Dan ini adalah cerita tentang
passion selanjutnya. Yang tidak random. Kamu seperti digariskan untuk
melakukannya. Hanya ada satu nama Theoresia Rumthe. Dan hanya ia yang bisa
melakukannya. Kata lain dari passion adalah panggilan. Untuk itulah saya ada di
muka bumi ini. Untuk itulah saya di-design.
Seperti yang sudah-sudah bahwa
tidak ada yang kebetulan. Begitupun hubunganmu dengan apa yang kamu sebut
dengan “passion” atau “panggilan” atau sebutlah “kegairahan” itu sebagai
sesuatu yang selalu membuatmu deg-degan untuk melakukannya.
Kemudian pada suatu masa, saya
menemukannya di dalam menulis. Ada “kegairahan” itu. Ketika melakukannya,
rasanya persis seperti ketika kamu hendak mencuri-curi ciuman untuk pertama kalinya.
Ada perasaan gugup di awal kemudian diakhiri dengan rasa hangat. Yang membuatmu
kepengin lagi. Ada adiksi.
Menulis kemudian menjadi
adiksi. Ada hasrat yang tidak bisa saya tahan. Selalu ingin keluar. Akhirnya
ketika tidak menulis saya merasa kehidupan saya hampa. Menulis itu memisahkan
saya dengan panggung dan keriuhan. Sebaliknya ketika menulis yang saya inginkan
hanya kondisi yang senyap dan sendiri. Saya tidak suka keramaian ketika sedang
menulis. Karena pada saat itulah saya gunakan untuk mendengarkan apa yang ada
di dalam.
Passion menulis saya kemudian
mempertemukan saya dengan banyak orang yang tidak pernah bayangkan sebelumnya.
Akhirnya merekalah yang membawa saya menggapai semua mimpi-mimpi saya.
Sampai di sini akhirnya saya
belajar bahwa: mungkin yang kamu miliki bukanlah uang yang banyak, tetapi kamu
kenal dengan baik apa yang menjadi “panggilanmu” dan kamu lakukan itu secara
konsisten. Maka itulah passion. Itulah kegairahan. Kegairahan yang akan menuntunmu kepada
sebuah kata “berhasil” jika kamu mempercayainya.
Keren (y)
ReplyDeleteKuncinya konsisten. :D
ReplyDelete