Membaca sebuah novel yang kemudian menyisakan sebuah misteri di kepala. Mungkin itulah gaya menulis dari Milan Kundera. Dan saya suka. Tentang pertanyaan-pertanyaan yang biasanya hinggap dalam kehidupan pasangan. Saya membayangkan sepasang kekasih yang mengaku saling jatuh cinta tetapi sepanjang hidupnya mempertanyakan cinta mereka.
Di sini saya merenung kembali soal keyakinan
Chantal terhadap Jean-Marc, apakah laki-laki itu benar-benar jatuh cinta
terhadapnya. Kemudian muncullah pertanyaan baru apakah indikasi seseorang yang
benar-benar jatuh cinta terhadap seseorang. Saya kira tak ada yang bisa
menjawabnya.
Dengan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kehidupan
cinta pasangan tersebut. Maka yang bisa dilakukan adalah menjadi mata-mata.
Saling memata-matai. Menulis surat sepotong tanpa nama pengirim. Setelah dibaca
surat tersebut lalu dengan anggun diletakkan di dalam lemari di bawah
beha-beha. Bukankah ini sangat metaforik. Bahwa di dalam kehidupan biasanya
kita menyimpan sesuatu yang bagi kita mengandung “rahasia” di balik barang-barang
pribadi kita.
Nah, begitupun kita sering melakukannya kepada pasangan kita.
Jika kita tak mau membuka sesuatu kita memilih untuk menutupnya. Buku ini tidak
hanya mengandung kebingungan terhadap pasangan. Juga terdapat kebingungan
terhadap diri sendiri. Indentitas. Identitas yang mungkin penuh. Separuh penuh.
Atau tidak penuh sama sekali.
Ketika membacanyanya pun silakan alami petulangan
dari pikiran yang satu kepada pikiran yang lain. Lalu kembali merenungkannya.
Silakan analisa dialog yang satu dan dialog yang lain. Siapa tahu kita juga
pernah memikirkan atau merasa atau mengalami seperti mereka.
Penggalan dialog
Jean-Marc terhadap Chantal cukup sexy menurut saya ketika dia bilang seperti
ini “aku kepingin melihat kelopak matamu membasahi kornea seperti wiper menyapu
kaca mobil.” Tidak hanya sexy. Saya membayangkan Jean-Marc adalah seorang yang
tidak biasa.
Seperti halnya saya sering membayangkan diri saya sendiri ketika
begitu menginginkan mata teduh seseorang saya ingin mencongkelnya. Supaya mata
itu melihat saya setiap hari.
Mungkinkah inilah indikasi seseorang ketika jatuh
cinta setengah mati. Kamu hanya ingin mengabadikannya. Diam-diam atau
terang-terangan. Atau bisa jadi jatuh cinta pun sebaliknya membuat kita ingin
menjadi mata-mata terhadap diri kita sendiri maupun orang lain.
Thats good kak Theo!! i love this entry. keep wrote yow! hehehe
ReplyDelete