Cinta
indah pada waktunya, gue bakal nunggu waktu yang tepat itu. Paling tidak, ini
keyakinan gue.
Ini status tweet.
Ini curcol. Yes! norak?
Tidak.
Ini yang saya rasakan. Pernah
dengar istilah: evaluasi hati? mungkin kamu pernah dengar tapi belum pernah
coba untuk melakukannya. “Evaluasi Hati” adalah istilah yang biasanya saya
gunakan ketika, saya hanya ingin sendiri “mendengarkan” hati saya.
Tetapi sebelum saya bisa “mendengarkan”
hati saya. Saya mengobrol dengan beberapa orang yang sekiranya punya pemikiran
dan masukan yang bagus untuk masalah yang sedang saya hadapi. Selanjutnya yang
saya lakukan adalah saya akan duduk. Tenang. Mendengarkan hati saya.
Hati tidak bisa dibohongi. Ia
seperti seorang sahabat, yang tidak hanya akan mendengarkan ceritamu. Ia mampu
bicara. Ia mampu berbisik tentang nasihat yang ia rasa paling baik untukmu. Ia
tidak akan membiarkan kamu jatuh. Ia tidak akan membiarkanmu melakukan
kesalahan.
Ia begitu sederhana. Yang perlu
saya dan kamu lakukan adalah mendengarkannya.
Untuk kasus tertentu—saya memilih
untuk mendengarkannya. Walaupun dalam banyak hal, saya ini anak bandel dan suka
semaunya sendiri. Tapi tidak kali ini. Kali ini saya musti taat. Dan mau
mengalah untuk mendengarkan hati saya yang sebenarnya.
Sekitar setahun yang lalu
bahkan lebih, saya pernah menulis begini : “kenapa musti takut patah hati?
karena patah hati sebenarnya mengajarkan kita supaya lebih jago membalut.” Tetapi
waktu itu, mungkin di hati saya masih terlalu sedikit borok. Belum terlalu
banyak. Saya masih sanggup untuk membalutnya.
Tapi apa yang akan kamu lakukan
jika borok di hatimu sudah begitu banyak? dan kali ini kamu kelabakan.
Saran saya : berhentilah sakiti
hatimu sendiri.
Cobalah sekali-kali ajak hatimu
mengobrol dan dengarkanlah dia.
Lebih baik menunggu—waktu yang
tepat—supaya bertemu hati yang tepat.
Sampai di sini, akhirnya saya
mulai mengerti sedikit tentang kalimat “jagalah hatimu dengan segala
kewasapadaan, karena darisitulah terpancar kehidupan.”
Saya dan kamu punya sebuah
tugas untuk menjaga hati kita—masing-masing. Bukan malah menitipkannya
sembarangan kepada orang lain.
Dago
349. 2 Okt 2011. 00:47.—terimakasih kepada Sara Bareilles dengan Gravity-nya.
makasi ya kakak postingannya. indah dan tepat pada waktunya. :')
ReplyDelete:) this is exactly what i feel
ReplyDeleteNice Sista..
ReplyDelete" Lebih baik menunggu—waktu yang tepat—supaya bertemu hati yang tepat. "
ReplyDeletesetuju sama kalimat ini kak :)
A very nice posting,sis :)
ReplyDeleteada lagu bagus tentang mengambil, membawa dan menitipkan hati...pernah denger soko ?
ReplyDeletecinta, cinta, kenapa selalu menunggu...
ReplyDeletebutuh satu kenekatan
tentu saja pengorbanan
mencari cinta yang sempurna
dia akan menggerogoti waktu
dan menjadi lapuk
please............. belajar jadi pelayan