Setiap orang punya bucket list. Saya pun demikian. Dari
nomer satu hingga nomer kesekian. Semuanya tentu pingin saya wujudkan. Ada yang
dalam waktu dekat, tetapi ada juga yang akan saya wujudkan dalam waktu yang
lumayan panjang.
Salah satunya adalah tentang
pasangan. Saya tidak punya kriteria macam-macam soal ini. Semuanya sudah lewat.
Tidak ada lagi yang harus begini dan begitu. Memasuki usia tiga puluh, kriteria
saya soal pasangan sangatlah sederhana.
Uhuk. Tidak usah dibahas lebih
lanjut ya. Tapi dalam obrolan saya bersama seorang teman tentang jodoh, saya
kemudian menyatakan bahwa “jika berdoa dan yang diminta hanya jodoh jodoh dan
jodoh. Saya merasa doa saya terlalu egois.”
Paling tidak, ini yang saya
rasakan. Saya adalah perempuan dengan usia tiga puluh tahun, yang telah
memasuki skala-pertanyaan-sampai bosan: “kapan menikah?” ujung-ujungnya pertanyaan-pertanyaan
ini hanya akan dijawab dengan senyum manis saya. Karena saya sudah malas
menjawab. Jadi saya menjawabnya dengan senyum manis-basa-basi saja.
Kalau sudah begini, komentar
orang akan beragam soal jodoh yang tak kunjung datang. Misalnya:
(Komentar 1) “Makanya jangan
galak-galak, supaya jodoh kamu cepet.”
Jawaban saya: Jodoh cepat tidak
ada hubungannya dengan saya galak atau tidak. Biasanya saya akan galak jika
saya disuit-suitin jika sedang berjalan sendirian di jalan. Saya pernah
mendatangi langsung orang yang melakukannya dan bertanya “ada apa suitin saya? Ada
masalah?”
(Komentar 2) “Kamu sih terlalu
mandiri, jadi aja cowok-cowok pada segan.”
Jawaban saya: Duh maaf ya, saya
tidak demen sama cowok yang tidak percaya diri. Cowok yang tidak punya value atas dirinya sendiri. Apalagi
cowok yang takut karena perempuannya jauh lebih terkenal daripada dirinya.
(Komentar 3) “Makanya, banyak
berdoa dong, supaya jodoh kamu cepat datangnya.”
Jawaban saya: Saya percaya
kuasa doa. Tetapi terlalu egois, jika yang saya doakan hanya masalah jodoh.
Saya ulangi: terlalu egois! Ijinkan saya berbagi logika sederhana saya denganmu,
bagi saya hubungan saya dengan Tuhan itu seperti hubungan saya dengan ayah. Ayah
saya di dunia, sangat baik membesarkan saya dan kedua kakak perempuan saya.
Kami bukan dari keluarga yang
mampu. Tetapi ayah mampu memenuhi segala kebutuhan kami. Saya ingat ayah akan
mengusahakan segala sesuatu secara halal untuk penghidupan kami. Ayah akan
berusaha. APALAGI, Ayah yang ada di atas sana.
Saya percaya bahwa jika memang
Ayah hendak memberikan jodoh kepada saya, IA tidak perlu meminta saya untuk
berdoa yang banyak, melakukan kebaikan sebanyak mungkin, lalu setelah itu saya
akan mendapat pasangan sebagai reward.
Karena ayah saya yang di dunia, tidak pernah melakukannya. Sebaliknya ayah saya
di dunia, jika ingin memberikan sesuatu, ia akan memberikannya, karena saya
adalah anak perempuannya. Karena ia memang tahu bahwa saya pantas
mendapatkannya. Karena ia memang tahu bahwa ini sudah waktunya. Itulah,
bagaimana doa itu bekerja, kalau memang sudah waktunya.
Masih banyak yang bisa kamu “minta”
dalam doa kamu. Jangan egois, dengan berdoa hanya demi meminta jodoh. Karena “jodoh”
akan datang tepat pada waktunya. Bagianmu adalah tetap sibuk dan bersabar.