Mungkin kita adalah sepasang
mata. Kamu mata yang sebelah kiri dan saya mata yang sebelah kanan. Mungkin
kita adalah sepasang tangan. Kamu tangan yang sebelah kiri dan saya tangan
sebelah kanan.
Ketika mata yang satu melihat
ke sebuah pandang—otomatis mata yang lain akan mengikutinya. Kalau tidak mata
itu akan juling. Ketika tangan yang satu bekerja, tangan lainnya akan
membantunya. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan dua—lebih sempurna—saya rasa
begitu.
Mungkin kita adalah sepasang
sepatu usang. Yang satu akan menangis ketika sol sepatu pasangannya lepas. Kita
akan diletakkan di rak yang sama, berdebu, dan berdesakan dengan sepatu usang
lainnya. Tapi kita akan saling mengenali bau sepatu masing-masing.
Mungkin kita adalah sepasang
sendal jepit. Dipakai bersama. Apapun warna kita. Kita akan membuat pemakai
kita nyaman dengan empuknya. Kita akan saling mencari ketika pasangannya
hilang. Seperti jepit, kita memang ditakdirkan untuk saling mengait—satu dengan
lainnya.
Mungkin kita adalah sepasang
bulu mata. Kamu yang sebelah kiri dan saya yang sebelah kanan. Jika ada di
antara kita yang jatuh di pipi. Itu adalah tanda kita saling mengangeni. Jika
yang sebelah kena maskara, pastinya yang sebelah juga akan kena.
Mungkin kita adalah sepasang
lubang hidung. Kamu yang sebelah kiri dan saya yang sebelah kanan. Jika yang
lainnya tersumbat, terkena pilek. Yang lainnya pun ikut terganggu. Tidak bisa
leluasa bernafas.
Mungkin kita adalah sepasang
telinga. Kamu yang sebelah kiri dan saya yang sebelah kanan. Selalu butuh dua,
supaya bisa mendengarkan bunyi dengan lebih jelas. Termasuk kata “I LOVE YOU”
walaupun kata itu dikatakan sambil berbisik-bisik.
Mungkin kita adalah sepasang
celana dalam dan beha. Kamu celana dalam. Saya beha. Ketika yang satu berwarna
hitam lainnya juga ikut-ikutan berwarna hitam. Tak ada alasan lain, supaya
lebih matching dan sexy saja.
Mungkin kita adalah sepasang
kaki. Kamu yang sebelah kiri dan saya yang sebelah kanan. Yang satu tidak akan
melangkah terlalu cepat—terlalu lambat—terburu-buru. Kita akan saling menunggu.
Kita akan saling sabar. Kita akan saling beriringan.
Mungkin kita adalah sepasang
... (kamu bisa melanjutkannya)—ketika diciptakan sepasang, sudah seharusnya saya mengenalmu sebagai
bagian di tubuh—hati saya yang sudah lama pergi. Ketika diciptakan sepasang,
diberkatilah hari saya dan kamu dipertemukan. Ketika saya dan kamu diciptakan
sepasang—saya bersyukur bahwa itu kamu dan bukan orang lain.
Ketika saya dan kamu diciptakan
sepasang—saya begitu penasaran, hendak melayangkan banyak pertanyaan kepada
pencipta. Tetapi yang keluar dari mulut saya hanya dua kata,
“Terima Kasih”
Dan hey, bukankah kata itu
sepasang.
Dago
349. 26 Agustus 2011. 03:31—sayup-sayup terdengar suara adzan. Kalimat-kalimat
yang saya tulis di atas begitu mengganggu di kepala saya, sebelum saya
menuliskan mereka. Semoga setelah menulis ini, saya benar-benar bisa tidur.
semoga bisa tertidur sekarang :) :)
ReplyDeletepostingan ini pun diciptakan berpasangan, oleh anda yang menulis, dan sekarang diapresiasi oleh saya sebagai pembaca :) :)