Patah. Adalah rasa yang perlu
dikenali. Tetap harus dipeluk dan dijadikan sebagai sebuah pengalaman
perjalanan. Seperti salah satu dari bagian tubuhmu, peluk ia erat. Pagi ini
saya bangun dengan melihat dua buah mawar putih yang tumbuh segar di halaman.
Tetapi ada satu bahkan dua—mawar lainnya yang layu, terkulai begitu saja—patah.
Selama saya hidup, patah bukan
hal yang baru. Banyak orang suka mengidentifikasi kata ini dengan “patah hati”
atau “kehilangan” atau “ada sesuatu yang terlepas dari dalam dirimu, padahal
sebelumnya begitu melekat.”
Ketika bercerita tentang patah,
saya ingat Ayah. Ayah mengalami patah (hati) yang begitu tidak dapat dijelaskan
ketika Ibu meninggal. Kejadiannya, sudah setahun lebih, tetapi rasa patah itu
masih ada. Sampai di sini saya menyadari satu hal: ada rasa patah yang begitu
lekat, susah untuk dilepas. Bahkan waktu, mustahil untuk menyembuhkannya.
Ketika Ibu meninggal, Ayah
seperti kehilangan sesuatu yang tidak dapat saya jelaskan. Hanya saja, hal
tersebut dapat dirasakan. Saya lalu merasa bahwa, rasa patah atau kehilangan
semacam itu, akan terjadi di dalam diri kita, apabila kita memang nantinya akan
kehilangan orang yang begitu kita cintai. Maka, berhati-hatilah dengan cinta!
Saya rasa, peringatan ini bukan
bermaksud untuk menghindarkan kamu dari cinta dengan segala perasaan
perasaanya, tetapi bagaimana kita bisa mengenal cinta dengan sebuah konsekuensi
besar bahwa suatu hari nanti, kita bisa saja kehilangan orang yang kita cintai,
yang membuat kita patah—begitu patah.
Tetapi apakah ketika ada yang
patah, lantas kita kehilangan? Ataukah sebenarnya sesuatu yang kita cintai,
begitu melekat, tidak akan pernah hilang dari dalam diri kita. Saya sendiri
tidak tahu pasti. Maka, berhati-hatilah dengan cinta dan hal-hal yang
berhubungan dengannya. Karena suatu hari nanti dalam jangka waktu yang tidak
ditentukan, hal-hal tersebut akan selesai, disadari ataupun tidak, selesai.
Sampai di sini, ketika memang
itu harus selesai, itu bukan salah kamu, salah saya, salah kita yang
menjalaninya, melainkan karena waktu yang mengijinkan. Tetapi perlu diingat,
cinta, patah—patah, bukan hal yang berbahaya. Mereka sama seperti bagian dari
tubuhmu, melekat, ingin dipeluk erat, kenali saja.
Dan jika kamu telah mengenal
rasa patah dengan baik, sangat baik. Sebelum rasa patah itu datang, cintailah seseorang
sungguh sungguh, penuh penuh, sekarang.