Saya cukup senang. Karena hari ini saya mengetahui bahwa
alat pemutar CD saya masih berfungsi dengan baik. Selama ini alat pemutar CD
saya yang sederhana itu, hanya cukup saya pakai untuk mendengarkan radio saja.
Itupun sudah cukup lama saya tinggalkan, karena bahkan radio yang saya
dengarkan darinya pun biasanya mengeluarkan bunyi kresek-kresek yang cukup
mengganggu.
Tetapi
ketika iseng memencet tombol play,
ternyata ia berbunyi dengan baik. Dari baliknya saya mendengarkan suara vokal
laki-laki dengan alunan gitar yang cukup dominan. Saya perhatikan liriknya.
Tidak lama kemudian saya seperti dibawa mengunjungi sesuatu seperti cerita-cerita
yang muncul di kepala. Mereka datang kepadamu dalam warna sephia. Tidak hitam
dan tidak putih. Seperti kunang-kunang ketika malam. Ada diantara cerita-cerita
tesebut yang menggelisahkan, membuatmu berpikir, sedih, lalu menangis. Tetapi
kadang juga ingin membuatmu ingin segera melompat ke bagian cerita yang lain
yang lebih bahagia namun tidak bisa. Seperti ada yang menahanmu untuk
menyaksikan satu bagian cerita satu per satu hingga ia selesai.
Mengalir. Rasanya bagaimana cerita-cerita itu
terus mengajakmu pergi ke dalam relung-relung diri. Dan di sana kamu akan menyaksikannya. Seperti menyaksikan hatimu
sendiri, warnanya hitam pekat. Melihat bagaimana darah segarmu yang terpompa
dari jantung menuju ke semua bagian-bagian tubuh yang lain. Kamu akan dapat
melihat bagian perut. Bahkan rahimmu sendiri. Masuk terlalu dalam, hingga
dalam. Lalu kamu akan mengenalinya. Mengenali apa? Entahlah. Tetapi hanya
menemukan. Menemukan apa? Entahlah. Menemukan
sesuatu yang hilang.
Saya berhenti sebentar untuk
menyesap kopi hitam saya. Baru kemudian melanjutkan perjalanan ini dan
memperhatikan lekat-lekat.
Tetapi
sayangnya cerita-cerita itu tidak memberikan kesempatan kepadamu untuk
berhenti. Mereka terus melaju. Setelah membawamu untuk menemukan sesuatu yang
hilang tadi. Lantas sekarang mereka seperti membawamu menyusun kembali
potongan-potongan gambar. Tidak boleh lepas. Seperti puzzle. Kali ini butuh ketepatan. Ketepatan untuk menyusun
potongan-potongan tadi satu-persatu hingga menjadi gambar yang utuh kembali.
Pengalaman menemukan dan mendengarkan Roekmana’s Repertoire ini adalah pengalaman perjalanan ke dalam
diri. Menemukan sesuatu yang pernah ada, namun hilang. Tidak apa jika ternyata
diri yang kamu temukan sedang hancur.
Dan yang kamu temukan hanya berupa kepingan-kepingan.
No comments:
Post a Comment