Filosofi Kopi adalah
interpretasi. Saya senang memulai tulisan ini dengan pemikiran bahwa, film ini
adalah interpretasi, dan interpretasi adalah kebebasan. Kebebasan itulah yang
pada akhirnya dikembalikan kepada sutradara film dan penonton itu sendiri.
Menonton Filosofi Kopi adalah
pengalaman personal bagi saya. Karena buku Filosofi Kopi karya Dee, adalah buku
favorit saya. Saya menyukai hampir semua karya Dee yang ada di dalam buku itu. Sebut
saja Rico De Corro, Spasi, Sepotong Kue Kuning, Sikat Gigi, Mencari Herman, dan
Filosofi Kopi, adalah cerita-cerita favorit saya di dalam kumpulan cerita
pendek tersebut.
Ketika saya mendengar
desas-desus bahwa Filosofi Kopi akan di-filmkan, terus terang saya deg-degan.
Karena mau tidak mau ada sebagian dari perasaan saya yang nantinya ikut digambarkan
di dalam film tersebut. Dan saya takut, nanti perasaan saya tidak bisa
digambarkan, seperti film yang sudah sudah.
Tapi bodoh sekali saya, tentu
saja, saya terjebak di dalam pemikiran saya, bahwa film dan buku adalah dua
media yang berbeda. Adalah dua perasaan yang berbeda. Tidak bisa digabungkan,
karena ketika digabungkan, dengan mudahnya akan menjadi kecewa.
Baiklah, kembali lagi kepada
interpretasi, Angga Dwimas Sasongko melakukannya dengan sangat baik. Paling
tidak jika dibandingkan dengan film-film adaptasi dari karya Dee lainnya. Interpretasi
Angga di dalam film ini bisa dibilang tidak berlebihan, semuanya di dalam
proses yang pas. Apalagi bagian konflik, Angga bisa berdialog dengan caranya,
tanpa menghilangkan rasa dari Filosofi Kopi sendiri. Dalam hal ini, saya ingin
mengatakan bahwa, konfliknya sudah sangat
Angga.
Saya tidak akan mengomentari
pemain, karena pemainnya sudah cukup melakukan bagiannya dengan baik di dalam
film ini. Saya hanya mau bilang begini: ketika menonton film ini, aroma kopi tercium
dengan sangat pekat dari awal hingga akhir film. Sensasi rasa ini bagi saya
adalah sebuah keberhasilan ketika menonton. Saya tidak sabar untuk segera
meminum kopi hitam kesukaan saya, begitu selesai menonton Filosofi Kopi, karena
seperti kata Ben “ada juga kopi hitam yang buruk secara penampilan, namun
jika kau mengenalnya lebih jauh, kau akan terpesona olehnya.” Segera temukan makna dirimu setelah menonton film ini.