Di Praha ada seekor ajing
bernama Bagong. Yang selalu dititipkan di toko buku milik Loretta. Perempuan
berambut pendek yang pernah meminta Jaya untuk menikahinya. Tapi Jaya tidak
melakukannya karena cinta masa lalunya dan dua janjinya yang Jaya pegang teguh: Pulang dan menikah dengan Lastri atau mencintainya sampai selama-lamanya. Tetapi Jaya hanya mampu melakukan yang terakhir.
Yang dilakukan oleh Bagong
sepanjang hari adalah menunggu Jaya, tuannya pulang dari kerja. Sebelum
akhirnya Bagong diajak jalan-jalan ke taman untuk sekedar menikmati udara
segar. Dan makan malam bersama Jaya.
Sampai akhirnya Bagong pun akan
bertemu dan berkenalan dengan Kemala Dahayu Larasati yang datang jauh-jauh dari
Indonesia demi sebuah tanda tangan dan pelajaran-pelajaran.
Bagong di dalam film Surat Dari
Praha, bukan hanya seekor anjing biasa. Ia mewakili perasaan perasaan tentang kesetiaan. Dengan
kata lain, hal kesetiaan memang paling pas dianalogikan dengan anjing.
Persoalannya, hari-hari sekarang ini banyak yang orang hanya mau setia ketika
senang. Sementara tidak lagi setia ketika hari-hari hidupnya memasuki masa
kelam.
Jaya memilih setia dalam kelam.
Setia terhadap cintanya, Lastri di Indonesia. Sementara Bagong memilih setia
untuk menemani Jaya. Menolak sebuah rezim, membawa Jaya kepada kekelaman.
Mencicipi kehilangan dari kehilangan. Tidak banyak yang seperti Jaya, memilih
untuk mencintai kekelamannya. Tentang kesetiaan lainnya, Jaya
ikhlas menelan pahit sepanjang hidup, sementara risiko lainnya, menanggung haru
seumur hidupnya.
Kesetiaan Jaya digambarkan di
dalam adegan Bagong yang lari mengejar Larasati di sepanjang trotoart, dan ketika
Larasati menyuruh Bagong untuk kembali, Bagong malah semakin lama berdiri dan hanya menatapnya. Walaupun
akhirnya Bagong harus pulang juga untuk menemui tuannya. Tapi itulah kesetiaan:
ketika sudah terlanjur, ia tidak mudah disuruh kembali.
Setelah kesetiaan, persoalan
lainnya di dalam film ini adalah berusaha mengingat masa lalu, yang gelap namun
penuh sikap. Bahwa bangsa ini bukan hanya terbuat dari kenangan yang gilang
gemilang, tetapi juga ada sebuah pintu berdebu di tahun 1965 yang harus dibuka lebar-lebar,
dan dikuak kebenarannya.
Pengalaman menonton film Surat
Dari Praha memberikan rasa tersendiri. Menonton film ini seperti sedang
berdansa pelan-pelan dengan musik lembut, sangat lembut, kemudian perlahan
lahan matamu akan basah.
No comments:
Post a Comment