Beberapa buku yang tidak boleh
dilewatkan adalah seri Bilangan Fu, Manjali dan Cakrabirawa, Lalita, dan Maya.
Dongeng dan Ayu Utami seperti tidak terpisahkan. Kesukaan saya akan mitos
seperti mendapatkan “ruang.” Ayu yang pandai bercerita selalu menimbulkan
kegemaran saya berimajinasi tentang Jawa dan hal-hal eksotis lain di
sekitarnya.
Beberapa hal yang saya catat dari
tulisan-tulisan Ayu adalah pertama ia selalu menjadikan apa yang dianggap orang
tidak indah, menjadi sesuatu yang indah. Apa yang tidak dipandang oleh orang lain,
menjadi dipandang. Apa yang tidak berharga, menjadi berharga. Ia mendadak
seperti Yesus, selalu memilih apa yang hina bagi dunia dan menjadikannya mulia.
Hal ini menjadikan karya Ayu
layak dibaca, karena ia tidak pernah ikut ramai. Apa yang cantik baginya, bisa
jadi tidak bagi kebanyakan orang. Apa yang indah baginya bisa jadi tidak indah
bagi kebanyakan orang. Tetapi ia tidak peduli. Justru di situlah yang membuat
ia menonjol. Dengan karakter-karakter yang dibangun berdasarkan rasa keterbelakangan.
Jadi setiap orang yang merasa “berbeda” mendapat tempat.
Kedua. Kekuatannya membangun
sebuah cerita. Saya selalu mengibaratkan penggalan kata yang ada di dalam
halaman-halaman novelnya terbuat dari putih telur, yang konon itulah yang melengketkan
batu-batu yang menjadi sebuah candi. Mereka begitu kuat. Sehingga bertahan
berabad-abad. Kekuatannya justru terlihat pada dasar bangunannya. Sebelum
melihat kepada bumbungan dari bangunan tersebut.
Bilangan Fu, Manjali dan
Cakrabirawa, Lalita, Maya, hanya sebagaian kecil dari rasa kokoh itu. Sampai
akhirnya kita akan dikejutkan lagi dengan seri-seri lainnya. Selamat menunggu!
aku juga suka banget membaca Ayu Utami. Salam kenaaal ^_^
ReplyDeletemembaca dongengnya ya, bukan ayu utaminya,,hehehe
ReplyDeleteobat herbal varises