Pernahkah kamu ada pada kondisi
seperti ini, kamu bangun di suatu hari yang random dan berpikir bahwa kamu akan
menikah. Haha. Saya sendiri kaget dengan apa yang saya pikirkan. Namun
pemikiran ini tidak ujug-ujug. Datang begitu saja.
Ada sebuah kondisi kehidupan
yang membuat saya pada akhirnya berpikir bahwa saya akan menikah. Mungkin
menikah itu menyenangkan. Haha lagi. Begini, saya akan cerita kepadamu bahwa,
jika diibaratkan dengan sebuah kalimat, saya suka menyebutkannya:
“Hidupku sedang ranum-ranum-nya.
Petiklah aku! petiklah aku!”
Semacam ada loncatan dahsyat
yang sedang terjadi pada kehidupanku akhir-akhir ini. Saya sedang berada pada
kondisi begini: saya mengerjakan apa yang yang saya suka, saya punya hidup yang
menyenangkan, saya betul-betul memenuhi passion saya, saya punya komunitas yang
oke, dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang mengerti, dan setiap bangun pagi
saya selalu berpikir bahwa hari itu saya harus keren! Haha lagi dan lagi.
Tapi apa yang ingin coba saya
tulis di sini adalah saya seperti diijinkan di awal tahun ini untuk mengerjakan
project-project kejutan yang sebelumnya tidak pernah terpikir oleh saya. Dan
saya ingin claim bahwa:
“Saya sedang jatuh cinta
terhadap hidup. Dan saya sedang bahagia. Begitu saja. Dan saya ingin menikah.
Tahun depan. Titik.”
Haha.
Oke. Saya sendiri kaget. Kok
bisa saya begitu berani. Dan setelah saya pikir-pikir lagi dan sedikit merenung
*tsah* ini yang saya temui, pernikahan bukanlah sebuah tujuan akhir. Pernikahan
tidak akan membuat hidup saya bahagia. Pernikahan—memutuskan untuk hidup
bersama dengan seseorang adalah keputusan yang besar. Tapi saya tidak akan
memutuskannya dengan alasan orang itu yang akan buat saya bahagia.
Saya harus menikah karena ini:
karena saya sedang bahagia. Dan saya ingin membagai kebahagiaan itu dengan
orang yang tepat. Dan orang yang tepat itu adalah ... adalah ... yang kamu
tidak perlu tahu dulu. Haha.
Saya bahkan tidak tahu
pernikahan saya akan seperti apa. Yang saya tulis di sini adalah konsep. Sebuah
pemahaman yang saya temukan. Seiiring dengan berjalannya waktu. Saya mau
memutuskan segala sesuatu jika konsepnya tepat. Saya ingin punya anak empat.
Duh, tapi setelah saya pikir-pikir lagi. Terlalu banyak. Baiklah saya kurangi
dua.
Sekali lagi pernikahan bukan
garis akhir. Setelah itu saya masih harus berjuang untuk mengerjakan pernikahan
saya. Duh, saya seperti orang tua saja. Tapi bukankah menyenangkan, menikahi
orang yang tepat. Pasangan, sahabat, sekaligus teman tidur yang menyenangkan.
Hm, berbagi ciuman lembut
sebelum tidur. Dan melakukan keliaran di malam hari.
*hush!*
Doakan ya.
love.
Asiiik kak Theo tahun depan mau menikah :D
ReplyDeletereading this like, it's 'loud-speakering' my mind. this is how exactly I'm feeling these days.
ReplyDeleterandom but... ah. nice one, anyway :)
Been thinking of the exact same matter lately. Mungkin emang udah memasuki waktu2nya pengen ditemenin seseorang seumur hidup. hahaha.
ReplyDeleteWell, best luck then, hope you (and I) find the right one, SOON! ;p
A very nice one,kak theo :) I love the way you think about marriage thingy ;)
ReplyDeleteNi orang emang keren.. ^^
ReplyDelete:)
ReplyDelete