nyalajingga adalah seorang
pemburu. Ia mewarisi itu dari ibunya. Seorang ibu yang hidup karena
mimpi-mimpinya. Seorang ibu yang keras kepala. Seorang ibu yang percaya pada
hidup. Bahwa setiap jalan lika liku yang ia alami di dalam hidup adalah sebuah
proses kehidupan.
Persis di sebuah sore temaram,
ketika jingga di langit mulai tumpah bagai kuas di kanvas. Mereka duduk berdua,
dan berbincang tentang mimpi. Ketika masih menyusu pada dada ibunya,
nyalajingga kecil sudah bernyanyi. Ia bersenandung dengan merdu. Ia bilang
bahwa suatu hari nanti, ia akan menyanyi seperti ibu.
Ibunya tertawa. Tawanya khas.
Tawanya yang selalu membuat orang lain ingin tertawa juga. Tawa yang membuat
seorang pria jatuh cinta. Pria yang kelak akan melakukan sesuatu untuk dirinya.
Tanpa diminta. Mereka memiliki rahasia.
“Bahwa hidup ini penuh rahasia,
Nak.”
Kata ibu kepada nyalajingga
suatu hari. nyalajingga dengan mata besarnya menatap ibunya dan bertanya “lalu
apakah setiap dari kita, menyimpan saja rahasia itu?”
“Simpan saja. Kadang memang
kita perlu menyimpan sesuatu. Di situlah kita belajar apik.”
Begitu jawabnya.
Waktu berlalu. nyalajingga tumbuh.
Ia tidak lupa pesan ibunya. Di bawah langit kini ia suka duduk-duduk menjelang
sore. Berteman baik dengan warnanya. Warna yang menjadi namanya. Sesekali ibu
masih tetap datang.
No comments:
Post a Comment