Kata orang wajah adalah cerminan dari hati. Terkadang wajah itu sendiri tidak bisa berbohong. Tetapi saya bisa belajar untuk menahan. Menahan semuanya, hingga saya merasa bahwa ada waktu untuk menumpahkan semua itu ke dalam gelas.
Gelas itu adalah kamu. Kamu selalu
kosong. Pada akhirnya sayalah yang suka memenuhi kamu. Saya senang ketika
mengisi kekosongan yang ada di dalam diri kamu: dengan keceriaan, dengan
kesedihan, dengan kedataran, bahkan dengan setiap kebosanan yang saya rasakan.
Gelas itu akan meluber. Saya senang ketika melihat perasaan perasaan saya tumpah. Akhirnya mereka mengalir lalu meluap. Saya tidak tahu apakah kamu merasakan perasaan meluber itu atau tidak.
Sampai di sini saya ingin
berterima kasih, kamu adalah gelas kosong itu. Kamu tidak pernah mengeluh
ketika saya selalu merepotkan. Kamu tidak marah-marah ketika waktumu selalu
saya curi, dan kesabaranmu selalu saya curi.
Kamu adalah gelas kosong itu.
Suatu ketika saya menceritakan
tentang sebuah perjalanan panjang. Penuh lika-liku. Banyak yang saya temui di
jalan. Banyak yang saya alami. Saya lama sekali sampai kepada tujuan. Saya lelah,
ingin beristirah. Saya lalu merogoh ke travel
bag yang senantiasa menemani saya selama perjalanan. Merogoh ke dalamnya,
dan menemukan gelas kosong, meraihnya dengan jari-jari saya, dan membawanya
keluar.
Saya lalu menumpahkan segala
lelah saya kedalamnya. Kamu menjadi penuh. Dan saya lega. Ketika selesai, saya
mengembalikan kamu ke dalam travel bag
saya. Saya kembali melanjutkan perjalanan.
Kamu bersama-sama dengan saya
melalui jalan panjang dan berliku-liku. Kamu terguncang-guncang karena langkah
kaki saya yang mendaki maupun menurun. Tetapi kamu tetap bertahan dan kamu
tidak pecah.
Saya menulis ini untuk kamu.
Dan ketika menuliskan ini saya tiba-tiba ingat sebuah kalimat yang berkata:
“Sebuah perjalanan panjang yang
berliku-liku selalu butuh tempat untuk pulang. Dan tempat pulang itu adalah
kamu.”
penulisan yang dekat situasi saya. salam sore dari Malaysia ! :)
ReplyDelete