Tak ada yang lebih menyenangkan selain menatap matamu lama-lama. Mata teduh menyenangkan. Pupil hitam yang membesar ketika kamu sedang bahagia. Dengan bulu-bulu mata yang panjang juga lentik.
Aku berpikir dan mengulang
kembali. Apa yang biasanya membuat aku jatuh cinta. Bagaimana biasanya aku
jatuh cinta. Perasaan seperti apa yang aku punya ketika aku jatuh cinta.
Yang aku tahu selalu ada
perasaan menggelitik yang muncul di hati ketika melihat bagian tubuhmu yang
satu itu ... ya matamu.
Sederhana sekali jatuh cinta
itu ternyata. Kadang ia datang tanpa gejala. Diam-diam seperti pencuri. Lalu
kamu akan kaget, karena ternyata mereka telah ada di sana. Diam-diam
menguasaimu.
Hari itu kita bertemu di tempat
yang sama. Seperti biasa aku dengan buku-buku. Kamu dengan senyum khas dan
matamu. Ah, matamu lagi. Aku suka sekali matamu. Kita tak mengobrol banyak. Aku
terlanjur tergila-gila. Denyut jantungku tak menentu. Aku tidak bisa menahan
senyum yang muncul terus-terusan di wajahku.
Senyum jam sembilan lebih lima
belas menit. Begitu lebar. Pipiku mulai panas. Memerah sedikit.
“Jangan lupa nanti malam. Tepat
jam 9. Di tempat yang sama.”
Isi pesan darimu yang kamu
selipkan di antara buku-buku yang aku baca.
Hatiku berdetak kian kencang.
Riang sekali. Karena malam ini kita akan bertemu. Dan kelanjutannya apa ya? hatiku
begitu senang. Kali ini aku akan memiliki dirimu utuh. Memiliki matamu utuh
lebih tepatnya. Memikirkannya saja buat hatiku bergetar sangat.
Jarum
suntik. Sarung tangan plastik. Beberapa obat penenang. Semoga tidak ada yang
terlewatkan. Kali ini semoga aku tidak melesat.
Demi kelancaran pertemuan kita
malam ini. Aku memeriksa kembali isi tasku dengan seksama. Sebelum menarik
resleting tasku.