Merajut Hujan

ku ambil benang kusut
ku rajut hujan

benang kusut menguap
tetap ku rajut hujan

benang kusut tertidur
hujan pun mengantuk

ku tetap merajut
kali ini sendiri.

(2010)

Cerita Bersambung

pensilku cemburu,
karena kini ku menulis dengan tangan.
tintanya adalah darahku.


(2010)

BLUSH-ON

ku sapukan blush-on di pipi
pacarku menciuminya, pipiku
dikunyahnya pelanpelan
kemudian ditelannya.

besok hari, pacarku menjemput
pipinya merah merona
hey! pacarku pakai blush-on
warnanya menyala, seperti darah.

(2010)

Bosan Mandi

ku bosan mandi
karena hatiku tak pernah bersih.
padahal ku sudah berkalikali mandi
baunya selalu menyisa.
mungkin, hatiku harus dicungkil
dan dimasukan ke mesin cuci
supaya ia bebas dengki
atau dibakar sekalian dalam api.

(2010)

Pohon Uban

ketika tua nanti, aku ingin
kita saling mencabuti uban masingmasing
di kepala, maupun di hati.
menanamnya di halaman depan,
supaya kelak anakcucu dan cicit
berteduh di bawah rindangnya.

(2010)

Pintu Closet

sudah tiga hari
pintu closet menanti, obrolan
bibir mungil meracau tentang kegelisahan
duka yang tertahan
atau mimpi, cinta, luka
yang suka mampir.

sudah tiga hari
pintu closet duduksendiri
rindu berbagi denganmu
pagipagi, menampungnya di hati,
diamdiam membersihkannya
sebelum kau beranjak mandi.

Cinta Hanyut

cinta hanyut dibawa
aliran sungai, remahremahnya
nyangkut di bebatuan abuabu
rindang pohon bambu keburu
mati, sulursulurnya tak lagi terjuntai
tak mampu menahan
cinta yang hanyut. Hati yang nyangkut.

(2010)

Gelas Bir

sisakan bir sedikit saja
untukku basahi bibir
sehabis itu ciumi aku,
lumat rasa pahit yang menyisa
di selasela putingku
jangan keburu mabuk sayang!
kalau kau tak mau merugi
sebab malam ini takkan usai. pintu pagi terkunci.

(2010)

Rumah

: untuk mama

kerutkerut di pintumu
semakin susah dihitung
memakai jari

jendela kayu tuamu
tak kuat lagi mengusung
sinar matahari

meja makan berantakan
perkakas kotormu mulai lelah
mencuci dirinya sendiri

kamarkamarmu kosong
memanggil untuk minta
ditiduri

ketika rumah
pun rindu pulang
kemana ia melangkah?

(2010)


photo by: Giovanno

Gerimis Mengaduh

di tiap genteng ia merintik

jas hujan bukan pijakanku lagi
payung hitam bukan tujuanku lagi

terhuyunghuyung ku terusir
dari basahku sendiri

gerimis mengaduh
kali ini ia tak tahu

kemana harus berteduh?

(2010)

Di Teras Belakang

jendela terbuka
lipatan angin menggeser duduk
hangat pantat yang terluka

antara daun-daun cengkih
tupai sembunyi
entah linglung atau bingung

menunggu daun jatuh
ke rambut rumput
yang melirik penat, ke arah

punggung kursi tua
sedang gelisah, menunggu
yang tak kunjung tiba

(2010)

Jejak di Danau Tahai

disini,
tuhan-tuhan kecil asik bermain pasir

disini,
tuhan-tuhan kecil bertelanjangkaki

disini,
tuhan-tuhan kecil meninggalkan jejaknya

berlari sana-sini,
menorehkan mimpi,

tuk pergi
ke seluruh bumi.


(2010)

Sepatu

ini adalah cerita tentang sepatu.
dekat di kaki, kaki yang bau.
pernahkah kamu tahu,
sepatu tak pernah malu walau kakimu bau.

adakkah kamu mengerti sepatu tak pernah mengeluh,
ketika kamu injak badannya setiap hari, dengan kakimu yang bau.
sepatu tak pernah berteriak kepanasan,
atau mengigil kedinginan.

ia justru melindungi, melindungi kakimu yang bau, dan tak pernah malu.
ku cinta sepatu, walau ia bukan sepatu kaca yang dipakai cinderella
ku cinta sepatu walau ia biasa-biasa saja.
karena ia duluan mencintaiku.

ini adalah cerita tentang sepatu.
dipakai di kaki, dekat di hati.
mencintaiku apa adanya, daripada kamu.

(2010)

Tentang Udin

Udin pasti menyesal semalaman. masa, ia lupa bawa lampu teplok, pas mampir di warung remang-remang tubuhku. padahal disana banyak lorong gelap berliku,

dan jalan buntu.

(2010)

Bulan Tidur

malam ini bulan numpang tidur
di langit langit kamarku
ia tampak capek dan mengantuk

"sini, pakai selimutku biar kau tak dingin"

"aku tak butuh selimut, aku butuh tisu" jawabnya.

Tanpa Permisi

aku ingin menyusuri
jalan setapak
di tubuhmu, tanpa permisi
biarkan ku tersesat disana

(2010)