“Orang boleh pandai dalam
setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat
dan dari sejarah.” [Pramoedya Ananta Toer]
Saya memulai menulis karena
saya suka membaca. Ada sebuah proses serius yang diawali sebelum kita menulis.
Bagi saya, tidak ada jalan lain selain membaca. Saya pernah bertemu dengan
seorang penulis dalam sebuah interview, dan saya tidak setuju, bahwa setiap
orang yang menulis adalah setiap orang yang suka membaca. Tetapi saya tetap
dengan keyakinan saya bahwa, setiap tulisan itu berasal dari setiap bacaan.
Umpamanya, kamu suka sekali
dengan indomie goreng. Dan setiap hari yang kamu makan hanya indomie goreng
saja. Kamu lupa pada asupan sayuran dan buah yang mengandung vitamin bagi
tubuhmu. Maka kamu akan tetap hidup. Tapi saya tidak bisa menjamin bahwa ususmu
akan baik-baik saja.
Sama halnya dengan menulis.
Sebelum menulis ada sebuah proses serius. Salah satunya adalah memilah bacaan.
Seperti indomie, kesukaan saya biasanya disajikan dengan telor mata sapi. Dan
menu ini akan hadir paling sedikit hanya sebulan sekali. Sehari-harinya saya
akan makan makananan yang saya pikir sehat. Paling tidak, saya
memperhatikannya. Tidak terlalu serius, tapi saya memperhatikan asupan makanan
saya. Saya memilahnya. Sama seperti membaca. Saya tidak sembarangan membaca
buku. Dengan memilih bacaan, ada sebuah proses ketat yang saya lakukan.
Karena bagi saya membaca itu
seperti mengunyah. Dan saya hanya akan mengunyah makanan yang saya anggap
‘sehat.’ Sehat berbeda dengan masalah selera. Selera hanya mengacu kepada
jawaban enak atau tidak enak. Sehatkan ‘sehat’ lebih kepada sesuatu yang
bermanfaat. Dalam hal ini paling tidak untuk tubuh.
Haruki Murakami pernah berkata
dalam bukunya Norwegian Wood: If you only read the books that everyone else
reading, you can only think what everyone else is thinking.” Jika diterjemahkan
dengan bebas, jika kamu [tidak memilih bacaanmu] hanya membaca buku yang dibaca
oleh kebanyakan orang maka kamu akan berpikir sama seperti kebanyakan orang.
Jelas sekali bahwa Murakami
bukan kebanyakan orang. Ia tidak berusaha untuk menjadi berbeda. Ia hanya
selektif. Ia ketat terhadap dirinya sendiri. Karena ia tidak ingin berpikir
seperti kebanyakan orang. Dan saya suka dengan pernyataan ini: berpikir
berbeda. Tidak sama dengan kebanyakan orang.
Dengan membaca [buku yang
berbeda] akan menjadikan kita sebagai manusia dengan cara berpikir yang
berbeda. Setelah cara berpikir kita berbeda, maka kita tidak akan sama dengan
kebanyakan orang.
Proses berpikir yang tidak sama
dengan kebanyakan orang inilah yang menarik. Karena ketika kita hanya sama,
kita akan rugi. Saya merasa rugi ketika hidup saya hanya sama dengan orang
lain. Karena sebenarnya saya di-desain berbeda.
Setelah menyadari hal ini, maka
saya sangat selektif. Saya cukup ketat. Paling tidak untuk diri saya sendiri.
Paling tidak ada dua buku yang saya pinjam dari perpustakaan (Kineruku) dalam
sebulan. Dan membeli buku satu dalam sebulan. Hanya demi sebuah kepentingan
yaitu membaca. Jika saya bisa melakukan lebih dari jumlah yang di atas, itu
bonus.
Bagaimana membuat sebuah
tulisan menarik?
Menulislah Dengan Murni dan
Tanpa Pretensi.
www.perempuansore.blogspot.com
adalah sebuah blog yang sudah lama saya kelola. Kalau tidak salah sejak tahun
2008, saya menulis di blog ini. Sebelumnya saya bermain di friendster dan
multiply. Untungnya semuanya sudah dihapus. Karena tulisan saya lebay, maklumlah masih abege. Tetapi ada
proses pendewasaan yang terjadi. Saya bersyukur saya menulis ketika masa-masa
itu, tanpa berpikir bahwa tulisan saya menarik atau tidak. Saya hanya menulis.
Murni mengeluarkan apa yang ada di dalam pikiran saya, apa yang saya lihat, apa
yang dengar, dan apa yang saya baui. Menulis dengan seluruh indera yang ada
pada tubuh saya. Tidak ada pretensi apa-apa. Saya tidak pernah berpikir bahwa
ketika saya menulis dengan murni dan tanpa pretensi, itu melatih saya untuk
menjadi apa adanya.
Menulislah Dari Hati.
Saya percaya bahwa segala
sesuatu yang berasal dari hati akan sampai ke hati. Ucapan pada kartu ulang
tahun yang ditulis dengan tangan kepada kekasih kita, akan jauh lebih bermakna
dari pesan pendek yang kita kirimkan. Tulisan tangan berbicara tentang jejak
tubuh. Jejak tubuh dalam bentuk apapun itu selalu sexy. Bubuhkan jejak tubuhmu pada setiap tulisanmu. Usahakanlah
menulis memakai hatimu.
Carilah Sudut Pandang Yang
Berbeda.
Pada sebuah kafe, terdapat
banyak hal: cangkir, musik, asbak, menu makanan, interaksi orang-orang, asap
rokok, tertawa. Mulailah menulis dengan menjadi sebuah yang tidak kelihatan:
lukisan di dinding misalnya atau pot bunga di sudut. Carilah sebuah sudut
pandang yang berbeda. Sudut pandang adalah bagaimana caramu melihat. Jangan
melihat dari sudut mata kebanyakan orang. Carilah sudut yang sembunyi.
Tuliskanlah Segala Sesuatu
Dengan Detail.
“Hari hujan, jalanan licin.
Trotoar merah itu hampir tidak kelihatan karena genangan air yang cukup tinggi.
Saya kesal hari ini karena saya memakai sepatu baru di hari hujan.”
Ini hanya contoh kecil. Ketika
kita mencoba menggambarkan sesuatu dengan detail. Detail selalu berhubungan
dengan sesuatu yang kecil untuk membangun sebuah gambaran yang lebih besar.
“Perempuan itu sudah lama ada di
sudut. Memandang tajam dengan matanya yang penuh dengan celak. Sesekali
bibirnya menyempit demi menghisap rokoknya dalam-dalam. Lalu menghembskan
nafasnya. Saya bisa melihat bekas lipstik merah perempuan itu pada ujung-ujung
rokoknya.”Gambarkan objek tulisanmu
dengan detail. Jangan lewatkan setiap inci penting yang kepingin kamu tulis.
Menulis Saja. Jika Ada Yang
Suka Dengan Tulisanmu. Itu BONUS.
Tidak perlu terburu-buru. Fokus
saja kepada prosesnya bukan hasilnya. Jika tulisan kita memang bagus. Claim itu
akan datang. Tenang saja.
Every Writer Is A Thief - Joseph
Epstein.
One of the really bad things you can do to your writing is to dress up
the vocabulary, looking for long words because you’re maybe a little bit
ashamed of your short ones. - Stephen
King.
Menulislah dan jangan bunuh
diri. –Theoresia Rumthe.
*Untuk workshop dan talkshow ketika generasi muda berbicara politik di
Unpar, 17 April 2013.