Windry
Ramadhina melukiskan masa lalu dalam novel Walking After You seumpama hujan.
Dan Windry benar, terkadang memang saya suka sekali memandang hujan dengan
sedih. Karena bagi saya teradang memang masa lalu tersebut senantiasa tidak
terhapus. Mereka selalu mengapung di permukaan matamu seperti genangan hujan.
Terus menerus akan menggenang jika memang kamu tidak berani untuk menghapusnya,
tetapi pertanyaannya apakah kita perlu menghapus masa lalu? Apakah memang kita
perlu sengaja melupakan masa lalu?
Di
dalam novel Walking After You, kalian akan berkenalan dengan An, perempuan yang
tampak bahagia, tetapi sebenarnya tidak bahagia. Walaupun tertawanya renyah,
sebenarnya ia menyimpan banyak sekali kesedihan. Di dalam segala sukacita yang
keluar dari tawa renyahnya, sebenarnya An menyimpan rindu yang teramat dalam
kepada seorang. Terkadang saya adalah An. Kamu adalah An. Hanya saja, kadang
kita terlalu pintar untuk menyimpan perasaan perasaan kita. Kita hanya pintar
menipu orang lain.
Masa
lalu adalah hujan yang terkadang kita pandang dengan sedih. Dan An adalah hujan
itu. Membaca novel Walking After You terasa seperti genangan hujan, terkadang
ia akan membumbung tinggi di depan matamu, atau memercik sedikit kena pipimu,
atau deras sekali di antara sudut-sudut jendela hatimu. Windry Ramadhina yang
piawai dalam membuat bangunan cerita akan membuatmu semakin penasaran untuk
menghabiskan novel ini dalam waktu yang sangat cepat.
Seperti
masa lalu, jika memang kamu tidak berani untuk menghadapinya, ia akan tetap
menjadi genangan seperti hujan dan akan membuatmu semakin penasaran.