Wednesday, September 26, 2012

Dalenz Utra'k Bercerita


Menginterviewnya pada sebuah kesempatan. Merupakan kehormatan bagi saya. Hal ini saya lakukan untuk mendukung musisi lokal asli Maluku. Dan mungkin ini salah satu bentuk dukungan yang saya bisa lakukan. 

Nama Lengkapnya adalah Daniel Utra. Biasanya ia dipanggil dengan sebutan Bu Dalenz atau Ka Dalenz. Lahir di Tual pada tanggal 19 Agustus. Membentuk D’embalz  pada waktu itu untuk bernayanyi reguler pada sebuah kafe. Masih terdiri dari: Julius Lawalata, Cosmas Rahawarin, Kiki, Dan Dewi (sebagai backing vocal). Asal usul nama D’embalz sendiri sangat menarik perhatian saya, belum pernah saya mendengar nama ini sebelumnya.

“Kanapa katong seng kas nae nama Maluku, Sagu, Naruwe, Nanaku, kaya-kaya bagitu su ada. Kanapa seng ada perwakilan dari Maluku Tenggara. Makanya ada Embal toh. Jadi kas nama akang Embal jua, tambah D di muka supaya keren sadiki toh.”

(Kenapa kita nggak kasih naik nama Maluku, Sagu, Naruwe, Nanaku, kan sudah ada. Kenapa nggak ada perwakilan dari Maluku Tenggara. Makanya ada Embal toh. Jadi kasih namanya Embal aja, tambah D di sepan supaya keren aja.)

Begitu penjelasannya.

Embal merupakan makanan khas asal Maluku Tenggara. Biasanya dimakan dengan ikan kuah. Atau teman untuk minum teh di sore hari. Hal ini menurutnya adalah sebuah bentuk perwakilan nama dari Maluku Tenggara. Dan juga membentuk identitas musiknya sendiri. D’embalz pertama kali membuat album itu sekitar tahun 2008 yaitu berisi 10 lagu bertemakan Natal. Kemudian di tahun 2009 lahirlah album ke-2 diberi judul “Back To Nature” dimana salah satu lagu di dalam album ini berjudul “Sopi” sopi adalah minuman “pergaulan” asal Maluku. Lagu ini konon diciptakan Bu Dalenz untuk mengembalikan kekhasan lokal.

Saya juga tertarik bertanya kepadanya bahwa apakah ada lagu-lagunya yang diciptakan dengan bahasa Kei dan hal ini dijawab dengan yakin bahwa ada. Karena menurutnya menggunakan bahasa lokal itu semacam mengingatkan kita kepada akar kita. Selain itu ia juga merasa prihatin dengan anak-anak muda jaman sekarang yang seakan-akan sudah lupa untuk menggunakan bahasa daerah/lokal.  Ia juga melanjutkan bahwa harusnya sebagai anak muda, kita tidak malu untuk mengakui identitas kita sebaga orang Maluku. “Bahasa adalah rahasia” demikian katanya. Karena dengan bahasa lokal kita bisa saja membicarakan “rahasia” kepada saudara kita. Selain itu ia juga mengatakan bahwa “Laut adalah Mama Beta” laut diidentikan sebagai ibu, laut adalah sumber makanan kita. Tapi sekarang ini laut telah banyak hancur. Dan dirusak oleh masyarakat sendiri. Demikian adalah keprihatinannya.

Alasan kenapa memilih musik reggae untuk musik D’embalz?

Ia pun lanjut bercerita bahwa konsep pulau Maluku hampir mirip dengan Jamaika. Ada pantai, kelapa, jimbe, tifa. Jadi D’embalz lebih pas jika ingin mengangkat reggae sebagai musik utamanya.

Ketika mendengarkan D’embalz seperti membawa saya kembali ke kampung halaman dan duduk sore-sore menikmati lautan biru di kejauhan. Saatnya untuk memperkenalkan musik lokal keren dari rumah sendiri. Kampung halaman sendiri.

Saat ini mereka sedang mempersiapkan album selanjutnya tungguin ya.  Seperti merasakan embal lumer di dalam mulut, bersiaplah untuk kenikmatan esksotis tersendiri ketika mendengarkan musik mereka.

Dangke banyak Bu Dalenz untuk cerita inspirasinya :) follow juga twitternya di https://twitter.com/dalenzutrak

 *pic by Gracio Imanuel :D





No comments:

Post a Comment

Featured Post

Sebuah Catatan Tidak Kreatif Tentang Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai

Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai, adalah sebuah buku yang sedang kamu tunggu. Ia lahir sebentar lagi, tepat di 16 A...