“To find peace of mind. The happy mind I once owned, yeah.” -Never Ever, All Saints
Saya
lahir dan besar di sebuah kota mungil yang cantik. Ambon, Maluku. Maluku adalah
negeri raja-raja. Konon arti itu sendiri berasal dari namanya. Karena roots
atau akar Maluku adalah raja-raja. Hal tersebut menurun kepada kebiasaan
masyarakatnya merayakan sesuatu.
Apa
sih yang biasanya dilakukan oleh raja-raja ketika merayakan sesuatu? mereka
merayakannya dengan membuat pesta. Menghidangkan makan dan minum yang berlimpah
ruah. Juga berdansa. Ya, kami berdansa. Kami menari.
Beberapa
tarian gaya Maluku antara lain: wayase, katreji, polonaise, yospan. Dan
terkadang kami menari dalam jumlah besar. Laki-laki dan perempuan
berpasang-pasangan menari. Kebiasaan menari ini biasanya dilakukan jika ada
sebuah perkawinan besar, atau pesta ulang tahun. Pada dasarnya kita menari
ketika kita sedang merayakan sesuatu.
Berdansa.
Selalu
sensual. Karena ketika berdansa, kita menahan sesuatu. Hanya kulit dan kulit
saling bersentuhan. Hanya mata saling memandang. Tapi kita tidak melakukan yang
lebih dari itu. Ada sensasi di dalam menahan ‘rasa ingin’. Dan hal itu yang
biasanya akan kita pelajari ketika kita sedang berdansa.
Ketika
berdansa mungkin yang ingin kamu lakukan adalah mencium. Tapi kamu menahannya,
hanya karena kamu masih terlalu muda untuk melakukannya. Dan kamu takut jika
ada yang memergokimu dan melaporkannya kepada ayah.
Ketika
itu lagu Never Ever dari All Saints sedang berjaya. Bahkan menjadi salah satu
lagu kojo di pesta-pesta pada jaman itu. Lagu yang berdurasi cukup panjang ini
akan membuatmu akan berpelukan lama dengan seseorang dan merasakan hangat
kulitnya. Dan menahan hasratmu untuk menciumnya.
Sometimes vocabulary runs through my head. The alphabet
runs right from A to Zed. Conversations, hesitations in my mind. You got my
conscience asking questions that I can't find.
Ketika
merasa seperti ini. Yang kamu perlukan adalah berdansa. Merasakan hangat
kulitnya saja. Dan menahan dirimu dari mencium.