Pertanyaan pertama apa itu
keluarga? Konsep “ideal” keluarga di sekitar kita adalah yang “lengkap” dalam
artian ada satu Bapak, satu Ibu, satu atau dua anak, jika masih ada Kakek dan
Nenek akan lebih baik. Tetapi di sisi lain, ada juga keluarga yang tidak
lengkap. Di sekitar kita banyak sekali hanya ada Ibu dan Anak, atau Bapak dan
Anak, atau bisa jadi hanya ada Ibu dan Bapak, atau malahan hanya ada anak seorang
diri.
Pertanyaan kedua adalah kapan
terakhir kali melakukan sesi “foto keluarga”? jika pertanyaan ini ditanyakan
kepada saya, saya akan menjawab bahwa tidak pernah. Maksud saya dalam hal ini
tentunya adalah acara “foto keluarga” yang lengkap, yang biasanya sering kita
temui fotonya dipajang di ruang tamu, dengan pose tertentu yang sengaja diatur
(seakan akan semua harus bahagia), memakai seragam tertentu yang sepertinya
sudah disepakati bersama, lalu seperti yang sudah dibahas di atas, isi bingkai “foto
keluarga” tadi harus lengkap. Jika masih hidup semua akan lebih baik lagi.
Jika hal ini harus dikaitkan
dengan keluarga saya. Maka saya mungkin adalah salah satu yang tidak “ideal”
itu, karena keluarga saya tidak pernah mengenal acara “foto keluarga.” Satu-satunya
“foto keluarga” lengkap versi saya adalah, ketika saya mungkin masih berumur
satu atau dua tahun, di foto ini Bapak saya mengenakan kemeja, celana panjang,
dan sepatu necis, sedang duduk di kursi. Ibu saya mengenakan dress selutut
dengan sepatu hak tingginya, sedang menggendong saya yang waktu itu hanya
mengenakan setelan baju tidur dan muka yang mau menangis ketika melihat ke
kamera, lalu di samping Ayah, berdiri Kakak perempuan saya yang nomer dua, dan
di samping Ibu berdiri Kakak perempuan saya yang nomer satu. Keduanya
menggunakan dress sama. Jika dihitung-hitung maka itu adalah “foto keluarga”
saya yang pertama, sekaligus terakhir, dan yang paling lengkap.
Foto keluarga itu pun tidak
saya besarkan dengan bingkai tebal yang biasanya sering kita lihat di ruang
tamu. Foto keluarga itulah hanya saya letakkan di bingkai kecil yang menghiasi
meja menulis saya sekarang.
Hal ini yang coba diceritakan oleh
Vincent Rumahloine, seniman foto, lewat pameran tunggalnya berjudul Melainkan
Tentang Kamu #2 project: Family Portrait. Vincent mengabadikan “family portrait”
di Kampung Pulosari RT 09/RW 15, Kecamatan Bandung Wetan, Kelurahan Taman Sari,
Bandung. Lokasi Kampung ini berada tepat di bawah jembatan Pasupati dan dekat
dengan sungai Cikapundung.
Bagi Vincent, kenapa “family
portrait” menarik, karena ketika menjalankan project ini, ia menemukan banyak
konsep “keluarga” yang ternyata tidak seideal pada umumnya. Ternyata ia malah
menemukan banyak sekali versi keluarga yang tidak lengkap, dan banyak konsep
keluarga ideal yang luruh. Karena pada kenyataannya memang di luar sana banyak
keluarga yang tidak lengkap.
Semoga ketika datang dan menikmati pameran ini, kita dapat belajar sesuatu dari keluarga keluarga yang ada di Kampung
Pulosari, mungkin ketika Vincent mengajak mereka untuk “foto keluarga", tidak
semua hadir dengan versi yang lengkap, berseragam bagus, atau dengan dandanan
yang necis, tapi paling tidak ekspresi mereka ketika difoto memang murni, tidak
dibuat-buat, tidak diatur-atur. Mereka mungkin adalah versi yang tidak
sempurna, tapi bukankah itulah arti keluarga: ketika tidak sempurna, kesanalah
kamu tetap pulang.
Saya malahan gak punya family portrait dan hanya berdua bapak. Suka sama kalimat ini " Mereka mungkin adalah versi yang tidak sempurna, tapi bukankah itulah arti keluarga: ketika tidak sempurna, kesanalah kamu tetap pulang.
ReplyDelete