu-lagu lain juga yang punya nilai powerful. Stay in Jesus, stay humble, stay
sweet & strong. Once again, semua hanya karena anugrah dan kasih
karunia-Nya. Glorify The Lord Ensemble, adalah warisan yang turun temurun
sampai anak cucu kita, dan akan selalu jadi berkat bagi siapapun. Ameen!
TR: Terimakasih kak Iko for
sharing. Tuhan sayang kak Iko dan keluarga selalu!
Thursday, May 17, 2012
Profile Part #2
gue dan Ojak. Nggak dapet foto lain nih :D
Selanjutnya adalah seorang pria
yang telah menikah dan punya anak satu. Kocak abis dengan banyolan-banyolan
yang dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Tapi anehnya tetap lucu.
Ojak Parulian Hutagalung, cowok kelahiran Bandung 17 Januari 1977. Saat ini
bekerja sebagai marketing manager di PT. Venamon, Bandung. Ojak dipercaya
beberapa tahun menjadi ketua Glorify The Lord Ensemble. Rehat sejenak. Dan saat
ini ia kembali ada di posisi ketua. Bertahan selama 16 tahun di Glorify The
Lord Ensemble tidaklah mudah, banyak jatuh dan bangun. Follow Ojak di sini yuk, kita simak cerita
saya dan Ojak dalam interviyu berikut ini J
TR: Bisa cerita awal masuk
GTLE?
OH: Sama kayak Watti, dulu Om
Daud ngelatih paduan suara SMA Yahya tahun 1996 terus ikutan festival paduan
suara ITB dan juara. Beberapa anggotanya ditarik masuk Glorify termasuk si ganteng ini :D
TR: Hahaha. Iya deh yang
ganteng :D oke, dari 96 sampai sekarang, apa yang bikin lo bertahan di GTLE?
OH: Bingung kalau ditanya kenapa
bertahan. Tapi jawabannya Cuma satu sih CINTA. Umurku sekarang 35 tahun,
Glorify 19 tahun, jadi hampir setengah hidup gue di Glorify dari mulai SMA,
kuliah, kerja, nikah dan sekarang sudah punya anak satu. Luar biasa. Semua
karena cinta. (Ojak menikah dengan Evi dan punya satu anak perempuan bernama
Cissi)
TR: Wow. Selama masa-masa itu
lo pernah bosan nggak?
OH: Itu dia, mungkin karena
perasaan cinta itu jadi nggak pernah bosan. Meskipun pernah kecewa, dikecewain,
marah, dimarahin. Tapi semua itu nggak bisa mengalahkan rasa cinta gue sama
komunitas ini. Meskipun teman-teman seangkatan (angkatan lama) sudah hampir
nggak ada semua. Tapi gue tetap stay di sini karena rasa itu. Bahkan keputusan
gue untuk menjadi ketua lagi, itu semua karena gue sayang sama komunitas ini.
TR: Oke. Dari tahun 1996 sampai
sekarang, ada gak kejadian/peristiwa paling “nyentuh” yang paling lo inget?
OH: Banyak banget. Tapi yang
paling gue ingat adalah tahun 1999 waktu papaku kritis di rumah sakit,
anak-anak Glorify hampir semua ada di rumah sakit, sampai akhirnya papa
meninggal setelah kritis tapi anak-anak Glorify ada di sana. Itu sangat
menyentuh.
TR: *emoticon sedih* hehe.
Baiklah. Lanjut ya, kalau peristiwa “kocak” yang lo inget?
OH: Nama gue aja udah Kocak
Parulian Hutagalung. Bukan kocak lagi sih tapi sedikit memalukan. Kira-kira di
tahun 2002-an ada pelayanan kebaktian penyegaran iman di GKI Kebonjati, karena
buru-buru nggak ngecek celana dulu, naik angkot sampai ke Kebonjati, pas turun
kok orang-orang di angkot pada senyum-senyum gitu ngeliatin gue. Tapi gue cuek
aja ah, nah pas sudah di gereja dan sedang kebaktian, sebelum nyanyi, gue
ngerasa kok dingin gitu ya bagian bokong. Eh ternyata celana gue sobek
jahitannya area bokong dari ujung sampai ke bawah. Langsung aja deh ngacir cari
cara untuk tutupin sobekannya. Akhirnya pakai selusin peniti, masalahnya pas
nyanyi ada penitinya ada yang lepas satu-satu gitu dan nusuk pantat. Aw, wewik
banget lah. Akhirnya gue tahu kenapa semua orang di angkot kok senyum-senyum. Eh
ternyata lihat pantat bohay gue.
TR: *pas baca bagian ini,
ngakak edan gue* *masih ngakak* Entar ya, ketawa dulu. Geblek!
OH: Salam dari pantat bohay dan
kolor jaring-jaring.
--SKIP--
TR: Oke, next ya, sebutin satu
orang di Glorify yang pengen lo peluk dan ngucapin terimakasih (entah untuk
alasan apapun itu)?
OH: Semua orang di Glorify
pengen gue peluk. Cuma kalau harus menyebutkan satu orang ya orang yang masih
setia di Glorify bertahun-tahun. Salah satunya Denni (Denni Saba) karena bareng
dia tahun 1999 kita bertobat dan dibaptis bareng di Salatiga dan dulu kita
pernah berpikir pengen Glorify bisa pelayanan ke Salatiga, pokoknya kemana-mana
dan itu kesampaian meski belum semuanya. Meski kadang dalam beberapa hal kita
sering berbeda, tapi dia juga menunjukkan kalau dia punya rasa yang sama
terhadap Glorify. Buktinya dia juga masih stay di sini.
TR: Lagu favorit lo selama di
GTLE? Dan kenapa?
OH: Glorify Thy Name. Itu lagu
kalo dinyanyiin bikin merinding, makanya pas nikahan gue lagu itu dibawain pas
pemberkatan.
TR: 3 kata tentang GTLE?
OH: Faith, Hope, Love.
TR: Terakhir ya Jak, What’s
your best wishes for GTLE?
OH: Glorify terus ada sampai
anak cucu kita. Pelayanan kita berkarakter dan makin tajam. Pelayanan kita jadi
berkat buat kita pribadi, keluarga dan orang-orang di sekitar kita. Dan album
Glorify bisa jadi berkat buat banyak orang. God Bless Glorify The Lord
Ensemble. Happy birthday. Keep winning.
TR: Sip. Thanks for sharing ya
Jak. God Bless lo juga dan keluarga :)
Wednesday, May 16, 2012
Profile Part #1
Profil pertama adalah Jeffry
Wattimena. Lahir di Bandung, 21 January 1979. ‘Watti’ biasanya disapa. Cowok
Ambon, hitam manis ini di Glorify adalah pelatih. Watti dikenal oleh
teman-temannya memiliki keisengan yang luar biasa besar. Haha. Kadang cerewet
dan tak bisa diam. Tapi selain itu hatinya lembut dan nyaman sekali kalau di
dekat dia. Makanya banyak cewek-cewek suka luluh kalau di dekat dia *uhuk* dan fakta lainnya, masih single loh dia *uhuk lagi* kamu boleh follow dia di sini berikut sedikit interviyu saya dengan Watti lewat bbm, silakan menyimak J
TR: So, pertanyaannya adalah
apa yang bikin lo betah di GTLE?
JW: Karena gue suka nyanyi.
Nyanyi buat BOKAP gue. Manusia (anggota) silahkan ganti. Tapi nyanyi nggak bisa
hilang dan keganti.
TR: Jadi nyanyi itu semacam
kebutuhan?
JW: Emang. Gue berterimakasih
(kepada BOKAP) dengan ngomong langsung dan juga nyanyi.
TR: Lo ngerasa punya bakat
nyanyi sejak kapan?
JW: Dari SMA. Kalau kecil nggak
mikirin itu bakat atau bukan. Yang penting cuma suka nyanyi. Pas SMA bukan
sadar juga sih, orang lain yang bilang.
TR: Oke, terus apa yang bikin
lo memilih untuk tetap jadi penyanyi (secara profesional) lo ngerasa itu
panggilan lo apa gimana?
JW: Buat gue, being
professional adalah doing what you love and get paid. Jadi siapa yang nggak mau
melakukan yang dia cinta dan dibayar untuk itu.
TR: Balik ke GTLE. Kenapa GTLE?
Maksud gue kan banyak tempat pelayanan. Tapi kenapa musti di GTLE? Bisa cerita
juga awal masuknya lo?
JW: Bukan gue yang milih. Gue
dipilih (diajak) Papa Daud (Daud Saba, Founder Glorify The Lord Ensemble) Ivan
Saba ajak gue tahun 1993 dan gue nggak mau. Papa Daud ajak lagi di tahun 1996
dan gue ikut sampai sekarang. Boro-boro dulu mikirin tempat pelayanan, pas SMA
kan lebih penting main daripada pelayanan. Jadi sekarang, setelah GTLE, yang
notabene adalah wadah pelayanan, jadi keluarga gue, untuk apa gue punya tempat
pelayanan lain? Lengkap kok wadah pelayanan gue yang pelayanan “duniawi” BOKAP kasih
Marcell (yap, Watti juga adalah backing vokalnya Marcell) yang pelayanan
“rohani” GTLE. Dua ini sudah lebih dari yang gue minta.
TR: Baiklah, panjang juga ya
perjalanan hidup lo. Hmmm.
JW: Hahaha.
TR: Dari tahun 1996 sampai
sekarang, ada nggak kejadian/peristiwa paling “nyentuh” yang paling lo inget?
JW: Ya pas papa Daud “pulang”
di malam gue berangkat ke Papua.
(Daud Saba meninggal dunia 31
Januari 2010. Waktu itu Watti berangkat ke Papua untuk ngajar di sana selama
beberapa bulan)
TR: *emoticon sedih* kalau
peristiwa “kocak” yang paling lo inget?
JW: Nggak ada sih. Nggak ada
yang ter/paling, terlalu banyak “file” kocaknya, sampai kalo setiap ada yang
ungkit/cerita ulang, semua bisa bikin ketawa dan nangis-nangis.
TR: Sweet *emoticon senyum*
lanjut, sebutin satu orang di GTLE yang pengen lo peluk dan ngucapin
terimakasih dan kenapa?
JW: Ojak (Ojak Hutagalung,
Ketua GTLE) dan Kak Iko (Marthin Saba, Pelatih GTLE) Ojak sebagai besties gue.
Dan Kak Iko sebagai brother.
TR: Lagu Favorit lo selama di
GTLE dan kenapa?
JW: God and God Alone.
Nyanyiinnya harus dengan dahsyat, gak bisa biasa-biasa. Buat gue isi lagunya
nyatain kalau gak ada siapa-siapa lagi yang matter buat manusia selain Tuhan.
TR: Sebutkan tiga kata tentang
GTLE?
JW: GTLE itu hmmm 3 kata ya ...
Pemberian Terbaik Tuhan (buat gue).
TR: Oke, pertanyaan terakhir
gue. What’s your best wishes for GTLE?
JW: Gue punya keyakinan kalau
dari album berikut (album ke-dua GTLE sedang digarap. Kita sudah rekaman
sekitar 11 lagu) pelayanan kita bakal “naik kelas” dua tahun besok wilayah
jangkauan pelayanan kita jauh berkembang. Dan harapan gue, kita (anggota GTLE)
bisa dibenahi supaya bisa jadi satu hati satu tujuan, sehingga Tuhan bisa
bekerja secara nyata di setiap pelayanan kita.
TR: Baiklah, thankyou for
answered my questions. Dan terimakasih sudah berbagi ya.
*obrolan saya dan Watti
akhirnya berakhir sekitar pukul 02.46 subuh. Haha. Terimakasih Watti*
Edisi HUT Glorify The Lord Ensemble
Persis di tanggal 9 Mei kemarin
Glorify The Lord Ensemble berulangtahun. Kalau ada yang bertanya Glorify The
Lord Ensemble itu apa, saya pernah menulis di sini. Banyak yang datang dan
pergi. Tapi ada beberapa yang bertahan. Saya pernah menulis di twitter beberapa
waktu yang lalu bahwa saya akan memberikan penghargaan kepada beberapa teman
yang “bertahan” di Glorify lebih dari 10 tahun, bahkan 16 tahun.
Ini minggu-minggu yang sibuk
sekali. Karena sebentar lagi GTLE akan retreat. Tapi saya mau sempetin waktu
untuk interviyu mereka. Dan mengetik ulang isi interviyu itu. Dan menulis semacam profil mereka untuk blog perempuansore. Yang saya lakukan
ini sedikit random. Entah mengapa? saya hanya mau melakukannya saja. Hihihi.
Oke, kalau
ada yang tanya sebegitu pentingnya kah saya melakukan ini, sampai diangkat jadi
profil segala.
Jawaban saya sederhana saja:
karena mereka penting bagi saya. Saya belajar banyak dari mereka. Dan siapa
tahu kamu juga belajar banyak dari mereka.
J
Jadi selamat ulangtahun yang ke
19 Glorify The Lord Ensemble. A place we called home.
Thursday, May 3, 2012
Where The Idea Came From
Beberapa kali dipercaya menjadi pembicara di pelatihan menulis kreatif. Membuat saya bertemu dengan beragam pertanyaan dari asal muasal menulis, bagaimana mengembangkan ide-ide kreatif yang muncul, dan bagaimana menangkap ide-ide itu sendiri.
Fakta mengenai sebuah ide
adalah kadang ide itu tidak ditangkap. Ide itu memilihmu. Sampai di sini
mungkin kamu masih tidak percaya. Tetapi hal itulah yang biasanya saya alami.
Saya punya beberapa tempat
dimana, ide biasanya menemukan saya. Saya melihat ide berjalan-jalan dan akhirnya
kami berkenalan. Selayaknya orang asing. Tapi akhirnya kami bersalaman. Jika
kamu kepengin tahu tempat-tempat itu/bagaimana saya bertemu ide. Ini dia:
kloset.
Saya tidak punya kloset yang
bagus. Hal ini juga dikarenakan sampai saat ini saya masih kos dan belum punya
rumah sendiri. Tapi kloset di kos termasuk layak untuk duduk di sana
berlama-lama.
angkot.
Saya tidak pernah berpikir
untuk membeli motor. Karena kesukaan saya sampai saat ini adalah beraktivitas
dengan dress lucu. Saya tidak pernah bisa membayangkan bagaimana saya pergi
naik motor dengan dress lucu itu. Jadilah saya seringkali naik angkot. Tempat
duduk kesukaan saya adalah persis disamping pak supir. Alasannya tak ada. Saya
suka saja, karena di sana saya bisa melihat jalan lebih luas.
jalan kaki.
Hidup di kota besar seperti
Bandung, terkadang membuatmu lupa untuk berjalan kaki. Tetapi faktanya, di
Bandung kamu masih bisa mendapatkan jalan-jalan ramah yang masih bisa dipakai
untuk jalan kaki. Dan di sana saya biasa bertemu dengan ide yang banyak sekali.
melamun.
Saya tidak tahu denganmu. Tapi
saya biasa melakukannya. Orang-orang yang dekat dengan saya suka sekali memergoki
saya sedang melamun. Entahlah pada dasarnya mungkin karena saya suka sekali
berkhayal.
melihat-lihat sesuatu yang
berwarna.
Ada kalanya saya menyukai
sesuatu yang hitam putih. Tapi kebanyakan saya menyukai sesuatu yang berwarna.
Ini bisa saya lakukan dengan mix and match baju yang warna-warni. Buka-buka
majalah. Atau pergi ke tempat toko mainan anak-anak. Di sana saya akan melihat
banyak sekali warna. Dan biasanya ide akan muncul.
kafe. sendirian.
Mungkin kamu punya beberapa kafe
favorit yang biasanya kamu datangi dengan teman-temanmu. Tetapi jika ada ide
yang hendak saya temui. Saya tidak pernah keberatan untuk menemui ide itu
sendirian. Duduk di pojok kafe. Dan mulai menulis di sana.
halaman belakang kos.
Bersyukur saya memiliki kos
dengan pekarangan yang sangat luas. Dan memang inilah salah satu syarat saya
memilih kos. Ya, saya pemilih. Saya biasa menulis berjam-jam di sana karena
banyak sekali pohon rindang. Dan bau rumput. Entahlah tapi saya suka sekali
suasana itu.
dan pantai.
Saya suka sekali ombak dan suasananya. Ombak-ombak itu seperti gulungan kata-kata.
Saya suka sekali ombak dan suasananya. Ombak-ombak itu seperti gulungan kata-kata.
Kamu sendiri bagaimana?
Subscribe to:
Posts (Atom)
Featured Post
Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai
Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...